Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cabut Aturan Pencegahan Covid-19, Pemerintah Malaysia Dipertanyakan

Kompas.com - 28/07/2021, 15:01 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber BBC

PUTRAJAYA, KOMPAS.com - Kemarahan dan pertanyaan mengarah ke pemerintah Malaysia, setelah mereka mencabut aturan pencegahan Covid-19.

Sejauh ini, "Negeri Jiran" sudah melaporkan lebih dari satu juta kasus dan 8.000 korban meninggal karena virus corona.

Pakar menyatakan, angka penularan sebenarnya diyakini jauh lebih tinggi karena angka pengetesan relatif rendah.

Baca juga: Ratusan Dokter Muda Malaysia Mogok Kerja, Tuntut Insentif dan Pekerjaan Tetap

Rumah sakit di seluruh penjuru kewalahan karena penuh, bahkan beredar gambar seorang pasien duduk dan berbagi tabung oksigen.

Saat ini, Malaysia berada dalam status kondisi darurat yang tidak akan diperpanjang setelah berakhir pada 1 Agustus.

Dalam status darurat Covid-19 tersebut, setiap orang yang ketahuan melanggar pembatasan bakal mendapat denda.

Kalangan oposisi menyatakan, mereka tidak diberi tahu mengenai keputusan itu, yang dilaporkan diambil pada pekan lalu.

Dilansir BBC Rabu (28/7/2021), oposisi menuntut penjelasan pemerintahan Perdana Menteri Muhyiddin Yassin mengenai dampak pencabutannya bagi masyarakat.

"Kenapa kami tidak diberi tahu? Keputusan siapa ini?" kata Wakil Ketua Partai Aksi Demokratik (DAP) Gobind Singh Deo dalam debat parlemen Selasa (27/7/2021).

Baca juga: Dokter Malaysia Mogok, Parlemen Akhirnya Aktif Usai Tujuh Bulan Vakum Ditengah Lonjakan Covid-19

Pada Selasa, Malaysia mencatatkan 207 korban meninggal corona, dengan kasus infeksi 14.000 dalam 24 jam terakhir.

Sistem kesehatan yang kewalahan membuat banyak rumah sakit kini menolak pasien, bahkan mereka yang sudah masuk tidak dijamin mendapat ranjang.

Kemudian Senin (26/7/2021), ratusan dokter muda hengkang dari rumah sakit seantero Malaysia, menyebut mereka berhak mendapat pekerjaan permanen dan kondisi lebih baik.

Penggali dan petugas makam juga tak kalah kerepotan, mengungkapkan mereka menerima begitu banyak permintaan mengubur pasien Covid-19.

Baca juga: Terjadi Lagi Suntikan Vaksin Kosong di Malaysia, Peserta Jadi Disuntik 2 Kali

Status darurat yang diterapkan karena terjangan varian Delta berdampak pada keluarga yang bergantung pada pekerjaan harian.

Beberapa dari keluarga tersebut sampai mengibarkan bendera putih di luar rumah mereka sebagai tanda permintaan toling.

Kisah memilukan mereka, yang kehabisan tabungan dan terpaksa makan sehari sekali kini menghiasi media massa setempat beberapa pekan terakhir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

Global
Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Global
Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com