Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akun Media Sosial Ditangguhkan, Kelompok LGBTQ China Hadapi Tekanan

Kompas.com - 13/07/2021, 17:10 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Al Jazeera

BEIJING, KOMPAS.com - Sepekan setelah WeChat, platform media sosial populer China, menangguhkan banyak akun resmi kelompok LGBTQ perguruan tinggi, banyak gejolak bermunculan.

Dilansir Al Jazeera, penangguhan sebagian besar mempengaruhi kelompok yang hampir seluruhnya dijalankan oleh mahasiswa, termasuk di lembaga akademik bergengsi seperti Universitas Tsinghua dan Peking.

Misi kelompok tersebut, menurut perkenalan singkatnya sebelum akun ditangguhkan, adalah “memajukan kesetaraan gender dan hak-hak minoritas seksual.”

Baca juga: Ingin Majukan Hak Kaum LGBTQ, Joe Biden Tunjuk Utusan Khusus

Beberapa siswa yang menjalankan akun grup LGBTQ, mengatakan pada Al Jazeera bahwa tidak ada peringatan apa pun dari otoritas terkait kemungkinan penangguhan.

Mary, seorang mahasiswa yang terlibat dalam salah satu kelompok LGBTQ, mengatakan bahwa dirinya sempat mendengar rencana tentang kemungkinan mengatur "kelompok yang mengadvokasi hak-hak minoritas seksual".

Rencana ini sudah jadi isu selama beberapa bulan sebelumnya, tapi belum ada yang terwujud, sampai penangguhan pun terjadi.

“Itu mengejutkan, tetapi pada saat yang sama, tidak terlalu mengejutkan,” kata Mary, yang memilih untuk tidak menggunakan nama aslinya karena alasan keamanan.

“Kami tahu gerakan hak-hak LGBTQ menghantam rintangan satu demi satu di China, tetapi kami pikir setidaknya dengan berafiliasi dengan universitas, kami dapat dibebaskan dari tindakan keras apa pun,” tambahnya.

Seperti Mary, semua narasumber yang mengaku pada Al Jazeera memakai nama anonim karena masalah LGBTQ masih sensitif di China.

Baca juga: Hongaria Sahkan UU Anti LGBTQ, PM Belanda: Mereka Tak Punya Tempat di Uni Eropa

Akun-akun yang ditangguhkan, sekarang membawa tag “akun resmi tanpa nama,” dengan satu pesan yang muncul di bawah: “Semua konten telah disensor karena pelanggaran akun terhadap peraturan manajemen layanan informasi akun resmi internet."

Semua artikel yang sebelumnya dipublikasikan di platform, yang sebagian besar tentang isu gender dan hak-hak LGBTQ, juga telah menghilang.

Seperti tindakan keras khas China, segala upaya yang mencoba dan mendokumentasikan penangguhan juga segera "padam".

Beberapa akun bahkan ditangguhkan hanya karena menyusun daftar akun yang telah dihapus.

Baik pemerintah maupun Tencent, perusahaan induk WeChat, belum memberikan penjelasan atas penangguhan tersebut.

Baca juga: Uni Eropa Hadapi Tekanan Masalah Supremasi Hukum LGBT

Orang-orang di kelompok yang lolos dari tindakan keras itu, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa mereka sedang bersiap untuk yang terburuk.

Seorang pekerja di kelompok LGBTQ terkemuka mengatakan bahwa dia telah mulai membuat salinan dari semua artikel yang diterbitkan di platform mereka, yang saat ini berjumlah lebih dari 1.000 tulisan.

Sementara yang lainnya, pergi ke Taobao, platform e-commerce China, dan membayar seseorang untuk mengunduh semua artikel, dengan topik mulai dari kesehatan hingga advokasi hak politik, di sejumlah akun yang dikhawatirkan bisa menjadi target pejabat berikutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com