Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Menyebut Kerokan dan Masuk Angin di Amerika? Ini Cerita Penerjemah Medis Asal Indonesia

Kompas.com - 09/07/2021, 19:00 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Saat melayani pun Sandra harus menegaskan kepada pasien, bahwa ia tidak memihak kepada siapa pun dan tidak bisa membantu mengambil keputusan.

“(Pasien) suka nanya gitu, ‘enaknya gimana ya?’ Kan mereka enggak boleh,” jelas Sandra.

“Semua yang dikatakan akan aku terjemahkan. Jadi kalau ada sesuatu yang enggak mau dikatakan, ya jangan disebut. Karena pernah pasien bilang, ‘Sandra, jangan bilang ke dokter ini.’ Enggak bisa. Aku di situ benar-benar menerjemahkan semuanya. Enggak ada yang aku sembunyikan,” paparnya.

Selain mendampingi para pasien yang membutuhkan layanannya dalam berkomunikasi di bidang kesehatan, Sandra juga kerap membantu pasien dalam mengisi berbagai formulir yang diperlukan.

“Formulir ini aku secara lisan harus baca semua, aku harus terjemahkan ke pasiennya. Jadi biar enggak ada kesalahpahaman, apalagi kalau misalnya mau operasi,” jelasnya.

Tegar hadapi panggilan menyedihkan

Bagi Sandra, salah satu tantangan menjadi penerjemah medis adalah harus bisa mengendalikan perasaan ketika dihadapi situasi yang menyedihkan. Ia selalu berusaha untuk menetralkan perasaannya dan tidak “terhanyut situasi.”

“Apalagi sekarang zaman Covid ya. Jujur, aku banyak telepon dari rumah sakit, pasien-pasien Covid Indonesia. Dan itu benar-benar sedih banget, karena mungkin situasinya banyak yang kritis ya, mungkin, aku mikir, ‘wah, siapa tahu aku tuh, suara terakhir yang mereka dengar sebelum mereka meninggal,’” cerita perempuan yang hobi menari tarian tradisional Indonesia ini.

Kalimat dalam Bahasa Indonesia yang diucapkan oleh Sandra terkadang membantu para pasien yang tengah berjuang melawan Covid-19.

“Begitu aku ngomong, meng-introduce myself gitu, katanya, ‘wah pasiennya kayaknya bereaksi deh.’ Wah, mungkin gara-gara aku mereka tuh bangun gitu, karena dengar, ‘Bapak, bapak, ini aku, Sandra. Aku akan bantu bapak menerjemahkan.’ Kadang-kadang ikut sedih, tapi ikut senang juga bisa membantu,” kenang perempuan yang pernah tinggal di Solo dan Jakarta ini.

Sandra juga harus tetap tenang dalam membantu para pasien, khususnya ketika menerima panggilan darurat 911. Walau hanya “3-4 menit,” tapi “benar-benar penting.”

“Aku juga mesti secara enggak langsung tuh menenangkan mereka gitu, it’ll be okay, enggak apa-apa, aku di sini nemenin sampai semua beres,” katanya.

Salah satu panggilan terberat yang pernah ia terima adalah ketika harus membantu seorang anak korban pelecehan seksual melalui telepon.

“Buat aku tuh berat banget, karena aku juga punya anak. Orang tuanya juga bingung, galau, nangis, terus anaknya juga, gimana ya korban sexual abused gitu lho,” ujar Ibu yang memiliki dua anak ini.

“Tapi aku mesti bilang ke diriku sendiri, aku mesti nolong karena orang tuanya enggak bisa atau enggak fasih bahasa inggris. Jadi aku harus nolong, meskipun topiknya benar-benar yang gelap sekali, tapi aku harus tegar. Aku harus bisa,” tegasnya.

Sebagai caranya untuk menenangkan diri saat dihadapi situasi sedih atau yang menimbulkan stres, biasanya Sandra melakukan latihan pernapasan dan menenangkan diri.

“Pokoknya nenangin diri dulu. Yang penting udah selesai, udah nolong mereka, udah. You did your best, gitu. Harus fokus harus benar-benar fokus. Again, enggak bisa terhanyut emosi, kalau enggak, aku enggak bisa membantu 100 persen.”

Baca juga: Lulus dari Kings College London, Perwira TNI AD Cetak Sejarah

Bahagia bantu warga Indonesia

Merupakan sebuah kebahagiaan tersendiri bagi Sandra, bahwa ia bisa membantu sesama warga Indonesia yang sama-sama merantau di Amerika Serikat.

“Biasa mereka tuh senang banget begitu aku bantuin. Misalnya kita di parking lot gitu kita mau say goodbye, mereka tuh yang, ‘terima kasih-terima kasih, aku udah ditolong, kalau enggak aku tuh benar-benar bingung,” kenangnya.

Tak jarang pasien yang lalu ingin memberinya hadiah dan ingin menemuinya lagi. Akan tetapi, sebagai penerjemah medis, Sandra harus bersikap profesional dan tidak menjalin hubungan lebih lanjut dengan para pasien yang menerima layanan jasanya.

“Aku enggak boleh mendapatkan apa-apa, enggak boleh dikasih hadiah atau apa-apa,” jelasnya.

Walau mungkin hanya sekali bertemu atau berkomunikasi, bahkan hanya dalam hitungan menit, pertolongan Sandra telah melegakan hati ratusan pasien dan keluarga yang membutuhkan.

Baca juga: Warga Australia Geram Satu Keluarga Positif Covid-19 dari Indonesia Diizinkan Masuk ke Dalam Negeri

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com