Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Menyebut Kerokan dan Masuk Angin di Amerika? Ini Cerita Penerjemah Medis Asal Indonesia

Kompas.com - 09/07/2021, 19:00 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Natalia Indrasari Try Sutrisno yang berprofesi sebagai terapis keluarga dan pernikahan di Iowa, AS, mengatakan, jika dihadapkan pada situasi seperti itu, tenaga kesehatan di Amerika Serikat wajib menawarkan bantuan penerjemah medis secara gratis, khususnya jika bahasa Inggris bukan bahasa ibu pasien.

“Kalau mereka bilang bahasa inggris itu bahasa keduanya mereka, kita wajib, sebagai provider, untuk memberikan bantuan dengan menghubungkan mereka dengan jasa medical interpreter,” jelas perempuan yang juga adalah penyuluh penyalahgunaan narkoba ini.

“Kalau misalnya pasiennya PD (percaya diri) aja dengan kemampuan berbahasa inggrisnya mereka ketika mereka dapetin medical service di sini ya enggak apa-apa juga sih. Tapi ada risiko di mana kita salah ngerti gitu,” tambahnya.

Data terakhir yang dikeluarkan oleh Migration Policy Institute, lembaga riset yang berupaya meningkatkan kebijakan imigrasi di Amerika Serikat menyatakan 9 persen dari total populasi Amerika atau sekitar 25,2 juta penduduk memiliki keterbatasan kemampuan berbahasa Inggris.

Banyak dari mereka yang mengalami kesulitan dalam berkomunikasi, khususnya untuk hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan.

Baca juga: Cameron Herrin, Pebalap Liar Tampan Tewaskan Ibu dan Anak, Dibela Netizen Berbagai Negara Termasuk Indonesia

Warga Indonesia, Harcandiana Roebiantho di Washington, DC pernah menerima layanan jasa penerjemah medis.
DOK HARCANDIANA ROEBIANTHO via VOA INDONESIA Warga Indonesia, Harcandiana Roebiantho di Washington, DC pernah menerima layanan jasa penerjemah medis.
Situs Agency for Healthcare Research and Quality, lembaga riset di bawah Departemen Kesehatan & Layanan Kemanusiaan Amerika mengatakan, masalah dalam berkomunikasi yang dialami oleh pasien dengan kemampuan bahasa Inggris terbatas, seringkali menyebabkan efek samping atau bahkan hal yang serius.

Harcandiana Roebiantho di Washington DC pernah mendapatkan layanan jasa penerjemah medis, yang membantunya saat menjalani wawancara mengenai kondisi kesehatannya dengan instansi pemerintah.

“Saya memakai jasa penerjemah medis pada waktu itu saya sakit dan saya tidak bisa kerja full time sehingga pemerintah menawarkan asuransi untuk meng-cover biaya rumah sakit saya, sehingga pada saat ada interview dari government, saya memerlukan penerjemah supaya saya tidak salah dalam menjawab juga menerangkan istilah-istilah medis pada saat itu,” ujarnya kepada VOA.

Pendidikan khusus bagi penerjemah medis

Untuk menjadi penerjemah medis di AS, Anda harus menempuh pendidikan khusus hingga memperoleh sertifikat resmi.

“Waktu aku dulu ambil programnya itu memang, pelajarannya kan juga tentang medical terminology, kosakata bahasa medis, hari ini kita belajar tentang kardiologi, besok tentang pediatric, tentang kanker, jadi memang bahasa Inggris-nya, tapi nanti setiap interpreter bikin glossary sendiri, bikin rangkuman sendiri, bahasanya mereka apa gitu, jadi aku punya rangkuman tuh banyak,” jelas Sandra.

Mengingat bahasa Indonesia termasuk ke dalam kategori bahasa eksotis atau tidak umum dipakai di Amerika, seperti halnya bahasa Mandarin, Korea, dan Arab, pada waktu itu Sandra tidak perlu mengikuti ujian lisan.

“Ujiannya itu cuman ujian tertulis, jadi Inggris ke Inggris aja. Cuman pemahaman cara menjadi interpreter itu bagaimana dan kosakata medisnya saja gitu ujiannya,” jelas perempuan lulusan S1 insinyur biomedis universitas Southern California di Los Angeles, California ini.

Sandra Kosasih, penerjemah medis bahasa Indonesia di California.DOK SANDRA KOSASIH via VOA INDONESIA Sandra Kosasih, penerjemah medis bahasa Indonesia di California.
Walau menjadi penerjemah bahasa yang tidak umum dipakai, Sandra tidak berkecil hati. Ia mengaku sering bertemu dengan sesama warga Indonesia di California yang kurang fasih berbahasa Inggris. Tujuannya hanyalah ingin membantu sesama dan mendatangkan kelegaan di hati pasien.

“Meskipun fasih, sehari-hari berbicara casual gitu, bisa. Mereka kerja apa bisa bahasa Inggris, tapi kalau untuk ke dokter, kata-kata medis itu kan beda sekali,” ujarnya.

Para pasien dengan keterbatasan bahasa kerap membawa sanak saudara atau teman untuk mendampingi mereka ke dokter untuk membantu sebagai penerjemah, yang menurut Sandra sebenarnya tidak diperbolehkan oleh kebanyakan instansi kesehatan di Amerika.

“Jadi mungkin ke dokter sendiri dan mereka mungkin tidak mengerti 100 persen. Jadi kan kasihan ya, akibatnya mungkin bisa fatal atau gimana. Atau ada yang mau dibicarakan tapi mereka malu atau enggak bisa, jadi enggak diungkapkan. Jadi aku mikir pasti aku diperlukan. Jadi aku percaya diri aja,” jelasnya.

Terkadang Sandra kerap menerima panggilan dari pasien asal Malaysia. Walau bahasanya satu rumpun, Sandra harus menjelaskan bahwa ini adalah bahasa yang berbeda.

“Kata (pasiennya) enggak (apa-apa) pakai Indonesian, karena enggak ada yang Malaysian available. Kamu mau enggak? Wah, itu aku harus jelaskan ke dokternya dulu,” cerita Sandra.

Siap melayani 24 jam

Sebagai penerjemah medis, biasanya Sandra mendapat panggilan baik melalui telepon, video, atau langsung datang ke lokasi. Sewaktu pandemi mulai merebak di Amerika dan karantina wilayah diberlakukan, Sandra tidak lagi menerima banyak panggilan untuk datang langsung ke lokasi.

Namun, panggilan yang ia terima melalui telepon atau video kian bertambah, mengingat banyak pasien dari berbagai negara bagian di Amerika yang memerlukan bantuannya. Ditambah lagi dengan tempat praktik dokter yang kini banyak melakukan telehealth atau layanan kesehatan secara jarak jauh dengan menggunakan teknologi informasi.

“Jadi aku bisa selalu kerja dari rumah, over the phone, itu bisa 24 jam kalau mau,” ujar perempuan yang sudah menetap di Amerika Serikat sejak tahun 1995 ini.

Baca juga: Kisah Moorissa Tjokro, Satu-satunya Gadis WNI Insinyur Autopilot Mobil Tesla

Sandra Kosasih, penerjemah medis bahasa Indonesia di Pasadena, California.DOK SANDRA KOSASIH via VOA INDONESIA Sandra Kosasih, penerjemah medis bahasa Indonesia di Pasadena, California.
Usahanya dalam membantu pasien dari rumah pun tidak selalu mulus. Koneksi telepon yang kurang bagus atau keterbatasan dalam menggunakan teknologi yang dialami pasien terkadang menjadi hambatan dalam berkomunikasi.

“Betul-betul enggak ideal, karena kamu enggak bisa melihat secara langsung. Aku lebih suka berhadapan secara langsung, karena aku bisa melihat raut muka mereka, ekspresi mereka,” kata Sandra.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Global
Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Global
Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Global
Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Internasional
Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Global
AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Internasional
AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

Global
6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

Global
Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Global
[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

Global
Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com