Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dituduh Lalai dalam Kematian Maradona, Perawat: Saya Hanya Ikuti Perintah

Kompas.com - 15/06/2021, 10:00 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

BUENOS AIRES, KOMPAS.com - Perawat yang dituduh lalai dalam kematian Diego Maradona pada Senin (14/6/2021) mengatakan ke jaksa Argentina, dia hanya mengikuti perintah untuk tidak mengganggu tidur sang legenda.

Perawat bernama Ricardo Almiron (37) itu bertugas jaga malam, dan merupakan salah satu orang terakhir yang melihat Diego Maradona hidup.

Dia diduga berbohong, karena mengklaim Maradona sedang tidur dan bernapas normal beberapa jam sebelum dia meninggal.

Baca juga: 7 Dokter Maradona Disidang 14 Juni, Terancam Penjara 8-25 Tahun

Namun hasil otopsi mengungkap juara Piala Dunia 1986 tersebut sekarat saat tidur.

Almiron adalah satu dari tujuh orang yang diselidiki atas pembunuhan Maradona, setelah dewan ahli menemukan eks pesepak bola itu mendapat perawatan yang tidak memadai serta ditelantarkan dalam periode panjang dan menyiksa.

Diego Maradona meninggal karena serangan jantung November 2020 pada usia 60 tahun, beberapa minggu setelah menjalani operasi otak karena pembekuan darah.

Kantor berita AFP melaporkan, Almiron tiba tepat setelah tengah hari (15.00 GMT) dengan pengacaranya, Franco Chiarelli, di kantor kejaksaan San Isidro pinggiran ibu kota Buenos Aires.

Berbicara kepada wartawan setelah wawancara, Chiarelli mengatakan bahwa Almiron selalu memperlakukan Maradona sebagai pasien dengan kondisi kejiwaan yang kompleks, tetapi tidak pernah diberitahu tentang masalah yang berkaitan dengan penyakit jantung.

Baca juga: Terkait Kematian Maradona, Sang Dokter Didakwa Lakukan Pembunuhan Berencana

"Dia diberitahu atasannya untuk tidak mengganggu pasien. Klien saya memiliki kewajiban untuk melakukan tugasnya tanpa pasien merasa diganggu, yang merupakan sesuatu yang harus dia tangani selama dia berada di sana," tambah Chiarelli.

Investigasi dibuka menyusul pengaduan yang diajukan oleh dua dari lima anak Maradona terhadap ahli bedah saraf Leopoldo Luque, yang mereka salahkan atas memburuknya kondisi ayah mereka setelah operasi.

Tim panel yang terdiri dari 20 ahli medis bentukan jaksa penuntut umum Argentina bulan lalu mengatakan, perawatan Maradona penuh dengan kekurangan dan ketidakberesan, kemudian tim medis membiarkan nasibnya ditentukan oleh takdir.

Panel menyimpulkan, Maradona aakan memiliki peluang bertahan hidup yang lebih baik jika mendapat perawatan memadai di fasilitas medis yang sesuai.

Sebaliknya, Diego Maradona meninggal di tempat tidur rumah sewaan kawasan elite Buenos Aires, dengan perawatan di rumah.

Baca juga: Warisan Maradona Jadi Rebutan, Dua Anaknya Ribut dengan Mantan Pengacara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com