Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Fakta dan Kontroversi Naftali Bennett, PM Baru Israel Pengganti Benjamin Netanyahu

Kompas.com - 14/06/2021, 15:20 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber IMEU

TEL AVIV, KOMPAS.com - Perdana Menteri Israel yang baru, Naftali Bennett, resmi menggulingkan Benjamin Netanyahu pada Minggu (13/6/2021).

Parlemen Israel atau Knesset yang beranggotakan 120 orang memilih Bennett sebagai PM baru Israel dengan selisih suara sangat tipis, 60 berbanding 59.

Lantas siapa Naftali Bennett dan bagaimana sepak terjangnya sampai menjadi perdana menteri baru Israel dan pengganti Benjamin Netanyahu?

Dilansir dari Institute for Middle East Understanding (IMEU), berikut adalah tujuh fakta tentangnya, termasuk karier militer Naftali Bennett.

Baca juga: Profil Naftali Bennett, Perdana Menteri Israel yang Baru, Kerap Serukan Caplok Tepi Barat

1. Latar belakang

Naftali Bennett Lahir dari orang tua Amerika Serikat yang berimigrasi dari San Francisco ke Israel pada 1967.

Bennett adalah ultranasionalis sayap kanan yang dengan gigih menentang status negara Palestina.

Meski bukan orang Israel tulen, Bennett pada 2010-2012 menjadi kepala badan politik utama (Dewan Yesha) yang mewakili pemukim Israel di tanah Palestina yang diduduki, yang melanggar hukum internasional dan merupakan pendukung keras upaya pemukiman Israel.

2. Karier militer Naftali Bennett

Naftali Bennet di Knesset, Yerusalem (13/6/2021)AFP/Emmanuel Dunand Naftali Bennet di Knesset, Yerusalem (13/6/2021)
Bennett sempat bertugas di Zona keamanan Israel di Lebanon selama 1982-2000, di tengah konflik Lebanon Selatan. Dia juga ikut serta dalam banyak operasi, termasuk Operasi Grapes of Wrath.

Bennett yang direkrut dalam Pasukan Pertahanan Israel pada 1990 juga sempat bertugas di Sayeret Matkal (pasuken elite), dan Maglan sebagai komandan kompi.

Sarjana hukum dari Universitas Ibrani Yerusalem ini selama Perang Lebanon pada 2006 bertugas di unit pasukan khusus Maglan, dengan misi utama menghancurkan Hezbollah.

Baca juga: Karier Militer Naftali Bennet, PM Israel yang Baru, yang Kontroversial

3. Awal karier Naftali Bennett di dunia politik

Naftali Bennett adalah mantan anggota partai Likud. Dia dulu menjabat kepala staf Netanyahu dari 2006-2008.

Sebagai pemimpin partai Rumah Yahudi (2012-2018), ia adalah mitra kunci dalam pemerintahan koalisi Netanyahu, menjabat sebagai menteri pendidikan dan menteri urusan diaspora.

Dalam pemerintahan sebelumnya, pria kelahiran 25 Maret 1972 itu menjadi menteri ekonomi dan menteri layanan agama.

Dia juga menteri pendidikan (2015-2019) dan menteri pertahanan (2019-2020) di bawah Netanyahu. Pada 2018, ia meninggalkan Partai Rumah Yahudi untuk membentuk partai Kanan Baru.

Baca juga: Israel Punya Perdana Menteri Baru, Hamas Tegaskan Terus Melawan

4. Kerap serukan caplok Tepi Barat

Perdana Menteri baru Israel Naftali Bennett mengadakan pertemuan kabinet pertama di Yerusalem pad Minggu (13/6/2021).AP PHOTO/ARIEL SCHALIT Perdana Menteri baru Israel Naftali Bennett mengadakan pertemuan kabinet pertama di Yerusalem pad Minggu (13/6/2021).
Bennett berulang kali menentang pembentukan negara Palestina di wilayah-wilayah pendudukan.

Sebaliknya, ia mengusulkan Israel secara sepihak mencaplok sekitar 60 persen dari Tepi Barat Palestina, yang berada di bawah kendali penuh Israel di bawah Kesepakatan Oslo.

Pada 2013 dia menyatakan, "Saya mendukung penerapan kedaulatan Israel atas zona di mana 400.000 (pemukim) tinggal dan hanya 70.000 orang Arab."

Bennett juga mengolok-olok negosiasi yang dipimpin AS saat itu di bawah pemerintahan Obama, dengan menyebut itu semua lelucon.

Kemudian pada 2014 Bennett menulis di The New York Times berjudul, “Untuk Israel, Dua Negara Bukan Solusi,”

Baca juga: Israel Ganti Pemerintahan, Palestina Sambut dengan Curiga

5. Ingin kontrol lebih besar atas Temple Mount

Bennett turut menganjurkan peningkatan kontrol Israel atas kompleks Temple Mount, yang juga merupakan situs tersuci ketiga dalam Islam.

6. Kebijakan tembak mati orang Palestina

Naftali Bennet menyampaikan satu cara penting atasi virus corona.Screenshot Video Naftali Bennet Naftali Bennet menyampaikan satu cara penting atasi virus corona.
Pada Oktober 2018 Bennett mengatakan, jika dia menjadi menteri pertahanan akan memerintahkan kebijakan tembak mati orang Palestina.

Ketika ditanya apakah dia akan memerintahkan tentara untuk membunuh anak-anak Palestina, Bennett berkata, “Mereka bukan anak-anak – mereka adalah teroris. Kami membodohi diri sendiri. Saya sudah lihat foto-fotonya.”

Saat itu setidaknya 140 demonstran dibunuh oleh tentara Israel, termasuk setidaknya 29 anak-anak menurut PBB, serta pekerja medis dan jurnalis, juga lebih dari 29.000 korban lainnya terluka.

7. "Jangan tangkap orang Palestina, tapi bunuh"

Pada 2013 Bennett memicu kontroversi, ketika dalam rapat kabinet tentang pembebasan tahanan Palestina dia berkata, “Jika kita menangkap teroris, kita hanya perlu membunuh mereka.

"Saya sudah membunuh banyak orang Arab dalam hidup saya - dan di sana tidak ada masalah dengan itu.”

Saat diminta klarifikasi oleh wartawan, juru bicaranya mengatakan maksud Bennett adalah tentara Israel diperintahkan wajib membunuh warga Palestina, bukannya menangkap dan memenjarakan mereka.

Baca juga: Bagaimana PM Israel Benjamin Netanyahu Mengalami Kejatuhannya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-803 Serangan Rusia ke Ukraina: Atlet Ukraina Tewas | Tentara Latihan Senjata Nuklir

Rangkuman Hari Ke-803 Serangan Rusia ke Ukraina: Atlet Ukraina Tewas | Tentara Latihan Senjata Nuklir

Global
5 Orang Tewas di Rafah dalam Serangan Udara Israel Semalam

5 Orang Tewas di Rafah dalam Serangan Udara Israel Semalam

Global
Juara Angkat Besi Eropa Ini Tewas dalam Perang Membela Ukraina

Juara Angkat Besi Eropa Ini Tewas dalam Perang Membela Ukraina

Global
Israel Bersumpah Lanjutkan Serangan di Rafah, sebab Gencatan Senjata Tak Pasti

Israel Bersumpah Lanjutkan Serangan di Rafah, sebab Gencatan Senjata Tak Pasti

Global
Taiwan Kembangkan Sistem Satelit Serupa Starlink Milik Elon Musk

Taiwan Kembangkan Sistem Satelit Serupa Starlink Milik Elon Musk

Internasional
[POPULER GLOBAL] Warga Gaza Diperintahkan Mengungsi | Kucing Terjebak Masuk Kardus Paket

[POPULER GLOBAL] Warga Gaza Diperintahkan Mengungsi | Kucing Terjebak Masuk Kardus Paket

Global
Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza, Jeda Perang 7 Bulan

Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza, Jeda Perang 7 Bulan

Global
Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Global
Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Global
Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Global
Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Internasional
Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Global
Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Global
Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Global
Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com