RAMALLAH, KOMPAS.com - Otoritas Palestina (PA) menyambut dengan curiga adanya pergantian di pemerintahan Israel pada Minggu (13/6/2021).
Setelah 12 tahun berkuasa, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu harus lengser digantikan mantan sekutunya, Naftali Bennett.
Kementerian Luar Negeri PA mengungkapkan rasa pesimis dengan koalisi gabungan dari sayap kiri hingga tengah pimpinan Bennett.
Baca juga: Sepak Terjang Benjamin Netanyahu, PM Terlama Israel yang Baru Lengser
Ramallah menyatakan, mereka tidak berharap pemerintah Israel bakal berubah total di bawah kepemimpinan Netanyahu.
"Saat ini, pemerintah Israel sudah berganti. Namun tidak tepat disebut 'pergantian pemerintahan' kecuali fakta tidak ada Netanyahu di dalamnya," ujar Ramallah.
"Terkait dengan kebijakan (pemerintah baru), kami tidak berharap banyak. Malah, bersiap untuk yang lebih buruk," lanjut PA.
Sementara di Jalur Gaza, kelompok Hamas mengumumkan akan terus melawan "Negeri Zionis" siapa pun pemimpinnya.
Juru bicara kelompok tersebut, Fawzi Barhoum, menekankan pemerintah Israel adalah penjajah yang harus dilawan.
"Bahkan, kalau perlu dengan mengangkat senjata," kata Barhoum sebagaimana diberitakan Times of Israel.
Barhoum melanjutkan, mereka baru akan bertindak lain jika pemerintahan Bennett menunjukkan hasil berbeda selama memerintah.
Pada Mei, Hamas dan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) terlibat konflik berdurasi 11 hari bertajuk Operation Guardian of the Walls.
Konflik tersebut dimulai pada 10 Mei, ketika Hamas menembakkan roket sebagai respons kerusuhan di Yerusalem.
Baca juga: Karier Militer Naftali Bennet, PM Israel yang Baru, yang Kontroversial
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.