Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

7 Fakta dan Kontroversi Naftali Bennett, PM Baru Israel Pengganti Benjamin Netanyahu

Parlemen Israel atau Knesset yang beranggotakan 120 orang memilih Bennett sebagai PM baru Israel dengan selisih suara sangat tipis, 60 berbanding 59.

Lantas siapa Naftali Bennett dan bagaimana sepak terjangnya sampai menjadi perdana menteri baru Israel dan pengganti Benjamin Netanyahu?

Dilansir dari Institute for Middle East Understanding (IMEU), berikut adalah tujuh fakta tentangnya, termasuk karier militer Naftali Bennett.

1. Latar belakang

Naftali Bennett Lahir dari orang tua Amerika Serikat yang berimigrasi dari San Francisco ke Israel pada 1967.

Bennett adalah ultranasionalis sayap kanan yang dengan gigih menentang status negara Palestina.

Meski bukan orang Israel tulen, Bennett pada 2010-2012 menjadi kepala badan politik utama (Dewan Yesha) yang mewakili pemukim Israel di tanah Palestina yang diduduki, yang melanggar hukum internasional dan merupakan pendukung keras upaya pemukiman Israel.

Bennett yang direkrut dalam Pasukan Pertahanan Israel pada 1990 juga sempat bertugas di Sayeret Matkal (pasuken elite), dan Maglan sebagai komandan kompi.

Sarjana hukum dari Universitas Ibrani Yerusalem ini selama Perang Lebanon pada 2006 bertugas di unit pasukan khusus Maglan, dengan misi utama menghancurkan Hezbollah.

3. Awal karier Naftali Bennett di dunia politik

Naftali Bennett adalah mantan anggota partai Likud. Dia dulu menjabat kepala staf Netanyahu dari 2006-2008.

Sebagai pemimpin partai Rumah Yahudi (2012-2018), ia adalah mitra kunci dalam pemerintahan koalisi Netanyahu, menjabat sebagai menteri pendidikan dan menteri urusan diaspora.

Dalam pemerintahan sebelumnya, pria kelahiran 25 Maret 1972 itu menjadi menteri ekonomi dan menteri layanan agama.

Dia juga menteri pendidikan (2015-2019) dan menteri pertahanan (2019-2020) di bawah Netanyahu. Pada 2018, ia meninggalkan Partai Rumah Yahudi untuk membentuk partai Kanan Baru.

Sebaliknya, ia mengusulkan Israel secara sepihak mencaplok sekitar 60 persen dari Tepi Barat Palestina, yang berada di bawah kendali penuh Israel di bawah Kesepakatan Oslo.

Pada 2013 dia menyatakan, "Saya mendukung penerapan kedaulatan Israel atas zona di mana 400.000 (pemukim) tinggal dan hanya 70.000 orang Arab."

Bennett juga mengolok-olok negosiasi yang dipimpin AS saat itu di bawah pemerintahan Obama, dengan menyebut itu semua lelucon.

Kemudian pada 2014 Bennett menulis di The New York Times berjudul, “Untuk Israel, Dua Negara Bukan Solusi,”

5. Ingin kontrol lebih besar atas Temple Mount

Bennett turut menganjurkan peningkatan kontrol Israel atas kompleks Temple Mount, yang juga merupakan situs tersuci ketiga dalam Islam.

Ketika ditanya apakah dia akan memerintahkan tentara untuk membunuh anak-anak Palestina, Bennett berkata, “Mereka bukan anak-anak – mereka adalah teroris. Kami membodohi diri sendiri. Saya sudah lihat foto-fotonya.”

Saat itu setidaknya 140 demonstran dibunuh oleh tentara Israel, termasuk setidaknya 29 anak-anak menurut PBB, serta pekerja medis dan jurnalis, juga lebih dari 29.000 korban lainnya terluka.

7. "Jangan tangkap orang Palestina, tapi bunuh"

Pada 2013 Bennett memicu kontroversi, ketika dalam rapat kabinet tentang pembebasan tahanan Palestina dia berkata, “Jika kita menangkap teroris, kita hanya perlu membunuh mereka.

"Saya sudah membunuh banyak orang Arab dalam hidup saya - dan di sana tidak ada masalah dengan itu.”

Saat diminta klarifikasi oleh wartawan, juru bicaranya mengatakan maksud Bennett adalah tentara Israel diperintahkan wajib membunuh warga Palestina, bukannya menangkap dan memenjarakan mereka.

https://www.kompas.com/global/read/2021/06/14/152010170/7-fakta-dan-kontroversi-naftali-bennett-pm-baru-israel-pengganti-benjamin

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke