"Sudah sekitar 50 tahun kita di negara ini di mana fokus utamanya pada politisi. Dan para politisi ini semakin memihak pada pemerintah Indonesia," ujar Jason.
"Apa yang terjadi dengan demo Disrupt Land Forces adalah perubahan arah dengan membidik operator komersial serta menyoroti biaya ekonomi dan politik yang akan ditanggung para operator komersial ini," jelasnya.
Kelompok "Disrupt Land Forces" menyatakan mereka berhasil masuk ke arena pameran melalui pintu samping yang tak dikunci.
Namun polisi menyebutkan ada pengunjung pameran yang membuka pintu tersebut.
Baca juga: Diduga Korupsi Dana Covid-19 Rp 3,1 Miliar, Kepala BPKAD Mamberamo Raya Papua Ditahan
Juru bicara kelompok ini, Jarrah Kershaw, mengaku sengaja membidik pameran karena "perusahaan-perusahaan ini dan Angkatan Bersenjata yang membeli senjata mereka tidak diterima di Brisbane".
"Kami tak mau menerima penjahat perang, korporasi pencuri dan pembunuh," ujarnya.
Pada demo hari pertama yang diikuti ratusan orang, Selasa (1/6/2021), tujuh aktivis ditangkap polisi.
Para demonstran menumpahkan darah tiruan di tangga dan lantai gedung pameran.
Mereka juga meneriaki tentara berseragam yang hadir di sana dengan ujaran "penjahat perang".
Seorang peserta unjuk rasa, Wendy Flannery mengatakan ia ikut dalam aksi ini karena khawatir dengan kerusakan yang dialami dari persenjataan militer secara umum.
"Pembuatan senjata merupakan industri besar yang sangat menguntungkan," ujarnya.
Baca juga: KKB Bakar Fasilitas Bandara Ilaga, Sempat Terjadi Kontak Senjata dengan Aparat
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.