Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pangeran Harry “Rusak Negara,” Ribuan Orang Tanda Tangan Petisi Copot Gelar Kerajaannya

Kompas.com - 01/06/2021, 16:22 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Daily Star

LONDON, KOMPAS.com - Ribuan orang telah menandatangani petisi yang mendesak Pangeran Harry untuk meminta Ratu Elizabeth II menangguhkan gelar kerajaan Inggris miliknya.

Petisi itu diluncurkan dua pekan lalu oleh Lady Colin Campbell, yang menulis buku "Meghan and Harry: The Real Story."

Baca juga: POPULER GLOBAL: Pangeran William Khawatir Harry Kebablasan | Wanita yang Diduga Pasien Nol Covid-19

Petisi tersebut mendesak Duke of Sussex untuk secara sukarela meminta Ratu Elizabeth II menangguhkan gelarnya. Artinya gelar tersebut tidak digunakan untuk sementara.

Kepada Daily Star, secara eksklusif Lady Colin Campbell mengungkapkan bahwa peluncuran petisi itu merupakan "hal yang benar untuk dilakukan."

"Saya telah berbicara dengan orang-orang, banyak orang, yang berpikir itu adalah hal yang benar untuk dilakukan dan itu adalah solusinya.”

"Ini adalah solusi yang bermartabat untuk semua pihak. Untuk tidak mempermalukan siapa pun dan melindungi semua orang. Saya pikir ini adalah cara yang manusiawi untuk menyelesaikan situasi yang sangat disesalkan," terangnya melansir Daily Star pada Senin (31/5/2021).

Pada Selasa (1/6/2021), petisi tersebut kini telah ditandatangani oleh lebih dari 40.000 orang dari target 50.000 tanda tangan. Petisi tersedia untuk ditandatangani di Change.org.

Baca juga: Pangeran Harry Mengaku Khawatir dan Takut saat Harus Hadiri Pemakaman Philip di Inggris

Dan sekarang ribuan orang Inggris lainnya telah bergabung dengan petisi tersebut. Beberapa dari mereka juga mengatakan Pangeran Harry "merusak negara kita."

Orang-orang yang menandatangani petisi itu juga telah membagikan pendapat dan alasan mereka atas tindakan itu.

"Menggunakan gelarnya untuk menimbulkan masalah merusak negara kita," tulis seseorang.

Yang lain menulis: "Mereka tidak pantas mempertahankan gelar, terutama ketika mereka menggunakannya untuk keuntungan pribadi."

Yang ketiga menambahkan: "Tindakannya saat ini merusak negara ini dan bertentangan dengan bagaimana seorang Royal (Keluarga Kerajaan Inggris) diharapkan untuk berperilaku."

Berbicara kepada Daily Star, Lady C mengatakan dia yakin Harry dan istrinya Meghan Markle masih bisa "menjual merek mereka" tanpa gelar kerajaan Inggris.

"Ini adalah solusi terbaik, karena membebaskan Harry menuruti kehendaknya sendiri, tanpa konsekuensi dan tanpa merusak institusi monarki Inggris, rakyat Inggris dan dirinya sendiri,” ujar pakar kerajaan itu.

Seniman memberikan sentuhan akhir pada patung lilin Pangeran Harry, Duke of Sussex, dan Meghan, Duchess of Sussex dari Inggris ketika Madame Tussauds bersiap untuk membuka kembali pintunya untuk umum pada 30 Juli 2020 setelah pelonggaran pembatasan penguncian virus corona di Inggris.AFP PHOTO/TOLGA AKMEN Seniman memberikan sentuhan akhir pada patung lilin Pangeran Harry, Duke of Sussex, dan Meghan, Duchess of Sussex dari Inggris ketika Madame Tussauds bersiap untuk membuka kembali pintunya untuk umum pada 30 Juli 2020 setelah pelonggaran pembatasan penguncian virus corona di Inggris.

Baca juga: Ratu Elizabeth II Kecewa Berat pada Pangeran Harry atas Kritiknya terhadap Keluarga Kerajaan

Menurutnya, keputusan itu justru akan membebaskan Harry. Sebab Harry dinilai sudah “cukup besar” sehingga tidak membutuhkan gelar kerajaannya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Israel Bersumpah Lanjutkan Serangan di Rafah, sebab Gencatan Senjata Tak Pasti

Israel Bersumpah Lanjutkan Serangan di Rafah, sebab Gencatan Senjata Tak Pasti

Global
Taiwan Kembangkan Sistem Satelit Serupa Starlink Milik Elon Musk

Taiwan Kembangkan Sistem Satelit Serupa Starlink Milik Elon Musk

Internasional
[POPULER GLOBAL] Warga Gaza Diperintahkan Mengungsi | Kucing Terjebak Masuk Kardus Paket

[POPULER GLOBAL] Warga Gaza Diperintahkan Mengungsi | Kucing Terjebak Masuk Kardus Paket

Global
Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza, Jeda Perang 7 Bulan

Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza, Jeda Perang 7 Bulan

Global
Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Global
Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Global
Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Global
Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Internasional
Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Global
Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Global
Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Global
Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Global
Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Global
Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Global
Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com