BEIJING, KOMPAS.com- Puing-puing roket China diperkirakan akan jatuh kembali ke Bumi secara tidak terkendali akhir pekan ini.
Tidak jelas di mana dan kapan tepatnya bagian-bagian roket itu akan jatuh.
Roket Long March 5B diluncurkan pada akhir April untuk membawa modul pertama stasiun luar angkasa masa depan China ke orbit.
Baca juga: Roket Long March 5B China Jatuh Tanpa Kendali, Akan Masuk Atmosfer Bumi Minggu Ini
Badan roket saat ini sedang mengitari Bumi, hendak memasuki atmosfer yang lebih rendah.
Amerika Serikat pada hari Kamis (6/5/2021) mengatakan sedang mengawasi jalur obyek itu, tetapi saat ini tidak memiliki rencana untuk menembaknya jatuh.
"Kami berharap pesawat itu akan mendarat di tempat yang tidak akan merugikan siapa pun," kata Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin. "Mudah-mudahan di lautan atau tempat seperti itu."
Dia juga secara tidak langsung mengkritik China, mengatakan bahwa ada kebutuhan untuk "memastikan hal-hal semacam itu dipertimbangkan saat merencanakan dan melakukan operasi".
The Global Times mengutip pakar kedirgantaraan, Song Zhongping, yang mengatakan bahwa jaringan pemantau luar angkasa China akan terus mencermati dan mengambil tindakan yang diperlukan jika kerusakan terjadi akibat jatuhnya puing-puing.
Sejak 1990, tidak ada benda buatan manusia seberat lebih dari 10 ton yang sengaja dibiarkan di orbit untuk jatuh kembali ke Bumi tanpa kendali.
Namun dalam beberapa hari ke depan, roket Long March 5B seberat 21 ton akan menjadi salah satu peluncur terbesar yang berbuat demikian.
Baca juga: Pentagon Waspadai Jatuhnya Roket China di Wilayah Berpenghuni
Dengan lebar lima meter dan panjang 30 meter, roket itu sekarang bergerak dengan kecepatan sekitar 27.600 km/jam dalam orbit jatuh menuju Bumi.
Roket tersebut saat ini berada dalam orbit rendah, yang berarti ia mengelilingi Bumi tetapi secara bertahap masih ditarik ke bawah.
"Tarikan akan memperlambat obyek, yang menyebabkan hilangnya ketinggian, membawanya ke atmosfer yang lebih padat, yang pada gilirannya menyebabkan lebih banyak tarikan dan hilangnya kecepatan dan ketinggian," kata Jason Herrin dari Observatorium Bumi Singapura, kepada BBC.
"Setelah proses ini dimulai, obyek akan terkunci dalam perjalanan turun yang tidak dapat diubah," jelasnya.
Bagian yang tidak terbakar sepenuhnya akan tetap ada dan jatuh ke bumi.
Jika semua ini terjadi tanpa terkendali, tempat roket terbakar dan di mana puing-puing akan jatuh tidak dapat dikendalikan atau diprediksi secara akurat.
Peluncuran Long March 5B lainnya pada tahun 2020 juga juga berakhir tanpa kendali dan beberapa puing jatuh di bagian pedesaan Pantai Gading, Afrika Barat, menimpa pipa logam sepanjang 12 meter, meskipun tidak ada yang terluka.
Baca juga: AS Tidak Akan Tembak Roket China yang Bakal Jatuh Tak Terkendali ke Bumi
Astronom Jonathan McDowell, dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics, mengatakan masalah roket tak terkendali itu adalah" masalah besar dengan Long March 5B".
"Roket AS dan Eropa yang kecil juga masuk kembali tanpa kendali (dan terbakar seluruhnya), tetapi roket AS atau Eropa yang besar dirancang khusus untuk tidak meninggalkan bagian-bagian besar di orbit; bagian-bagian itu selalu dibuang dengan aman pada orbit pertama penerbangan, "katanya kepada BBC.
"China memutuskan mereka lebih suka menggunakan desain yang lebih sederhana dan berharap mereka beruntung dengan kembali memasuki bumi tanpa terkendali, tetapi tidak melukai siapa pun."
Masuk kembali secara terkontrol berarti roket masih dapat dikendalikan oleh tim peluncur, misalnya melalui mesin roket atau pendorong kecil.
Puing-puing tersebut biasanya akan diarahkan ke lokasi tertentu di tengah laut dan jauh dari manusia.
Dengan begitu, jalur penerbangan bisa dikendalikan dan lokasi masuk kembali bisa diprediksi.
Biasanya, tempatnya jauh dari daratan, seperti di Pasifik Selatan, antara Australia, Selandia Baru, dan Amerika Selatan.
Area seluas sekitar 1.500 km persegi wilayah ini adalah kuburan pesawat ruang angkasa dan satelit.
Baca juga: Akun Resmi Partai Komunis China Bandingkan Peluncuran Roket dengan Kremasi Massal India
Koresponden sains BBC, Jonathan Amos, mengatakan roket tersebut bergerak di zona yang membentang 41 derajat ke utara dan selatan khatulistiwa - mencakup New York, Istanbul dan Beijing di utara serta Wellington, dan Cile di selatan.
Dia berkata: "Jika Anda tinggal di utara atau selatan zona ini, ia tidak akan menimpa Anda, dan jika Anda tinggal di dalam zona itu, dekat dengan ekuator, kemungkinan ada sesuatu yang jatuh sangat, sangat kecil — 70 persen dari Bumi tertutup lautan jadi jika ada (puing-puing) yang selamat dari roket yang terbakar ketika jatuh ke bumi, kemungkinan besar ia akan berakhir di air."
Sebuah peta bernama AstriaGraph, yang didanai oleh pemerintah AS, memungkinkan pelacakan semua obyek buatan manusia di luar angkasa — sekitar 26.000 benda.
Profesor Moriba Jah, seorang insinyur kedirgantaraan dari University of Texas yang mengerjakan proyek tersebut, mengatakan: "Ukuran benda-benda itu berkisar dari telepon pintar hingga stasiun luar angkasa dan mungkin 3.500 dari mereka adalah satelit yang masih berfungsi, sisanya adalah sampah."
Ada sekitar 200 benda besar, termasuk potongan-potongan roket tua, yang berpotensi menjadi "bom waktu", menurut Profesor Jah.
"Satelit yang menyediakan layanan seperti posisi, navigasi dan waktu, transaksi keuangan, peringatan cuaca, bisa kapan saja tertabrak salah satu sampah ini dan kemudian berhenti berfungsi. Jadi dampaknya akan signifikan bagi umat manusia jika kita kehilangan sebagian sumber daya berbasis ruang angkasa ini. "
Roket Long March 5B China dapat ditemukan di AstriaGraph, dengan sebutan CZ-5B.
Baca juga: Peluncur Roket China Bisa Menghancurkan Seluruh Pangkalan Militer Taiwan
Benda itu mengitari Bumi setiap 90 menit sekali, tetapi sulit untuk memperkirakan lintasan roket yang jatuh karena ada banyak variabel dan perhitungan yang perlu dilakukan.
Jadi untuk saat ini, para ilmuwan hanya memantau penurunannya, mengantisipasi kedatangannya kembali dalam waktu dekat.
Roket Long March 5B lepas landas pada 29 April 2021 dari Pusat Peluncuran Luar Angkasa Wenchang China.
Pesawat itu membawa modul kunci untuk stasiun luar angkasa permanen baru sebagai bagian dari program luar angkasa China yang semakin ambisius.
Beijing berencana untuk memiliki setidaknya 10 peluncuran serupa lagi, membawa semua peralatan tambahan ke orbit, sebelum stasiun selesai pada tahun 2022.
China juga berencana membangun stasiun bulan, bekerja sama dengan Rusia.
Negara ini terlambat memulai eksplorasi ruang angkasa, dan baru mengirim astronot pertamanya ke luar angkasa pada tahun 2003, beberapa dekade setelah Uni Soviet dan AS melakukannya.
Baca juga: Roket China Diduga Pecah di Angkasa, Puing-puing Berjatuhan di Afrika
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.