"Kita sudah melihat kematian dari Brasil karena infeksi yang terjadi sebelumnya. Di India, infeksi tersebut sekarang terjadi secara real time, jadi ada jeda waktu untuk melihat angka kematian."
Baca juga: Dokter Residen India, Putuskan Hidup-Mati Pasien dalam Tugas Jaga Mencekam
Dr Mackay mengatakan, meskipun jenis Covid-19 varian Brasil akan turut berperan dalam menyebarkan virus, dia memperingatkan untuk tidak semata-mata menyalahkan varian tersebut sebagai penyebab jumlah kasus yang tinggi.
"Ini tidak selalu hanya tentang varian, ini disebabkan oleh bagaimana langkah-langkah kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk perlindungan diri dan mencegah penyebaran dari varian apapun."
Program vaksinasi Brasil juga mengalami penundaan dan menghadapi masalah stok vaksin.
Pada hari Senin, regulator kesehatan Brasil, Anvisa, menolak mengimpor vaksin Sputnik V Covid-19 buatan Rusia yang diminta oleh gubernur negara bagian.
Menurut manajer obat-obatan dan produk biologis Anvisa, Gustavo Mendes, yang menjadi masalah penting bagi Anvisa adalah adanya adenovirus dalam vaksin tersebut, yang dapat menyebabkan cacat "serius".
Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF), yang memasarkan vaksin Sputnik V di luar negeri, menyangkal komentar Anvisa, dan mengatakan keamanan dan kemanjuran suntikan telah dinilai oleh regulator di 61 negara yang menyetujui penggunaannya.
Ilmuwan Rusia mengatakan, Sputnik V 97,6 persen efektif melawan Covid-19 dalam penilaian "dunia nyata" berdasarkan data dari 3,8 juta orang, Institut Gamaleya Moskow dan Dana Investasi Langsung Rusia mengatakan pekan lalu.
Regulator Uni Eropa, European Medicines Agency (EMA), saat ini sedang meninjau vaksin dan proses pembuatannya. Keputusan mengenai persetujuan penggunaannya diharapkan akan diketahui pada Mei atau Juni.
Hanya 13 persen populasi Brasil yang telah menerima setidaknya satu dosis vaksin Covid-19.
Baca juga: Brasil Kekurangan Vaksin Covid-19 Jelang Suntikan Dosis Kedua
Perancis berada dalam lockdown nasional ketiga setelah mengalami lonjakan kematian dan jumlah kasus.
Ada spekulasi bahwa penutupan akan segera dicabut dan Perdana Menteri Jean Castex melangkah lebih jauh setelah mengatakan "gelombang ketiga wabah ini sudah kita tinggalkan" pada konferensi pers.
Turki melakukan lockdown minggu ini dan penduduknya diperkirakan akan tetap tinggal di rumah sampai setidaknya 17 Mei untuk mengekang lonjakan kematian dan infeksi.
"Pada saat Eropa memasuki fase pembukaan kembali, kami perlu segera memangkas jumlah kasus kami menjadi di bawah 5.000 agar tidak ketinggalan. Jika tidak, kami pasti akan membayar ongkos yang mahal di setiap bidang, dari pariwisata hingga perdagangan dan pendidikan," kata Presiden Tayyip Erdogan.
Di Meksiko, pemerintah mengatakan jumlah kematian di negara itu kemungkinan 60 persen lebih tinggi dari angka yang dikonfirmasi setelah angka terbaru diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan.
Pemerintah Meksiko telah lama mengatakan jumlah sebenarnya kematian Covid-19 kemungkinan jauh lebih tinggi daripada jumlah yang dikonfirmasi karena tingkat tes yang rendah.
Baca juga: Korban Meninggal Covid-19 di Brasil Capai 400.000 Orang
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.