“Kami diberi tahu bahwa lab mengalami kesulitan menangani permintaan dari ribuan pasien untuk pengujian. Ibu saya sudah menderita diabetes dan penyakit ginjal kronis. Penundaan yang sistemik membunuhnya."
Sampai pihak keluarga menerima konfirmasi bahwa Oberoi memang positif Covid-19, mereka tidak dapat memulai pengobatan yang tepat.
“Penantian di setiap level membuat frustrasi dan menyebalkan. Suami saya dan saya bingung antara merawat ibu saya yang sakit dan menggunakan telepon untuk menghubungi rumah sakit dan dokter. Kami tidak tahu harus berbuat apa. itu gila,” kata Paliwal.
“Seluruh dunia bagaikan runtuh di sekitar kita.”
Baca juga: Negara Tetangga India Waspadai Sebaran Varian Baru Virus Corona Mutan Ganda
Begitu keluarga itu akhirnya mendapatkan ranjang rumah sakit, mereka menghela napas lega.
Namun Oberoi enggan untuk dirawat. “Dia terus mengatakan bahwa dia tidak memiliki perasaan baik tentang hal itu,” ingat putrinya.
“Saya pikir ibu saya memiliki firasat bahwa dia tidak mungkin keluar dari rumah sakit hidup-hidup.”
Tapi dia memberitahu ibunya bahwa mereka tidak punya pilihan lain. Masalahnya, Oberoi memiliki beberapa penyakit bawaan yang telah membahayakan kekebalannya, jadi dia membutuhkan perawatan khusus.
“Indra keenamnya terbukti benar, dia didorong sebagai orang yang hidup dan keluar sebagai jasad," kenangnya.
Guru sekolah tersebut percaya bahwa sistem medis India telah runtuh total "seperti rumah kartu," di bawah gelombang kedua virus corona.
Baca juga: Warga India Murka, Jutawan Kriket Tetap Berlaga di Kota Hotspot Covid-19
Sementara itu, pasar gelap menjamur dalam semalam, dengan obat-obatan perawatan dan tabung oksigen dijual kepada keluarga yang putus asa. Setidaknya kebutuhan medis itu dijual 10 kali lipat dari harga normal di sana.
Pada saat yang sama, kata Paliwal, politisi VIP dan selebriti diberi "perawatan karpet merah. Dokter terbaik tersedia untuk mereka, bahkan ketika orang biasa menderita bukan karena kesalahan mereka".
Sementara itu, kematian terus meningkat.
“Saya melihat enam hingga tujuh mayat dikremasi secara bersamaan dan tergesa-gesa ketika kami berada di tempat kremasi untuk upacara terakhir ibu saya. Tidak ada penghormatan atas semua kematian itu,” keluhnya.
“Seluruh warga negara telah ditinggalkan pada saat-saat yang paling mereka butuhkan, oleh mereka yang memegang jabatan tertinggi, yang dipercayakan untuk melayani dan melindungi mereka. Ini telah menjadi kesimpulan pahit dari pandemi ini bagi jutaan orang India."
Baca juga: Warga India Murka, Jutawan Kriket Tetap Berlaga di Kota Hotspot Covid-19
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.