Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Uni Eropa Siap Bantu Pulihkan Demokrasi di Myanmar

Kompas.com - 30/04/2021, 16:16 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

NAYPYIDAW, KOMPAS.com – Uni Eropa menyatakan siap mendukung semua pihak guna membantu memulihkan demokrasi di Myanmar.

Hal itu diungkapkan oleh seorang perwakilan Uni Eropa kepada negara-negara anggota ASEAN pada Jumat (30/4/2021).

Sebelumnya, ASEAN menggelar KTT dengan pemimpin juta militer Myanmar pekan lalu untuk membahas situasi di negara tersebut.

Baca juga: 3 Bulan Kudeta Militer Myanmar, Perlawanan Rakyat Belum Padam

Para pemimpin negara-negara anggota ASEAN mengatakan, mereka menyepakati konsensus bahwa junta militer Myanmar bersedia mengakhiri kekerasan di sana.

"Uni Eropa siap mendukung ASEAN dalam memfasilitasi dialog konstruktif dengan semua pemangku kepentingan utama dengan tujuan untuk membawa Myanmar/Burma kembali ke jalur demokrasinya," kata perwakilan tinggi Uni Eropa.

Militer Myanmar mengambil alih kekuasaan setelah menahan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi pada 1 Februari kala fajar.

Pada Sabtu (1/5/2021), kudeta militer tersebut akan berusia tiga bulan.

Baca juga: Militer Myanmar Klaim Dua Pangkalan Angkatan Udara Ditembak Roket

Selama tiga bulan, lebih dari 700 orang, termasuk anak-anak, tewas di tangan pasukan keamanan Myanmar.

Selama tiga bulan, junta militer semakin keras dalam menindak massa dan jumlah orang yang ditangkap terus meningkat.

The Irrawaddy melaporkan, jalan-jalan di Myanmar kini tak lagi dipenuhi oleh pengunjuk rasa, seperti yang terlihat pada Februari dan awal Maret.

Namun, perlawanan rakyat Myanmar terhadap junta militer masih belum terpadamkan.

Baca juga: Kelompok Etnis Bersenjata Myanmar Rebut Pangkalan Militer di Dekat Perbatasan Thailand

Meski aksi protes berskala besar surut di kota-kota besar, rakyat di kota-kota kecil dan desa-desa masih menggelar aksi unjuk rasa.

Bahkan di sejumlah besar, anak-anak muda masih melakukan protes sporadis ala gerilya untuk menghindari tindakan keras.

Beberapa pengunjuk rasa sudah tak tahan dengan kekerasan yang dilancarkan pasukan keamanan, akhirnya melakukan perlawanan fisik dengan senjata rakitan.

Di perbukitan barat laut Myanmar, penduduk membunuh pasukan rezim dengan senapan berburu yang belum sempurna saat mereka datang untuk menghancurkan pengunjuk rasa.

Baca juga: Setelah KTT ASEAN Junta Myanmar Mau Hentikan Kekerasan, tapi...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com