Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Mahasiswa Indonesia saat Tsunami Covid-19 India: Saya Tak Berani ke Laboratorium

Kompas.com - 29/04/2021, 14:53 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

Karena itu, Anggy sekarang memutuskan untuk tidak melakukan banyak kegiatan, baik kegiatan pribadi maupun akademik, walau di dalam kampus salah satu universitas terbaik di India ini sudah dilakukan berbagai pengamanan.

"Saya sekarang hanya di kamar saja. Biasanya kami makan di ruang makan bersama di kampus. Sekarang saya hanya mengambil makanan," sambung Anggy.

"Kami sebenarnya harus bekerja di laboratorium dengan sekitar 20 mahasiswa asal India, namun saya khawatir sehingga saya memutuskan sementara tidak ikut dulu," tuturnya lagi.

Baca juga: Kirim Pesan Butuh Tabung Oksigen di Twitter, Seorang Pria di India Dituntut Pidana

Anggy khawatir karena merasa rekan-rekan mahasiswa lainnya tidak mengikuti protokol kesehatan dengan ketat.

"Beberapa orang saya lihat seperti tidak peduli dengan adanya wabah. Mereka seperti tidak takut mati sama sekali," kata Anggy yang menyelesaikan pendidikan S1 di Universitas Sultan Agung di Semarang tersebut.

Tapi Anggy mengatakan dia tidak menyesal berada di India saat ini, karena dia masih bisa melanjutkan pendidikan dan hidup dari beasiswa yang didapatkannya.

"Beberapa teman yang juga mendapat beasiswa menyesal, karena belum bisa datang sehingga dana beasiswanya belum turun," ucap Anggy.

"Saya merasa beruntung datang lebih cepat. Kalau mereka di Indonesia, mereka harus kuliah sambil kerja karena beasiswa belum turun," kata Anggy.

Baca juga: Kengerian Covid-19 di India: Jenazah Ibu Dibawa Anaknya Pakai Sepeda Motor

Belajar sejarah Islam di India

Yang juga masih bertahan di India adalah Fikri asal Provinsi Banten dan sekarang menempuh pendidikan S1 di jurusan Sejarah Islam di Aligarh Muslim University.

Fikri sudah berada di India selama dua tahun terakhir.

Kota Aligarh terletak sekitar 140 kilometer dari New Delhi dan memiliki penduduk sekitar 1,2 juta orang.

Sekitar 46 persen warganya adalah Muslim, sehingga menjadi salah satu kota yang dituju oleh mahasiswa internasional untuk belajar Islam.

"Dalam dua minggu terakhir, keadaan pribadi saya sehat, namun karena keadaan lingkungan di India, saya pribadi waspada dikarenakan tingginya angka penyebaran di India," kata Fikri kepada ABC Indonesia.

Baca juga: Cara Ekspatriat Kabur dari Tsunami Covid-19 India: Carter Jet Pribadi ke UEA

"Karena bulan Ramadan, di pasar masih ada penumpukan massa terutama di sore hari."

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com