Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Janji Akan Berbagi 60 Juta Dosis Vaksin Covid-19 AstraZeneca Simpanannya dengan Dunia

Kompas.com - 28/04/2021, 10:04 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Amerika Serikat (AS) sedang membuat rencana untuk membagikan jutaan dosis vaksin Covid-19 AstraZeneca dengan dunia, dan mempersiapkan upaya besar untuk membantu India melawan kebangkitan virus.

Rencana ini datang setelah muncul seruan agar AS berbuat lebih banyak untuk membantu negara-negara berkembang dalam menghadapi pandemi.

Baca juga: Jerman Campur Penggunaan Vaksin Covid-19 AstraZeneca, Ganti Dosis Kedua dengan Jenis Lain

Wall Street Journal melaporkan, Gedung Putih mengatakan Senin (26/4/2021) akan membagikan sebanyak 60 juta dosis vaksin AstraZeneca dengan seluruh dunia.

Pejabat AS juga mengatakan mereka sedang menjajaki opsi untuk segera mengirimkan oksigen dan pasokan terkait ke India.

Presiden AS, Joe Biden berbicara dengan Perdana Menteri India Narendra Modi ketika negara Asia Selatan itu melaporkan 352.991 kasus virus corona baru pada Senin (26/4/2021). Kondisi tersebut menandai hari kelima berturut-turut negara itu mencetak rekor global, untuk peningkatan infeksi dalam satu hari.

Pemerintahan Biden telah menghadapi tekanan yang semakin besar untuk membagikan dosis vaksin. Terutama untuk India dan negara berkembang lainnya, yang terpukul pandemi virus corona, dan jauh di belakang negara-negara kaya dalam pengadaan dan pemberian dosis vaksin.

Rumah sakit India kewalahan, karena negara tersebut mencatat satu juta kasus baru hanya dalam tiga hari. Tempat tidur dan oksigen dalam persediaan sedikit dan krematorium kehabisan ruang pembakaran.

Laporan dan gambar orang yang sekarat di trotoar menunggu perawatan telah menggarisbawahi parahnya lonjakan tersebut.

Biden dan beberapa pejabat tinggi pemerintahannya tidak mengeluarkan pernyataan publik tentang krisis tersebut hingga akhir pekan, sehingga menimbulkan protes.

Pada Minggu (25/4/2021), Gedung Putih mengatakan akan mengirim terapi, alat tes diagnostik cepat, ventilator dan alat pelindung untuk membantu India.

Baca juga: Diduga Punya Efek Samping Serius, Vaksin AstraZeneca Dihentikan di Denmark

Pada Senin (26/4/2021), para pejabat mengatakan mereka juga akan mengirim pengobatan antivirus “remdesivir,” dan mengerahkan tim ahli kesehatan masyarakat AS ke India.

Namun Gedung Putih tidak menyetujui sumbangan pasokan vaksin ke India, dengan mengatakan bahwa mereka akan menyediakan sumber bahan mentah untuk membantu India memproduksi lebih banyak vaksin.

Gedung Putih mengatakan sebanyak 16 juta dosis AstraZeneca dapat tersedia untuk negara lain dalam dua bulan ke depan. Tetapi tidak mengidentifikasi penerima atau mengatakan apakah India akan termasuk di antara mereka.

Izin AstraZeneca

Vaksin AstraZeneca belum diizinkan untuk digunakan di AS.

Gedung Putih mengatakan dosis masih dapat diekspor ke negara lain, setelah Food and Drug Administration (FDA) menganggap vaksin tersebut telah memenuhi harapan "kualitas produk" tertentu, sebagai bagian dari tinjauan berkelanjutan oleh regulator dari pabrik tempat vaksin diproduksi di AS

AstraZeneca menolak berkomentar apakah telah dikonsultasikan terkait keputusan tersebut.

"Dosis tersebut merupakan bagian dari komitmen pasokan AstraZeneca kepada pemerintah AS," kata juru bicara AstraZeneca dalam email.

“Keputusan untuk mengirim pasokan AS ke negara lain dibuat oleh pemerintah AS.”

Seorang pejabat senior India mengatakan New Delhi tidak secara khusus meminta pasokan dosis AstraZeneca yang tidak terpakai. Tetapi dengan senang hati akan menerima sebagian dari mereka jika ditawarkan.

"Yang mengejutkan kami adalah respons yang lambat dari AS. Hal itu menimbulkan keraguan dalam opini publik, dan terkadang menimbulkan komplikasi," kata pejabat itu.

"Saya tidak berpikir itu adalah tindakan yang disengaja, rencana yang dipikirkan dengan baik untuk menghina India. Seseorang baru saja membuat kesalahan.”

Baca juga: Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Australia Atur Ulang Vaksinasi Covid-19

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price membantah tuduhan bahwa AS lambat merespons, meski mengakui lebih banyak bantuan diperlukan.

"Kami menyadari bahwa wabah saat ini telah sangat mengkhawatirkan di India, sehingga masih banyak yang bisa kami lakukan," kata Price pada Senin (26/4/2021).

Meskipun demikian, para kritikus mengatakan tanggapan AS yang tertunda harus berfungsi sebagai pengingat, bahwa New Delhi tidak bisa terlalu bergantung pada Washington.

India dan AS juga tetap berselisih tentang dorongan New Delhi, untuk mengesampingkan hak kekayaan intelektual perusahaan farmasi atas vaksin yang menyelamatkan nyawa.

Pemerintahan Biden telah meningkatkan hubungan dengan India sebagai salah satu tujuan utama kebijakan luar negerinya. New Delhi dilihat sebagai sekutu potensial penting melawan China di kawasan Indo-Pasifik.

Bulan lalu, Biden secara virtual bertemu dengan para pemimpin India, Jepang dan Australia untuk membahas produksi lebih banyak vaksin untuk wilayah tersebut, sebuah langkah yang dimaksudkan untuk menandai prioritas AS.

Lonjakan di India, yang dimulai pada Maret, membawa total infeksi di negara itu menjadi lebih dari 17 juta sejak dimulainya pandemi. Korban tewas negara itu mencapai lebih dari 195.000 pada Senin, tetapi para ahli kesehatan masyarakat mengatakan angka tersebut kemungkinan lebih tinggi.

Baca juga: Uji Coba Vaksin Covid-19 AstraZeneca pada Anak-anak Dihentikan Sementara karena Isu Pembekuan Darah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Global
Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Global
3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

Global
Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Global
China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

Global
AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

Global
9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

Global
Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com