TEL AVIV, KOMPAS.com – Seorang purnawirawan jenderal Angkatan Udara Israel yang ikut menghancurkan program nuklir Irak dan Suriah mengakui bahwa menghancurkan program Iran bukanlah hal yang mudah.
Purnawirawan jenderal tersebut bernama Amos Yadlin. Dia berpartisipasi dalam pengeboman fasilitas nuklir Irak pada Juni 1981 sebagai bagian dari Operasi Opera.
Setelah itu, kariernya moncer. 16 tahun kemudian, dia diangkat sebagai kepala intelijen militer Israel pada 2007 sebagaimana dilansir Middle East Monitor, Senin (19/4/2021).
Baca juga: China Kecam Rencana Jepang Buang 1,25 Juta Ton Limbah Nuklir ke Laut
Kala menduduki jabatan itu, Yadlin juga membantu merancang Operasi Orchard yang menargetkan dan menghancurkan fasilitas nuklir milik Suriah.
Kini, dalam wawancaranya terbarunya dengan CNBC, dia menjelaskan bahwa menangani program nuklir Iran sangat berbeda. Hasil wawancara dengan Yadlin diterbitkan pada Sabtu (17/4/2021).
Yadlin mengatakan, faktor pertama yang perlu diperhatikan adalah elemen kejutan. "Saddam dan Assad terkejut. Iran telah menunggu serangan ini selama 20 tahun,” kata Yadlin.
Selain itu, program nuklir Irak dan Suriah terpusat di satu wilayah. Sementara fasilitas nuklir milik Iran dijaga dengan ketat dan tersebar sejumlah situs di seluruh negeri.
Baca juga: Jepang Akan Buang 1,25 Juta Ton Air Limbah Nuklir Fukushima ke Laut
Dia menambahkan, keadaan itu membuat upaya serangan terhadap program nuklir Iran menjadi jauh lebih kompleks.
Lebih lanjut, Yadlin menekankan bahwa badan-badan intelijen tidak memiliki laporan yang memadai mengenai semua fasilitas nuklir milik Iran.
Beberapa di antara fasilitas nuklir milik Iran dilaporkan tersembunyi di bawah tanah dan di daerah pegunungan.
Secara keseluruhan, Yadlin menuturkan bahwa Iran telah belajar dari apa yang telah mereka lakukan.
“Tetapi kami juga telah belajar dari apa yang telah kami lakukan dan sekarang kami memiliki lebih banyak kemampuan,” sambung Yadlin.
Baca juga: Iran Klaim Fasilitas Nuklir Natanz Disabotase, Pelakunya Disebut Israel
Yadlin juga menyinggung bagaimana Iran mengeklaim mampu memperkaya uranium hingga kemurnian 60 persen. Untuk dapat membuat senjata nuklir, dibutuhkan uranium dengan kemurnian 90 persen.
"Mereka bisa memiliki cukup uranium yang diperkaya untuk menghasilkan dua atau tiga bom dengan cepat,” ujar Yadlin.
Dia menambahkan, rencana untuk menyerang dan menghancurkan program nuklir Iran tampaknya merupakan satu-satunya pilihan yang tersedia untuk Israel.
Menurut CNBC, mengutip ahli strategi militer Israel, opsi lain yang bisa diambil Israel untuk menghadapi program nuklir Iran adalah mendorong perjanjian yang lebih kuat antara Iran dan penandatangan kesepakatan nuklir.
Selain itu, Israel juga bisa menggunakan sanksi dan diplomasi untuk terus menekan Iran dan menggunakan serangan rahasia seperti serangan siber.
Baca juga: Terjadi Kecelakaan di Fasilitas Nuklir Iran, Kedua Kalinya di Natanz sejak 2020
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.