BEIJING, KOMPAS.com - Regulator China menjatuhkan denda pada raksasa e-commerce Alibaba senilai 2,78 miliar dollar AS (Rp 40,5 triliun) pada Sabtu (3/4/2021), karena dianggap menyalahgunakan posisi dominan dalam pasar.
Alibaba, e-commerce China yang didirikan Jack Ma dan salah satu perusahaan paling bernilai di dunia, mengatakan menerima hukuman itu.
Mereka berjanji menguraikan rencana untuk membuat penyesuaian dalam operasinya, pada Senin (12/4/2021).
Baca juga: Sempat Bersitegang, Pemerintah China Kini Puji Jack Ma Ternyata Ini Alasannya
Denda tersebut memperjelas tindakan keras Beijing terhadap platform teknologi utama China, dan Alibaba pada khususnya. Mereka dijerat tuduhan melakukan strategi anti-persaingan dan penyalahgunaan data konsumen.
Administrasi Negara untuk Peraturan Pasar China menyatakan pihaknya menilai denda setelah menyimpulkan penyelidikan terhadap Alibaba, yang dimulai pada Desember.
Penyelidikan berpusat pada operasi Alibaba yang melarang pedagang yang ingin berjualan di pasar daring populernya, menawarkan barang dagangan secara bersamaan di situs e-niaga saingan.
"Sejak 2015, Grup Alibaba telah menyalahgunakan posisi dominannya di pasar dengan persyaratan eksklusivitas,” kata regulator melansir AFP pada Sabtu (10/4/2021).
Persyaratan tersebut dinilai merugikan pesaing, inovasi, dan kepentingan pedagang hingga konsumen.
“Denda tersebut merupakan rekor dan hampir tiga kali lipat dari hampir 1 miliar dollar AS (Rp 14,5 triliun) yang dikenakan terhadap Qualcomm pada 2015,” kata Bloomberg.
Baca juga: Dikabarkan Hilang, Jack Ma Muncul di Video Berdurasi 50 Detik
Besarnya hukuman ditentukan setelah pengawas pasar memutuskan mendenda Alibaba empat persen dari penjualan 2019 sebesar 455,7 miliar yuan (Rp 1 kuadriliun).
Tak lama setelah keputusan itu diumumkan, Alibaba menyatakan penyesalan dan menggunakan banyak poin dalam aturan pemerintah baru-baru ini terkait masalah itu. Mereka berjanji melakukan perubahan untuk menjaga persaingan yang sehat.
"Kami menerima hukuman dengan tulus dan akan bertekad memastikan kepatuhan kami," katanya.
Alibaba menambahkan bahwa akan mengadakan konferensi dengan investor pada Senin (12/4/2021). Agendanya khusus untuk berbagi "pemikiran dan rencanan pengembangan bisnis perusahaan yang sehat dalam jangka panjang di masa depan."
"Kami berkomitmen memastikan lingkungan operasi bagi pedagang dan mitra kami yang lebih terbuka, lebih adil, lebih efisien, dan lebih inklusif dalam berbagi hasil pertumbuhan," katanya.
Raksasa e-commerce Alibaba dan JD.com, bersama dengan raksasa pengolah pesan dan permainan Tencent, berkembang menjadi sangat menguntungkan. Itu didukung tren gaya hidup digital China, dan pembatasan pemerintah terhadap pesaing utama dari AS di pasar domestik.