Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dituding Dominasi Pasar, China Denda Perusahaan Jack Ma Puluhan Triliun

Kompas.com - 11/04/2021, 14:00 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

BEIJING, KOMPAS.com - Regulator China menjatuhkan denda pada raksasa e-commerce Alibaba senilai 2,78 miliar dollar AS (Rp 40,5 triliun) pada Sabtu (3/4/2021), karena dianggap menyalahgunakan posisi dominan dalam pasar.

Alibaba, e-commerce China yang didirikan Jack Ma dan salah satu perusahaan paling bernilai di dunia, mengatakan menerima hukuman itu.

Mereka berjanji menguraikan rencana untuk membuat penyesuaian dalam operasinya, pada Senin (12/4/2021).

Baca juga: Sempat Bersitegang, Pemerintah China Kini Puji Jack Ma Ternyata Ini Alasannya

Denda tersebut memperjelas tindakan keras Beijing terhadap platform teknologi utama China, dan Alibaba pada khususnya. Mereka dijerat tuduhan melakukan strategi anti-persaingan dan penyalahgunaan data konsumen.

Administrasi Negara untuk Peraturan Pasar China menyatakan pihaknya menilai denda setelah menyimpulkan penyelidikan terhadap Alibaba, yang dimulai pada Desember.

Penyelidikan berpusat pada operasi Alibaba yang melarang pedagang yang ingin berjualan di pasar daring populernya, menawarkan barang dagangan secara bersamaan di situs e-niaga saingan.

"Sejak 2015, Grup Alibaba telah menyalahgunakan posisi dominannya di pasar dengan persyaratan eksklusivitas,” kata regulator melansir AFP pada Sabtu (10/4/2021).

Persyaratan tersebut dinilai merugikan pesaing, inovasi, dan kepentingan pedagang hingga konsumen.

“Denda tersebut merupakan rekor dan hampir tiga kali lipat dari hampir 1 miliar dollar AS (Rp 14,5 triliun) yang dikenakan terhadap Qualcomm pada 2015,” kata Bloomberg.

Baca juga: Dikabarkan Hilang, Jack Ma Muncul di Video Berdurasi 50 Detik

Besarnya hukuman ditentukan setelah pengawas pasar memutuskan mendenda Alibaba empat persen dari penjualan 2019 sebesar 455,7 miliar yuan (Rp 1 kuadriliun).

Tak lama setelah keputusan itu diumumkan, Alibaba menyatakan penyesalan dan menggunakan banyak poin dalam aturan pemerintah baru-baru ini terkait masalah itu. Mereka berjanji melakukan perubahan untuk menjaga persaingan yang sehat.

"Kami menerima hukuman dengan tulus dan akan bertekad memastikan kepatuhan kami," katanya.

Alibaba menambahkan bahwa akan mengadakan konferensi dengan investor pada Senin (12/4/2021). Agendanya khusus untuk berbagi "pemikiran dan rencanan pengembangan bisnis perusahaan yang sehat dalam jangka panjang di masa depan."

"Kami berkomitmen memastikan lingkungan operasi bagi pedagang dan mitra kami yang lebih terbuka, lebih adil, lebih efisien, dan lebih inklusif dalam berbagi hasil pertumbuhan," katanya.

Di bawah pengawasan

Raksasa e-commerce Alibaba dan JD.com, bersama dengan raksasa pengolah pesan dan permainan Tencent, berkembang menjadi sangat menguntungkan. Itu didukung tren gaya hidup digital China, dan pembatasan pemerintah terhadap pesaing utama dari AS di pasar domestik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Hampir 100 Truk Bantuan Masuk Gaza lewat Dermaga AS

Hampir 100 Truk Bantuan Masuk Gaza lewat Dermaga AS

Global
Presiden Perancis dan Para Menteri Arab Bahas Pendirian Negara Palestina

Presiden Perancis dan Para Menteri Arab Bahas Pendirian Negara Palestina

Global
Usai Keputusan ICJ, Warga Palestina Ingin Tindakan, Bukan Kata-kata

Usai Keputusan ICJ, Warga Palestina Ingin Tindakan, Bukan Kata-kata

Global
[POPULER GLOBAL] Arab Saudi Setop Keluarkan Izin Umrah | Cerita Ayah Tak Mampu Beli iPhone bagi Putrinya

[POPULER GLOBAL] Arab Saudi Setop Keluarkan Izin Umrah | Cerita Ayah Tak Mampu Beli iPhone bagi Putrinya

Global
ICJ Perintahkan Israel Buka Penyeberangan Rafah di antara Mesir dan Gaza

ICJ Perintahkan Israel Buka Penyeberangan Rafah di antara Mesir dan Gaza

Global
Pria Ini Pesan Burger McDonald's dengan Menghapus Semua Unsur, Ini yang Didapat

Pria Ini Pesan Burger McDonald's dengan Menghapus Semua Unsur, Ini yang Didapat

Global
Surat Perintah Penangkapan Netanyahu Disebut Tak Berlaku di Hongaria

Surat Perintah Penangkapan Netanyahu Disebut Tak Berlaku di Hongaria

Global
Singapore Airlines Ubah Aturan Sabuk Pengaman dan Rute Setelah Turbulensi Fatal

Singapore Airlines Ubah Aturan Sabuk Pengaman dan Rute Setelah Turbulensi Fatal

Global
Singapore Airlines Minta Maaf Setelah Penumpang Terluka Keluhkan Diamnya Maskapai

Singapore Airlines Minta Maaf Setelah Penumpang Terluka Keluhkan Diamnya Maskapai

Global
Kepala CIA Bakal ke Paris, Bahas Lagi Gencatan Senjata di Gaza

Kepala CIA Bakal ke Paris, Bahas Lagi Gencatan Senjata di Gaza

Global
Beberapa Sumber: Putin Inginkan Gencatan Senjata di Ukraina Garis Depan

Beberapa Sumber: Putin Inginkan Gencatan Senjata di Ukraina Garis Depan

Global
Mampukah Taiwan Pertahankan Diri jika China Menyerang?

Mampukah Taiwan Pertahankan Diri jika China Menyerang?

Internasional
Kematian Presiden Raisi Membuat Warga Iran Terbagi Jadi Dua Kubu

Kematian Presiden Raisi Membuat Warga Iran Terbagi Jadi Dua Kubu

Internasional
China Uji Coba Rebut Taiwan dalam Lanjutan Latihan Perang

China Uji Coba Rebut Taiwan dalam Lanjutan Latihan Perang

Global
Tanah Longsor di Papua Nugini, Diyakini Lebih dari 100 Orang Tewas

Tanah Longsor di Papua Nugini, Diyakini Lebih dari 100 Orang Tewas

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com