Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/04/2021, 18:10 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber CNN

AMMAN, KOMPAS.com - Raja Jordania Abdullah II akhirnya buka siara setelah perselisihan keluarga kerajaannya mengguncang satu negara.

Dia menyebut episode itu sebagai peristiwa "paling menyakitkan" dari 22 tahun pemerintahannya.

Drama itu dimulai akhir pekan lalu, ketika otoritas Jordania menahan sekitar 15 orang, termasuk seorang tokoh politik terkenal dan setidaknya satu anggota keluarga kerajaan.

Baca juga: Pangeran Hamzah bin Hussein Dituduh Hendak Kacaukan Jordania dengan Bantuan Asing

Pangeran Hamzah bin Al Hussein mengirim sebuah video ke media. Di dalamnya, sang pangeran mengaku di tempatkan dalam tahanan rumah.

Pihak berwenang menuduh Pangeran Hamzah menjadi bagian dari plot untuk "mengguncang" kerajaan, yang didukung oleh entitas asing yang tidak disebutkan namanya. Klaim yang dia bantah.

"Hasutan datang dari dalam dan tanpa diketahui keluarga kami. Tidak ada yang sebanding dengan keterkejutan, rasa sakit, dan amarah saya sebagai saudara dan sebagai kepala keluarga Hashemite, dan sebagai pemimpin," kata Raja Abdullah dalam rilisnya pada Rabu (7/4/2021) melansir CNN.

Menanggapi spekulasi tentang keberadaan Pangeran Hamzah, yang merupakan saudara tiri Abdullah, Raja mengatakan anggota kerajaan yang populer itu "bersama keluarganya, di istananya, dalam perawatan saya."

"Penghasutan" di kerajaan kini telah "di atasi," katanya juga.

Baca juga: Sosok Pangeran Hamzah, Anak Kesayangan Raja yang Dituduh Bikin Kacau Jordania

Apa kata Pangeran Hamzah

Pangeran Hamzah adalah putra mahkota Jordania selama lima tahun setelah ayahnya, Raja Hussein, meninggal pada 1999.

Akan tetapi karena dinilai masih terlalu muda dan belum berpengalaman saat ayahnya meninggal, kakak tirinya, Abdullah akhirnya naik takhta.

Pada 2004, Raja Abdullah II mencabut gelarnya sebagai pewaris, dan kemudian menamai putranya yang masih remaja Pangeran Hussein bin Abdullah sebagai putra mahkota.

Dalam rekaman video yang dirilis ke BBC akhir pekan lalu, Pangeran Hamzah membantah tuduhan plot anti-pemerintah.

Dia mengecam kepemimpinan negara saat ini. Dia juga mengatakan sedang ditempatkan dalam tahanan rumah dengan internet dan saluran telepon yang dihapus.

Baca juga: Dimediasi, Pangeran Hamzah Berjanji Setia kepada Raja Jordania

Tetapi bencana itu tampaknya mereda pada Senin malam. Pengadilan kerajaan Jordania merilis sebuah dokumen yang ditandatangani oleh Hamzah, yang berjanji setia kepada raja.

"Kepentingan nasional harus tetap di atas segalanya, dan kita semua harus mendukung Yang Mulia Raja dalam upayanya untuk melindungi Jordania dan kepentingan nasionalnya, dan memastikan yang terbaik bagi rakyat Jordania," bunyi surat itu yang memiliki kop surat Pangeran di atasnya.

Otoritas Jordania juga telah mengurangi perintah pembungkaman media tentang kasus Pangeran Hamzah. Dengan ini, obrolan media sosial tentang subyek yang telah mempolarisasi warga Jordania juga sudah diperbolehkan.

Jordania terperosok dalam masalah ekonomi di tengah protes yang berkembang terhadap dugaan korupsi dan salah urus pemerintah.

Kemarahan berkembang di antara kaum mudanya, yang merupakan sebagian besar populasi. Mereka mengkritik memburuknya ekonomi yang diperparah oleh pandemi.

Tingkat pengangguran dan kemiskinan telah mencapai rekor tertinggi. Ketidakpuasan telah mendorong warga Jordania ke jalan, tetapi toleransi terhadap protes telah berkurang secara signifikan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com