Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekerasan Junta Militer Meningkat, KBRI Yangon Siaga II

Kompas.com - 05/03/2021, 21:53 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Editor

YANGON, KOMPAS.com - KBRI Yangon pada Jumat dini hari (5/3/2021) menetapkan status Siaga II seiring meningkatnya aksi kekerasan di Myanmar.

Warga Negara Indonesia (WNI) diminta tenang. Sementara, mereka yang tidak memiliki keperluan esensial di negara Pagoda Emas itu, diminta mempertimbangkan untuk kembali ke tanah air terlebih dahulu, seperti yang dilansir dari VOA Indonesia pada Jumat (5/3/2021). 

Dalam keterangan tertulis yang diterima VOA, Kementerian Luar Negeri RI mengatakan “memperhatikan perkembangan situasi terakhir dan sesuai rencana kontijensi, saat ini KBRI Yangon menetapkan status Siaga II.”

Baca juga: Lewat TikTok, Tentara Myanmar Ancam Tembak Muka Para Demonstran

Ditambahkan, “Warga Negara Indonesia (WNI) diimbau untuk 'tetap tenang dan berdiam diri di kediaman masing-masing, menghindari bepergian, termasuk ke tempat kerja jika tidak ada keperluan sangat mendesak'."

"Sementara WNI beserta keluarga yang tidak memiliki keperluan yang esensial, dapat mempertimbangkan untuk kembali ke Indonesia dengan memanfaatkan penerbangan komersial yang saat ini masih tersedia,” terangnya.

Baca juga: Militer Makin Keras, Myanmar Mati Listrik Nyaris Senegara

Kementerian Luar Negeri dan KBRI Yangon menggaris bawahi akan terus memantau perkembangan situasi di Myanmar dan menilai “belum mendesak untuk melakukan evakuasi WNI.”

Sedikitnya 38 orang tewas Kamis (4/3/2021) setelah pasukan bersenjata Myanmar melepaskan tembakan terhadap para demonstran di beberapa kota.

Baca juga: Baru Diangkat, Dubes Myanmar Utusan Militer Langsung Mundur, Ternyata...

 

Hampir setiap hari ribuan demonstran telah turun ke jalan, menentang kudeta militer pada 1 Februari lalu.

Beberapa hari terakhir ini, aparat keamanan meningkatkan tanggapan mereka dengan menggunakan gas air mata, granat kejut, flash bangs atau granat yang mengeluarkan suara dan cahaya sangat terang yang dapat mengacaukan orientasi orang yang ditarget, hingga peluru karet dan peluru tajam.

Baca juga: AS Blokir Junta Militer Myanmar Tarik Dana Rp 14,3 Triliun dari Bank Sentral

PBB mengatakan jumlah korban tewas sejak kudeta terjadi sudah mencapai 50 orang, meskipun para aktivis memperkirakan jumlah sesungguhnya jauh lebih besar.

Ada 500 orang WNI di Myanmar yang sebagian besar bekerja di sektor migas, pabrik, industri garmen dan menjadi anak buah kapal.

KBRI Yangon meminta WNI yang memerlukan informasi dan bantuan perlindungan untuk segera menghubungi telepon hotline Hotline KBRI Yangon: +95 9 503 7055 atau Hotline Perlindungan WNI Kemlu: +62 812-9007-0027.

Baca juga: Beredar Video Kebrutalan Aparat Myanmar, Dunia Diminta Bertindak

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok Sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok Sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia Demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia Demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Global
Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com