Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mantan Kepala CIA Desak Biden Tak "Tutup Mata" dan Hukum Keras Putra Mahkota Arab Saudi

Kompas.com - 28/02/2021, 20:16 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber Daily Mail

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Mantan direktur CIA John Brennan mendesak Presiden Joe Biden untuk memberikan sanksi keras kepada Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS).

Melansir Daily Mail pada Minggu (28/2/2021), Brennan mengatakan seharusnya Presiden Joe Biden tidak "menutup mata" terhadap peran Putra Mahkota dalam pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi pada 2018 lalu.

Brennan yang menjabat sebagai kepala CIA dari Maret 2013 hingga Januari 2017 itu menyerukan kepada Biden untuk mencegah Mohammed bin Salman untuk memasuki Amerika Serikat sambil tetap mempertahankan "kemitraan strategis jangka panjang" dengan Arab Saudi.

Baca juga: Para Tokoh di AS Ramai-ramai Minta MBS Dihukum atas Pembunuhan Khashoggi

"Amerika Serikat dan Arab Saudi telah memiliki hubungan strategis jangka panjang yang saya pikir sangat penting untuk kedua negara," ujar Brennan dalam wawancara dengan MSNBC.

"Kerja sama keseluruhan dari energi hingga keamanan, kontra terorisme, dan ekonomi. Oleh karena itu, saya pikir penting kita jaga hubungan yang kuat itu (dengan Arab Saudi)," terangnya.

Namun, Brennana mengatakan bahwa pemerintahan Biden seharusnya tidak "kembali menutup mata atas semua tindakan pemimpin Saudi, termasuk Mohammed bin Salman".

Menurutnya, Biden semestinya mengirimkan "sinyal yang jelas" ke MBS, bahwa "jenis tindakan ini, menindas, menekan, dan membunuh tanpa ampun para aktivis Saudi yang berani berbicara melawannya, adalah sesuatu yang tidak bisa ditoleransi".

Baca juga: Kenapa Keterlibatan Putra Mahkota dalam Pembunuhan Khashoggi Disebut Bisa Guncang Arab Saudi?

"Saya pikir kita dapat membedakan antara hubungan strategis dua negara dan aksi seorang," kata Brennan.

Ia menaruh harapan besar kepada pemerintahan Biden untuk menuntut pertanggungjawaban sang Putra Mahkota Arab Saudi dengan berlakukan aturan bahwa "dia tidak akan bisa datang ke Amerika Serikat untuk kunjungan resmi atau pribadi".

Brennan menambahkan bahwa pejabat pemerintahan Biden tingkat senior juga bisa memberlakukan aturan main untuk MBS tidak akan bisa bertemu dengan mereka.

Baca juga: Reaksi Dunia: Laporan Intelijen AS Soal Pembunuhan Khashoggi dan Peran Putra Mahkota Arab Saudi

"Itu akan sangat jelas, tidak hanya kepada Mohammed bin Salman dan pemerintahan Saudi lainnya, tapi juga untuk pemerintahan lainnya seluruh wilayah," ungkapnya.

"Mereka tidak bisa lolos dari ini karena pemerintahan BIden akan menahan mereka pada standar tertentu dalam hal HAM dan nilai-nilai," lanjutnya.

Biden mengatakan pada Sabtu (27/2/2021), bahwa pemerintahannya akan membuat pengumuman di Arab Saudi pada Senin (1/3/2021).

Ditanya tentang hukuman untuk MBS, Biden berkata, "Akan ada pengumuman pada Senin tentang apa yang akan kami lakukan dengan Arab Saudi secara umum."

Baca juga: Ini Isi Laporan Rahasia AS soal Pembunuhan Jamal Khashoggi, yang Tuding Pangeran MBS Pelakunya

Biden tidak memberikan rincian.

Sementara komentar Brennan itu diungkapkannya menyusul rilis laporan intelijen AS ke publik, yang menunjukkan bahwa Mohammed bin Salman sebagai pemimpin de facto Arab Saudi telah terlibat dalam pembunuhan Khashoggi.

Pemerintahan Joe Biden sejauh ini telah mendapatkan kritikan, karena seharusnya lebih keras memberikan sanksi kepada Putra Mahkota.

Disebutkan dalam laporan bahwa MBS yang memberikan izin tindakan pembunuhan, tapi pemerintahan Biden tak memberikan satu pun sanksi yang ditujukan kepadanya.

Baca juga: Arab Saudi Tolak Mentah-mentah Laporan Intel AS tentang Pembunuhan Jurnalis Khashoggi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Global
China 'Hukum' Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

China "Hukum" Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

Global
UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

Global
Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Global
AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

Global
Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Global
3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

Global
Ekuador Perang Lawan Geng Narkoba, 7 Provinsi Keadaan Darurat

Ekuador Perang Lawan Geng Narkoba, 7 Provinsi Keadaan Darurat

Global
[POPULER GLOBAL] Identitas Penumpang Tewas Singapore Airlines | Fisikawan Rusia Dipenjara

[POPULER GLOBAL] Identitas Penumpang Tewas Singapore Airlines | Fisikawan Rusia Dipenjara

Global
Ukraina Kembali Serang Perbatasan dan Wilayahnya yang Diduduki Rusia

Ukraina Kembali Serang Perbatasan dan Wilayahnya yang Diduduki Rusia

Global
Singapore Airlines Turbulensi, Ini Nomor Hotline bagi Keluarga Penumpang

Singapore Airlines Turbulensi, Ini Nomor Hotline bagi Keluarga Penumpang

Global
Rusia Pulangkan 6 Anak Pengungsi ke Ukraina Usai Dimediasi Qatar

Rusia Pulangkan 6 Anak Pengungsi ke Ukraina Usai Dimediasi Qatar

Global
Fisikawan Rusia yang Kembangkan Rudal Hipersonik Dihukum 14 Tahun

Fisikawan Rusia yang Kembangkan Rudal Hipersonik Dihukum 14 Tahun

Global
Misteri Area 51: Konspirasi dan Fakta di Balik Pangkalan Militer Tersembunyi AS

Misteri Area 51: Konspirasi dan Fakta di Balik Pangkalan Militer Tersembunyi AS

Global
Kepala Politik Hamas Ucap Duka Mendalam pada Pemimpin Tertinggi Iran

Kepala Politik Hamas Ucap Duka Mendalam pada Pemimpin Tertinggi Iran

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com