Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dianggap Pengkhianat dan Dipecat Junta, Duta Besar Myanmar untuk PBB Bersumpah Terus Perangi Kudeta

Kompas.com - 28/02/2021, 16:36 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber REUTERS

NEW YORK, KOMPAS.com - Duta Besar Myanmar untuk PBB di New York pada Sabtu (27/2/2021) bersumpah akan memerangi kudeta militer.

Sumpahnya ia proklamirkan setelah dipecat karena mendesak negara-negara menggunakan "berbagai cara" untuk membalikkan kudeta 1 Februari, yang menggulingkan pemerintah terpilih, Aung San Suu Kyi.

"Saya memutuskan untuk melawan (kudeta militer) selama yang saya bisa," ujar Duta Besar Myanmar untuk PBB Kyaw Moe Tum kepada Reuters pada Sabtu (27/2/2021).

Baca juga: Korban Kudeta Myanmar Bertambah, Dua Orang Tewas Salah Satunya Ditembak di Dada

Melansir Reuters pada Minggu (28/2/2021), televisi Myanmar mengumumkan pada Sabtu bahwa Kyaw Moe Tun telah dipecat karena mengkhianati negara.

Namun, PBB tidak mengakui junta sebagai pemangku pemerintahan baru Myanmar, karena belum menerima pemberitahuan resmi tentang perubahan apa pun, kata seorang pejabat PBB yang berbicara tanpa amenyebutkan nama.

Oleh sebab itu, PBB tetap menganggap Kyaw Moe Tun sebagai Duta Besar Myanmar untuk PBB, saat ini.

Baca juga: Polisi Myanmar Gunakan Granat Kejut untuk Bubarkan Demonstran

"Kami belum menerima komunikasi apa pun mengenai perubahan perwakilan Myanmar di PBB di New York," terang juru bicara PBB Stephane Dujarric.

Utusan Khusus Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk Myanmar, Christine Schraner Burgener memperingatkan 193 anggota Majelis Umum PBB pada Jumat (26/2/2021) bahwa tidak ada negara yang boleh mengakui atau melegitimasi junta Myanmar.

Jika junta Mynamar yang dipimpin Jenderal Min Aung Hlaing mencoba untuk mendapatkan apengakuan internasional dengan memasang duta besar baru di PBB, maka itu dpat memicu pertarungan di badan dunia yang dapat mencapai puncaknya dengan pemungutan suara di Majelis Umum.

Baca juga: Dicap Pengkhianat, Dubes Myanmar untuk PBB Dipecat Junta Militer

PBB sebelumnya telah menangani persoalan serupa, klaim suatau negara untuk perwakilan di badan dunia.

Pada September 2011, Majelis Umum menyetujui permintaan Libya untuk mengganti sementara duta besar negara itu.

Langkah itu dilakukan setelah Amerika Serikat, Rusia, China, dan negara-negara Eropa semuanya mengakui otoritas baru.

Kyaw Moe Tun mengatakan kepada PBB pada Jumat (26/2/2021) bahwa dia berbicara atas nama pemerintahan Suu Kyi dan meminta bantuan untuk membatalkan "kudeta militer ilegal dan inkonstitusional."

Baca juga: Pebisnis Indonesia di Myanmar, Berbagi Kisah Kunci Bertahan di Tengah Gejolak untuk Para Entrepreneur

Tindakan seperti Kyaw Moe Tun, yang bertentangan dengan mereka yang berkuasa di suatu negara, jarang terjadi.

Anggota parlemen terpilih yang digulingkan dalam kudeta telah membentuk komite dan Kyaw Moe Tun mengatakan itu adalah "pemerintah Myanmar yang sah dan dipilih dengan semestinya dan harus diakui oleh komunitas internasional."

Guterres telah berjanji untuk memobilisasi tekanan internasional "untuk memastikan kudeta ini gagal".

Dewan Keamanan PBB telah menyuarakan keprihatinan atas keadaan darurat Myanmar, tetapi tidak mengutuk kudeta tersebut karena ditentang oleh Rusia dan China.

Baca juga: Polisi Myanmar Berjam-jam Tembaki Pedemo Anti-Kudeta Militer

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

AS Kirim Kapal Perang Jelang Pelantikan Presiden Taiwan

AS Kirim Kapal Perang Jelang Pelantikan Presiden Taiwan

Global
Rangkuman Hari Ke-805 Serangan Rusia ke Ukraina: Jika Perancis Kirim Pasukan | Mengenal Chloropicrin

Rangkuman Hari Ke-805 Serangan Rusia ke Ukraina: Jika Perancis Kirim Pasukan | Mengenal Chloropicrin

Global
Serangan Israel Tewaskan Komandan Angkatan Laut Hamas

Serangan Israel Tewaskan Komandan Angkatan Laut Hamas

Global
Hamas Tolak Berkompromi Lebih Banyak dengan Israel Terkait Gencatan Senjata

Hamas Tolak Berkompromi Lebih Banyak dengan Israel Terkait Gencatan Senjata

Global
Israel Serang Rafah: Jalanan Sepi, Warga Ketakutan

Israel Serang Rafah: Jalanan Sepi, Warga Ketakutan

Global
Protes Mahasiswa Pro-Palestina di Amsterdam Dibubarkan Polisi

Protes Mahasiswa Pro-Palestina di Amsterdam Dibubarkan Polisi

Global
Biden Menyesal AS Kirim Senjata ke Israel yang Menewaskan Warga Palestina

Biden Menyesal AS Kirim Senjata ke Israel yang Menewaskan Warga Palestina

Global
AS Tegas Peringatkan Israel, Pasokan Senjata Akan Disetop jika Lanjutkan Serang Rafah

AS Tegas Peringatkan Israel, Pasokan Senjata Akan Disetop jika Lanjutkan Serang Rafah

Global
[POPULER GLOBAL] PRT Dapat Warisan Rp 43,5 Miliar | Israel Serang Rafah

[POPULER GLOBAL] PRT Dapat Warisan Rp 43,5 Miliar | Israel Serang Rafah

Global
Israel Serang Rafah: Hamas Lawan Balik, AS Hentikan Pengiriman Senjata

Israel Serang Rafah: Hamas Lawan Balik, AS Hentikan Pengiriman Senjata

Global
Militer Taiwan Siap Hadapi Apapun Langkah China saat Presiden Lai Mulai Menjabat

Militer Taiwan Siap Hadapi Apapun Langkah China saat Presiden Lai Mulai Menjabat

Global
Ada Air Terjun di Kantor, Ternyata Ini Penyebabnya

Ada Air Terjun di Kantor, Ternyata Ini Penyebabnya

Global
Pria China Bangun dari Koma 10 Tahun Berkat Perawatan Tulus Istrinya

Pria China Bangun dari Koma 10 Tahun Berkat Perawatan Tulus Istrinya

Global
Ukraina Kemungkinan Mati Listrik di Seluruh Negeri Usai Serangan Besar Rusia

Ukraina Kemungkinan Mati Listrik di Seluruh Negeri Usai Serangan Besar Rusia

Global
India Tangkap 4 Orang yang Dituduh Selundupkan Orang untuk Jadi Tentara Rusia di Ukraina

India Tangkap 4 Orang yang Dituduh Selundupkan Orang untuk Jadi Tentara Rusia di Ukraina

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com