PYONGYANG, KOMPAS.com - Peretas Korea Utara diduga berusaha menerobos server data produsen vaksin dengan harapan mengumpulkan data ilmiah vaksin Covid-19 buatan Pfizer yang berbasis di Amerika Serikat, dan mitranya dari Jerman, BioNTech.
Melansir Business Insider pada Rabu (24/2/2021), pejabat intelijen di Eropa mengatakan data itu akan digunakan untuk membuat vaksin Covid-19 bajakan. Produk tersebut kemudian akan dijual di pasar gelap internasional.
Rencana itu kemungkinan dilancarkan sebagai bagian dari niat Korea Utara untuk mengumpulkan dana dalam mata uang asing. Pasalnya mata uang domestik negara diktator tersebut tidak berharga di luar perbatasannya.
Dua pejabat keamanan Eropa mengatakan percobaan intrusi dunia maya itu kemungkinan merupakan operasi resmi Korea Utara.
Menurut kedua pejabat yang diberi pengarahan tentang operasi dunia maya tersebut, upaya itu juga terkait dengan pemberitaan November, tentang beberapa gangguan peretasan melalui infrastruktur jaringan Microsoft.
Baca juga: Hacker Korea Utara Hendak Curi Data Vaksin Pfizer
"Ini jelas merupakan upaya pengumpulan informasi daripada serangan virus jenis malware- or ransom biasa. Saya tidak akan membahas detail teknisnya tetapi kami telah mengembangkan banyak pengalaman dengan setiap jenis serangan," kata seorang pejabat Eropa, yang tidak akan disebut namanya karena sensitivitas situasi yang ekstrem.
"Korea Utara akan memiliki akses fisik ke vaksin Pfizer lama setelah mereka melihat versi China atau Rusia. Tetapi mereka ingin memutuskan mana yang paling mudah untuk dibajak dan diangkut untuk pasar gelap," kata pejabat itu.
Rusia dan China diperkirakan telah menjanjikan jutaan dosis ke Korea Utara secara gratis, meskipun negara tersebut mengklaim tidak pernah memiliki kasus Covid.
"Jadi mereka ingin melihat apakah vaksin Pfizer akan menjadi dosis yang layak untuk ditiru," tambah pejabat itu.
"Kami tidak memberikan informasi apa pun tentang apakah upaya peretasan itu berhasil, tetapi jika berhasil, saya curiga vaksin Pfizer akan memberikan terlalu banyak masalah manufaktur dan penyimpanan dibandingkan dengan vaksin Rusia atau China."
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan