Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Mantan Intelijen Militer Taiwan Didakwa sebagai Mata-mata China

Kompas.com - 20/02/2021, 22:35 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

TAIPEI, KOMPAS.com - Empat mantan intelijen militer Taiwan, termasuk mayor jenderal telah didakwa melakukan mata-mata untuk China.

Kantor kejaksaan distrik Taipei pada Sabtu (20/2/2021) mengatakan kuarter itu dituduh mengembangkan jaringan mata-mata dan mengumpulkan informasi rahasia untuk Beijing.

Melansir Today Line pada Sabtu (20/2/2021), pengacara pemerintah Taiwan mengatakan 2 mantan kolonel Taiwan direkrut oleh pejabat keamanan nasional China di provinsi selatan Guangdong.

Baca juga: Di Taiwan Ada Jasa Layanan Memperbaiki Keberuntungan, Ini Ceritanya

Kedua mantan kolonel kemudian memperkenalkan beberapa rekannya kepada pejabat China tersebut sejak 2012.

Di antara mereka yang diduga merupakan mantan jenderal besar Taiwan, diidentifikasi memiliki nama keluarga Yueh.

Yueh menerima uang tunai, hadiah dan liburan gratis selama beberapa perjalanan ke pusat daratan China dan Makau.

Ia juga bertugas merekrut anggota lain untuk "mengembangkan jaringan intelijen" Beijing, kata jaksa.

Baca juga: Taiwan Kagumi Biden Setelah Telpon Pertamanya Tekan Kebijakan Xi Jinping

Terdakwa "menyadari kebuntuan antara negara kami dan komunis China...tetapi mereka menginginkan keuntungan ilegal, seperti tunjangan (ditawarkan oleh China) untuk melakukan bisnis di sana, penghargaan finansial dan perjalanan gratis," kata jaksa dalam sebuah pernyataan.

Mereka menghadapi dakwaan di bawah hukum keamanan nasional dan hukum kerja intelijen nasional.

China dan Taiwan adalah dua negara yang telah saling memata-matai sejak 1949, di mana pasca-perang saudara di China seorang Nasionalis melarikan diri ke pulau dan mendirikan pemerintahan sendiri bernama Taiwan.

Baca juga: Guyana Batalkan Kantor Dagang Taiwan, Taipei Langsung Mengutuk China

China mengklaim Taiwan adalah bagian dari wilayahnya, yang akan disatukan kembali, sekali pun dengan kekerasan.

Sementara, Taiwan telah mendeklarasikan diri sebagai negara yang demokratis, meski belum diakui secara internasional.

Beijing telah meningkatkan tekanan di Taipei sejak pemilihan Presiden Tsai Ing-wen 2016, yang diperkirakan karena presiden Ing-wen berani menganggap Taiwan sebagai negara berdaulat de facto.

Baca juga: Dikritik China, Guyana Langsung Batalkan Kantor Dagang Taiwan

Pada Oktober, pengadilan Taiwan menghukum seorang letnan kolonel 4 tahun penjara, karena bekerja sebagai mata-mata Beijing.

Media pemerintah China melaporkan tindakan keras terhadap "ratusan" kasus spionase yang terkait dengan Taiwan dan menangkap "sekumpulan mata-mata Taiwan dan kaki tangannya".

CCTV penyiar pemerintah China juga menyiarkan 4 "pengakuan" televisi oleh warga Taiwan yang ditahan di sistem peradilan China yang tidak jelas.

Beberapa warga Taiwan telah menghilang ke dalam tahanan China, karena dituduh melakukan berbagai kejahatan anti-negara dalam kasus-kasus yang menyebabkan protes di dalam negeri.

Baca juga: China: Kemerdekaan Taiwan Berarti Perang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com