Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

104 Jenazah Kelompok Minoritas Yazidi Irak Korban ISIS Akhirnya Bisa Pulang Dimakamkan

Kompas.com - 07/02/2021, 14:35 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

BAGHDAD, KOMPAS.com - Kelompok minoritas Yazidi dari Irak utara membawa pulang 104 orang yang dibunuh ISIS selama terornya pada 2014, untuk dimakamkan dengan kembali secara layak.

Pada musim panas 2014, ekstremis ISIS menangkap anggota minoritas Yazidi dan membunuh ribuan orang dalam apa yang sekarang dikenal sebagi genosida.

Sebuah upacara pemakaman yang layak kemudian baru dilakukan 6 tahun setelah genosida terjadi, pada Kamis (4/2/2021) dalam peringatan Pasukan Tak Dikenal di Baghdad, sebelum mereka dibawa pulang ke Kocho, seperti yang dilansir dari BBC pada Minggu (7/2/2021).

Baca juga: Kota Lama Mosul, Tempat Muslim dan Kristen Hidup Harmonis di Irak

Melansir The Jerusalem Post pada Sabtu (6/2/2021), lama upacara pemakaman dilakukan karena kurangnyainvestasi internasional dan lokal dalam membantu para penyintas mengidentifikasi ribuan korban hilang dan korban yang dimakamkan di kuburan massal.

Baru sebanyak 104 jenazah yang telah diidentifikasi dan digali dari kuburan massal, untuk kemudian mereka dimakamkan di desa Kocho dekat Gunung Sinjar di provinsi Ninevah.

Jenazah-jenazah itu semuanya adalah pria yang telah dibunuh oleh militan ISIS pada Agustus 2014, kata kepala Organisasi Dokumentasi Yazidi, Khairi Ali Ibrahim, seperti yang dikutip dari BBC pada Minggu (7/2/2021). 

Setiap peti mati dihiasi dengan foto mereka yang sebelumnya masuk dalam daftar orang yang hilang.

Baca juga: Pasukan Keamanan Irak Klaim Bunuh Pentolan ISIS

"Ini langkah awal dalam menghormati jenazah para korban ini dan juga akan menjadi langkah keadilan transisi, di mana para korban lainnya, perempuan, anak-anak, yang selamat dari genosida akan diberi kompensasi," kata aktivis hak asasi manusia Yazidi Mirza Dinnayi.

"Saya berharap kita bisa berbuat lebih banyak dalam melindungi Yazidi dan mengatakan tidak akan pernah lagi (genosida) untuk masa depan," lanjutnya.

Amnesty International mengatakan pada Juli bahwa ada sekitar 2.000 anak Yazidi yang selamat dari penahanan brutal di tangan ISIS masih belum mendapatkan perawatan yang dibutuhkan dan saat ini menderita masalah kesehatan fisik serta mental yang parah.

Baca juga: Paus Fransiskus Bakal Bertemu Ulama Syiah di Irak

Pada Agustus 2014, ISIS merebut desa di Irak, salah satunya adalah Kocho, selama serangan di dekat gunung Sinjar di Irak utara.

ISIS dapat masuk ke daerah itu setelah merebut kota Mosul pada Juni 2014 dan mengusir kelompok minoritas, terutama menargetkan umat Kristen dan Syiah.

ISIS mendasarkan ideologinya pada pandangan dunia genosida agama, menggantikan teori ras Nazi yang menyebabkan Holocaust dengan pandangan ekstremis agama yang menargetkan semua Muslim non-Sunni untuk pengusiran, pembersihan etnis, atau genosida.

Baca juga: 11 Pasukan Hashed al-Shaabi Tewas Diserang ISIS di Irak

Dalam serangan teror itu, ribuan pria dibunuh, wanita dan anak-anak diperbudak dan diperkosa, ketika ISIS menguasai tanah air Yazidi.

PBB mengatakan ISIS telah melakukan genosida terhadap kelompok minoritas Yazidi di Irak.

Menurut laporan The Jerusalem Post, diyakini hampir 3.000 orang Yazidi masih hilang hingga kini.

Baca juga: 2 Bom Bunuh Diri Guncang Irak, 20 Orang Tewas

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com