Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Tuntut Penyelidikan Internasional Pemerkosaan Sistematis terhadap Etnis Minoritas Uighur

Kompas.com - 04/02/2021, 12:50 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Pemerintah AS yang "sangat terganggu" dengan laporan pemerkosaan sistematis terhadap wanita etnis Uighur dan Muslim lainnya di kamp tahanan Xinjiang, China, menuntut penyellidikan internasional.

Departemen luar negeri Amerika Serikat (AS) menanggapi laporan BBC, yang dipublikasi pada Rabu (3/2/2021), yang merinci tuduhan mengerikan terhadap pemerkosaan, pelecehan seksual, dan penyiksaan, berdasarkan wawancara dengan beberapa mantan tahanan dan seorang penjaga.

Narasumber menceritakan kepada BBC bahwa "mereka mengalami atau menyaksikan bukti dari sistem pemerkosaan masal, pelecehan seksual, dan penyiksaan yang terorganisir".

Baca juga: Muncul Laporan Wanita dari Etnik Uighur Diperkosa secara Sistematis

"Kami sangat terganggu dengan laporan itu, meliputi kesaksian langsung dari pemerkosaan dan pelecehan seksual sistematis terhadap para wanita di kamp interniran untuk etnis Uighur dan Muslim lain di Xinjiang," kata juru bicara departemen luar negeri.

Pernyataan itu mengulangi tuduhan AS bahwa China telah melakukan "kejahatan kemanusiaan dan genosida" di Xinjiang, seperti yang dilansir dari The Guardian pada Kamis (4/2/2021). 

"Kekejaman ini mengejutkan hati nurani dan harus dihadapi dengan konsekuensi serius," lanjut pernyataan departemen luar negeri AS.

Juru bicara itu menuntut China mengizinkan "penyelidikan segera dan independen oleh pengamat internasional" atas tuduhan pemerkosaan "di samping kekejaman lain yang dilakukan di Xinjiang."

Laporan BBC mengatakan pihaknya tidak dapat secara independen memverifikasi kisah-kisah para wanita tersebut, termasuk laporan mengerikan tentang penyerangan dan penyiksaan seksual, dan memaksa beberapa wanita untuk bertelanjang diri dan diborgol sebelum mereka ditinggalkan sendirian dengan seorang pria.

Baca juga: Tokoh Yahudi Sebut Etnis Minoritas Uighur di China Seperti Korban Holocaust

Detail utama dan dokumen perjalanan cocok dengan garis waktu dan citra satelit yang tersedia, serta berhubungan dengan banyak laporan lain dari mantan tahanan.

Menteri luar negeri Australia, Marise Payne, menyetujui seruan AS untuk pengamat internasional, seperti komisaris tinggi PBB untuk hak asasi manusia, Michelle Bachelet "diberi akses langsung, bermakna dan tidak terbatas ke Xinjiang pada kesempatan sedini mungkin".

“Australia telah konsisten dalam menyampaikan keprihatinan yang signifikan dengan pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang," ujar Payne.

"Laporan terbaru tentang penyiksaan sistematis dan pelecehan terhadap wanita ini sangat mengganggu dan menimbulkan pertanyaan serius terkait perlakuan terhadap Uighur dan agama serta etnis minoritas lainnya di Xinjiang," lanjutnya.

Baca juga: Menlu AS: China Lakukan Genosida terhadap Etnik Uighur di Xinjiang

Sementara, China secara konsisten telah membantah tuduhan pelanggaran hak asasi manusia dan genosida di Xinjiang.

Meskipun, banyak bukti penahanan massal, dugaan program kerja paksa, indoktrinasi, sterilisasi paksa terhadap perempuan, pengawasan digital dan secara langsung yang ekstensif, dan penindasan terhadap kegiatan agama dan budaya.

China mengatakan kamp tersebut adalah pusat pelatihan kejuruan yang dirancang untuk melawan ekstremisme.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Internasional
AS Optimis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

AS Optimis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

Global
6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

Global
Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Global
[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

Global
Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Global
Polisi Bubarkan Demo Mahasiswa Pro-Palestina di Amsterdam dan Berlin

Polisi Bubarkan Demo Mahasiswa Pro-Palestina di Amsterdam dan Berlin

Global
OPCW: Tuduhan Penggunaan Senjata Kimia di Ukraina Tidak Cukup Bukti

OPCW: Tuduhan Penggunaan Senjata Kimia di Ukraina Tidak Cukup Bukti

Global
Israel Kerahkan Tank ke Rafah, Ambil Alih Kontrol Perbatasan

Israel Kerahkan Tank ke Rafah, Ambil Alih Kontrol Perbatasan

Global
Serangan Rusia di Sumy Ukraina Tewaskan 1 Warga Sipil, 2 Anak Luka-luka

Serangan Rusia di Sumy Ukraina Tewaskan 1 Warga Sipil, 2 Anak Luka-luka

Global
Otoritas Keselamatan Udara AS Selidiki Pemeriksaan Pesawat Boeing

Otoritas Keselamatan Udara AS Selidiki Pemeriksaan Pesawat Boeing

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com