Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[Biografi Tokoh Dunia] Warren Buffett, Belajar dari Setiap Kegagalan Investasi

Kompas.com - 31/01/2021, 10:08 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

"Bill Gates adalah teman baik, dan saya pikir dia mungkin orang terpintar yang pernah saya temui. Tapi saya tidak paham apa yang dia dan perusahaannya lakukan." kata Buffet menurut outlet tersebut.

Sebaliknya, Buffett menurut New York Times membeli "kepemilikan permanen". Antara lain, The Washington Post, Geico (sebuah perusahaan asuransi), Capital Cities/ABC, dan Coca Cola.

Investasi di perusahaan besar bermerek adalah contoh bagaimana strategi pembelian Buffett berevolusi dari ajaran mentornya, Graham. Buffett menjadi tertarik pada apa yang disebutnya bisnis "waralaba".

Dia mencari perusahaan yang dikelola dengan baik, dengan lini produk yang mapan, dan tidak tunduk pada persaingan biaya rendah. Strateginya berubah karena pasar berubah.

Ksatria putih

Pada 1980-an, Buffett terlibat dalam skandal transaksi pemodal besar. Namun dia muncul sebagai "ksatria putih", dengan membantu perusahaan menangkis pengambilalihan oleh perusahaan lain.

Salah satunya pada 1991, Buffett masuk sebagai ketua sementara perusahaan pialang Solomon Brothers, yang dituduh membuat penawaran palsu di lelang Departemen Keuangan.

Buffett menginvestasikan 700 juta dollar AS uang tunai Berkshire Hathaway di Solomon Brothers, menjadikannya pemegang saham terbesarnya. Lalu berusaha memperbaiki reputasi perusahaan dari skandal dalam waktu 6 bulan dengan merampingkan perusahaan.

Tapi para pemegang saham tidak mengeluh. Saham Berkshire Hathaway diperdagangkan dengan harga 12 dollar (kini 168.240) per lembar saham pada 1965.

Baca juga: Harga Saham Berguguran akibat Corona, tetapi Warren Buffett Tetap Berinvestasi

Pada Desember 1994, satu saham dari perusahaan investasi itu menjadi yang termahal yang pernah diperdagangkan di Bursa Efek New York, dengan harga 19.900 dollar AS (kini Rp 278,9 juta) per lembar saham.

Buffett memiliki lebih dari 40 persen Berkshire Hathaway, yang menyumbang kekayaan bersihnya sebesar 8,3 miliar dollar AS (kini Rp 116,3 triliun).

Mereka yang tidak cukup beruntung untuk memiliki Berkshire Hathaway sering kali meniru pembelian Buffett.

Fortune melaporkan bahwa ketika investor mengetahui Buffett membeli saham tertentu, maka investor lain juga membeli saham tersebut, sehingga menaikkan harganya.

Hal itu membuat outlet itu menyindir: "Sekarang ada dua cara untuk melakukan pembunuhan di pasar saham. Yang pertama, menurut anggapan lama dengan “menembak” broker Anda. Yang kedua, tampaknya, adalah membayangi Warren Buffett."

Tak selalu untung

Strateginya tidak selalu berhasil, meskipun rekor keuntungan Buffett lebih menakjubkan.

Salah satu kesalahan Buffett yaitu saat membeli Disney dengan harga rendah dan kemudian menjualnya dengan keuntungan kecil. Tapi perusahaan itu berkembang pesat setelah penjualan Buffett.

Dia juga membeli saham USAir senilai 358 juta dollar (kini Rp5,4 triliun). Namun mengutip Fortune, dia memperingatkan sekelompok mahasiswa bisnis di Columbia: "Jangan berinvestasi di maskapai penerbangan."

Baca juga: Imbas Virus Corona, Warren Buffett Lepas Saham Maskapai Penerbangan

Meski begitu kemampuannya mengeruk lebih banyak untung. Wall Street Journal menyebutnya sebagai pembawa standar untuk investasi jangka panjang dan penawar sempurna untuk perencana cepat kaya di Wall Street.

Buffett telah mempersiapkan uangnya saat dia meninggal. Dia bermaksud untuk mendirikan yayasan filantropi yang profitabel. Tingkat pengembalian tahunannya disebut akan mencapai 23 persen dari rata-rata sepanjang kariernya.

Warisan yang dihasilkan akan bernilai miliaran dollar. Dia ingin para pengurus dana tersebut fokus pada penghentian pertumbuhan populasi dan proliferasi nuklir.

Ketiga anaknya tidak akan bisa hidup sebaik itu. Buffett mengatakan dia berencana untuk meninggalkan mereka masing-masing "hanya" sekitar 5 juta dollar AS (kini Rp 70 miliar).

Dikutip dalam Esquire dia mengatakan, "Saya pikir anak-anak harus memiliki cukup uang untuk dapat melakukan apa yang ingin mereka lakukan, untuk mempelajari apa yang ingin mereka lakukan. Tetapi tidak boleh memberikan cukup uang untuk mereka tidak melakukan apa-apa nantinya."

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com