Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

[Biografi Tokoh Dunia] Warren Buffett, Belajar dari Setiap Kegagalan Investasi

KOMPAS.com - Satu-satunya generator ekonomi yang “nampaknya” berjalan dengan baik selama pandemi Covid-19 salah satunya adalah pasar saham.

Meski sedang dilanda fenomena GameStop dan mengalami gejolak saat ini, dalam satu tahun terakhir pasar saham memberikan keuntungan luar biasa bagi orang-orang pemodal besar dunia.

Menurut Forbes, total kekayaan bersih 651 miliarder AS saja naik 36 persen. Dengan gabungan keuntungan 10 miliarder teratasnya sudah mencapai lebih dari 1 triliun dollar AS (Rp 14 kuadriliun).

Salah satu dari miliuner itu, yang mungkin dicari-cari pendapatnya soal fenomena pemodal retail di pasar saham saat ini, adalah Warren Edward Buffett.

Dikenal sebagai "Oracle of Omaha," Warren Buffett adalah seorang guru investasi dan salah satu pengusaha terkaya dan paling dihormati di dunia.

Dia menunjukkan kemampuan bisnis yang tajam di usia muda melalui Buffett Partnership Ltd pada 1956.

Pada 1965 dia mengambil alih kendali Berkshire Hathaway. Melalui bisnisnya dia “mengawasi” pertumbuhan ekonomi dengan kepemilikan di industri media, asuransi, energi, dan makanan dan minuman.

Menghasilkan sejak muda

Warren Edward Buffett lahir pada 30 Agustus 1930, dari ibunya Leila dan ayahnya Howard, seorang pialang saham yang menjadi Anggota Kongres AS.

Buffett sudah menunjukkan bakat luar biasa dalam hal uang dan bisnis pada usia yang sangat dini.

Bakatnya menghitung kolom angka hanya dengan membayangkannya dalam kepala, masih membuat rekan bisnis Warren takjub sampai saat ini.

Pada usia enam tahun, Warren sudah menghasilkan uang. Lima tahun kemudian, Buffett mengambil langkah pertamanya ke dunia keuangan tingkat tinggi.

Dia masuk ke pasar saham saat berusia 11 tahun, dengan membeli tiga saham Cities Service Preferred seharga 38 dollar AS (kini Rp 532.760). Saham itu sempat turun nilainya, namun Warren kecil yang masih ragu memutuskan untuk tetap bertahan.

Begitu harga kembali naik dan menunjukkan margin kecil keuntungan dari pembelian awalnya, dia langsung menjual sahamnya. Keputusan itu disesalinya kemudian, karena saham tersebut melejit hingga 5 kali lipat setelah itu.

Baginya, pengalaman itu memberi pelajaran dasar dalam berinvestasi, yaitu kesabaran adalah sebuah kebajikan.

Setelah menyelesaikan sekolah menengah pada 1947, awalnya Buffet tidak berniat melanjutkan kuliah. Pasalnya di usia 17 tahun itu dia sudah menghasilkan ribuan dollar dari bisnis pengiriman koran.

Namun Ayahnya punya rencana lain, dan mendesak putranya bersekolah di Wharton Business School di University of Pennsylvania. Disana dia hanya bertahan dua tahun, karena menurutnya dia tahu lebih banyak daripada profesornya.

Buffer akhirnya pindah ke Universitas Nebraska-Lincoln. Meski bekerja penuh waktu, ia berhasil lulus hanya dalam tiga tahun.

Bertemu sang mentor

Sempat ditolak di Harvard Business School karena terlalu muda, Buffett akhirnya mengambil pendidikan pasca sarjana di Columbia. Disana dia bertemu investor terkenal Ben Graham dan David Dodd, yang akan mengubah hidupnya selamanya.

Filosofi Graham selanjutnya meresap ke dalam sebagian besar keputusan bisnis Buffett dalam lebih dari 40 tahun sejak mereka pertama kali bertemu.

Pada dasarnya, teori “investasi nilai” Graham mendorong para investor mencari saham yang dijual di bawah "nilai intrinsik”-nya. Hitungan yang digunakan Graham mengurangkan kewajiban perusahaan dari asetnya.

Ini adalah teori yang cukup sederhana, tetapi memerlukan banyak penelitian tentang perusahaan untuk menentukan kekayaan bersih sebuah perusahaan, "nilai buku" mereka, dan faktor-faktor lainnya. Ternyata ini adalah penelitian yang sangat cocok dengan Buffett.

Setelah lulus sekolah, di perusahaan pialang ayahnya, Buffett sering bepergian ke Lincoln, Nebraska dan meneliti laporan perusahaan.

Seperti yang dia katakan kepada Forbes, "Saya membaca dari halaman ke halaman. Saya tidak membaca laporan broker atau apa pun. Saya hanya melihat data mentah. Dan saya akan sangat senang dengan hal-hal ini."

Sekarang, dia menjalankan bisnisnya dengan cara yang sama. Menurut banyak laporan yang diterbitkan, dia menghabiskan sekitar lima hingga enam jam setiap hari membaca laporan tahunan dan publikasi perdagangan.

Majalah Fortune melaporkan bahwa di Omaha, Buffett "melakukan apa yang dia suka, menjalani kehidupan yang tidak tergesa-gesa, tidak terganggu, sebagian besar tidak terjadwal.

Membangun keuntungan besar

Buffett meninggalkan Omaha dan bergabung dengan firma investasi Graham di Wall Street pada 1954. Di sana dia dapat melihat langsung pekerjaan mentornya.

Dua tahun berikutnya, Buffett menikah, menjadi ayah dari dua anak, dan menghasilkan 140.000 dollar AS (kini Rp 1,9 miliar) pada saat dia berusia 25 tahun.

Graham menutup perusahaan investasinya pada 1956 dan Buffett dengan senang hati meninggalkan New York. Ketika dia kembali ke Omaha, anggota keluarga meminta nasihatnya, jadi Buffett mendirikan kemitraan investasi, Buffett Partnership Ltd.

Menurut New York Times Magazine, kepada investornya Buffet sering berkata, "Saya akan menjalankannya seperti menjalankan uang saya sendiri, dan saya akan mengambil bagian dari kerugian dan sebagian dari keuntungan. Tapi saya tidak akan memberitahu Anda apa yang aku lakukan."

Meskipun dia mungkin membuat investor tidak mengetahui metodenya, laba akhir Buffet jelas tercatat selama 13 tahun berikutnya di Buffett Partnership Ltd.

Dia menghasilkan pengembalian tahunan gabungan 29,5 persen dari 105.000 dollar AS milik investor untuk memulai kemitraan. Lalu 13 tahun kemudian, kemitraan itu bernilai 105 juta dollar AS (kini Rp 1,5 triliun), dan kepemilikan Buffett senilai 25 juta dollar AS (Rp 350 miliar).

Salah satu investasi yang dilakukan adalah Berkshire Hathaway, produsen tekstil di Massachusetts.

Meskipun perusahaan tekstil ini menurut Buffett dinilai sebagai kesalahan investasi terbesar yang dia buat. Buffett akan menciptakan kerajaan bernilai miliaran dollar di sekitar bisnis itu.

Perubahan strategi investasi

Harga saham Berkshire Hathaway memang murah, memenuhi persyaratan strategi Graham. Tetapi industri tekstil secara keseluruhan, dan perusahaan itu sendiri, lemah.

Dalam salah satu laporan tahunannya yang sangat ditunggu-tunggu, dikutip di majalah Fortune, Buffett menyimpulkan sebagian filosofinya setelah pembelian tekstil yang salah itu.

Kini menurutnya, jauh lebih baik membeli perusahaan yang bagus dengan harga yang pantas, daripada perusahaan biasa dengan harga bagus. Buffet menutup pabrik tekstil pada pertengahan 1980-an.

Buffett mengakhiri Buffett Partnership Ltd pada 1969. Seperti yang dilaporkan oleh New York Times Magazine, modal kemitraan telah tumbuh begitu besar sehingga investasi kecil tidak lagi masuk akal.

Namun Buffet tidak menemukan investasi besar yang disukainya. Selain itu, pasarnya pun demikian spekulatif untuk seleranya. Akhirnya dia fokus pada Berkshire Hathaway, membeli perusahaan di bawah payungnya, berinvestasi "di mana dan kapan pun dia mau.

Kepemilikan Buffett, dan strateginya, sejak akhir 1960-an sudah jelas. Dia pertama kali membeli serangkaian perusahaan asuransi, yang dianggap sebagai sumber uang yang sangat baik.

Buffett menggunakan uang itu untuk membeli serangkaian bisnis, yang tetap menjadi inti dari investasinya.

Bisnis yang disebut "Sainted Seven Plus One" ini terdiri dari delapan bisnis inti. Antara lain Buffalo News, World Books, penyedot debu Kirby, perusahaan seragam Fechheimer Brothers, dan See's Candies.

Pada 1991 nilai gabungan mereka kira-kira 1,6 miliar dollar AS (kini Rp22,4 triliun). Uang tunai yang dihasilkan oleh delapan perusahaan, pada gilirannya, diinvestasikan di perusahaan lainnya, membesarkan kepemilikan Berkshire Hathaway.

Semua perusahaan tempat Buffett berinvestasi adalah bisnis yang dia pahami, yang menggarisbawahi salah satu aturan utama Buffett.

"Tetap pada apa yang Anda ketahui," seperti dikutip dari Forbes. Hal ini menjelaskan mengapa dia tidak berinvestasi di perusahaan komputer yang sangat menguntungkan, seperti Microsoft.

"Bill Gates adalah teman baik, dan saya pikir dia mungkin orang terpintar yang pernah saya temui. Tapi saya tidak paham apa yang dia dan perusahaannya lakukan." kata Buffet menurut outlet tersebut.

Sebaliknya, Buffett menurut New York Times membeli "kepemilikan permanen". Antara lain, The Washington Post, Geico (sebuah perusahaan asuransi), Capital Cities/ABC, dan Coca Cola.

Investasi di perusahaan besar bermerek adalah contoh bagaimana strategi pembelian Buffett berevolusi dari ajaran mentornya, Graham. Buffett menjadi tertarik pada apa yang disebutnya bisnis "waralaba".

Dia mencari perusahaan yang dikelola dengan baik, dengan lini produk yang mapan, dan tidak tunduk pada persaingan biaya rendah. Strateginya berubah karena pasar berubah.

Ksatria putih

Pada 1980-an, Buffett terlibat dalam skandal transaksi pemodal besar. Namun dia muncul sebagai "ksatria putih", dengan membantu perusahaan menangkis pengambilalihan oleh perusahaan lain.

Salah satunya pada 1991, Buffett masuk sebagai ketua sementara perusahaan pialang Solomon Brothers, yang dituduh membuat penawaran palsu di lelang Departemen Keuangan.

Buffett menginvestasikan 700 juta dollar AS uang tunai Berkshire Hathaway di Solomon Brothers, menjadikannya pemegang saham terbesarnya. Lalu berusaha memperbaiki reputasi perusahaan dari skandal dalam waktu 6 bulan dengan merampingkan perusahaan.

Tapi para pemegang saham tidak mengeluh. Saham Berkshire Hathaway diperdagangkan dengan harga 12 dollar (kini 168.240) per lembar saham pada 1965.

Pada Desember 1994, satu saham dari perusahaan investasi itu menjadi yang termahal yang pernah diperdagangkan di Bursa Efek New York, dengan harga 19.900 dollar AS (kini Rp 278,9 juta) per lembar saham.

Buffett memiliki lebih dari 40 persen Berkshire Hathaway, yang menyumbang kekayaan bersihnya sebesar 8,3 miliar dollar AS (kini Rp 116,3 triliun).

Mereka yang tidak cukup beruntung untuk memiliki Berkshire Hathaway sering kali meniru pembelian Buffett.

Fortune melaporkan bahwa ketika investor mengetahui Buffett membeli saham tertentu, maka investor lain juga membeli saham tersebut, sehingga menaikkan harganya.

Hal itu membuat outlet itu menyindir: "Sekarang ada dua cara untuk melakukan pembunuhan di pasar saham. Yang pertama, menurut anggapan lama dengan “menembak” broker Anda. Yang kedua, tampaknya, adalah membayangi Warren Buffett."

Tak selalu untung

Strateginya tidak selalu berhasil, meskipun rekor keuntungan Buffett lebih menakjubkan.

Salah satu kesalahan Buffett yaitu saat membeli Disney dengan harga rendah dan kemudian menjualnya dengan keuntungan kecil. Tapi perusahaan itu berkembang pesat setelah penjualan Buffett.

Dia juga membeli saham USAir senilai 358 juta dollar (kini Rp5,4 triliun). Namun mengutip Fortune, dia memperingatkan sekelompok mahasiswa bisnis di Columbia: "Jangan berinvestasi di maskapai penerbangan."

Meski begitu kemampuannya mengeruk lebih banyak untung. Wall Street Journal menyebutnya sebagai pembawa standar untuk investasi jangka panjang dan penawar sempurna untuk perencana cepat kaya di Wall Street.

Buffett telah mempersiapkan uangnya saat dia meninggal. Dia bermaksud untuk mendirikan yayasan filantropi yang profitabel. Tingkat pengembalian tahunannya disebut akan mencapai 23 persen dari rata-rata sepanjang kariernya.

Warisan yang dihasilkan akan bernilai miliaran dollar. Dia ingin para pengurus dana tersebut fokus pada penghentian pertumbuhan populasi dan proliferasi nuklir.

Ketiga anaknya tidak akan bisa hidup sebaik itu. Buffett mengatakan dia berencana untuk meninggalkan mereka masing-masing "hanya" sekitar 5 juta dollar AS (kini Rp 70 miliar).

Dikutip dalam Esquire dia mengatakan, "Saya pikir anak-anak harus memiliki cukup uang untuk dapat melakukan apa yang ingin mereka lakukan, untuk mempelajari apa yang ingin mereka lakukan. Tetapi tidak boleh memberikan cukup uang untuk mereka tidak melakukan apa-apa nantinya."

https://www.kompas.com/global/read/2021/01/31/100819070/biografi-tokoh-dunia-warren-buffett-belajar-dari-setiap-kegagalan

Terkini Lainnya

Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Global
Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Global
Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Global
Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Global
Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Global
Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Global
China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

Global
Rangkuman Terjadinya Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa di 8 Negara

Rangkuman Terjadinya Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa di 8 Negara

Global
Rusia Masukkan Presiden Zelensky ke Dalam Daftar Orang yang Diburu

Rusia Masukkan Presiden Zelensky ke Dalam Daftar Orang yang Diburu

Global
[UNIK GLOBAL] Viral Pria India Nikahi Ibu Mertua | Galon Air Jadi Simbol Baru Protes Pro-Palestina

[UNIK GLOBAL] Viral Pria India Nikahi Ibu Mertua | Galon Air Jadi Simbol Baru Protes Pro-Palestina

Global
Rusia Jatuhkan 4 Rudal Jarak Jauh ATACMS Buatan AS yang Ditembakkan Ukraina

Rusia Jatuhkan 4 Rudal Jarak Jauh ATACMS Buatan AS yang Ditembakkan Ukraina

Global
Kelompok Bersenjata di Gaza Rampok Bank Palestina Rp 1,12 Triliun

Kelompok Bersenjata di Gaza Rampok Bank Palestina Rp 1,12 Triliun

Global
Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Dilanjutkan di Mesir

Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Dilanjutkan di Mesir

Global
Penembakan di Dekat Paris, 1 Tewas dan Melukai 6 Orang

Penembakan di Dekat Paris, 1 Tewas dan Melukai 6 Orang

Global
Populasi Menurun, Nyaris 4 Juta Rumah Kosong di Jepang

Populasi Menurun, Nyaris 4 Juta Rumah Kosong di Jepang

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke