RIYADH, KOMPAS.com - Ledakan keras mengguncang Riyadh pada Selasa (26/1/2021), tiga hari setelah kerajaan itu mencegat proyektil yang ditembakkan di atas ibu kota Saudi.
Tidak ada reaksi langsung dari Arab Saudi, yang telah berulang kali diserang rudal atau pesawat tak berawak. Serangan yang disebut dilakukan oleh pemberontak Houthi di negara tetangga Yaman sudah terjadi sejak 2015.
“Ledakan itu mengguncang jendela di ibu kota Saudi sekitar pukul 13.00 waktu setempat (17.00 WIB),” kata saksi mata, melansir Al Jazeera pada Selasa (26/1/2021)
Beberapa warga di media sosial melaporkan mendengar dua ledakan.
TV Al Arabiya milik Arab Saudi mengutip laporan lokal tentang ledakan dan video yang beredar di media sosial terkait sebuah rudal yang dicegat di Riyadh.
Baca juga: Arab Saudi Cegat Serangan Rudal di Atas Riyadh, 2 Warga Sipil Terluka
Televisi pemerintah melaporkan pada Sabtu (23/1/2021), koalisi yang dipimpin Arab Saudi, yang mendukung pemerintah Yaman yang diakui secara internasional melawan Houthi, mengatakan, pihaknya mengadang dan menghancurkan "target udara musuh" menuju Riyadh.
Pernyataan singkat itu tidak mengidentifikasi sumber target. Sementara Houthi mengatakan bahwa mereka tidak terlibat.
Bandara Internasional Raja Khaled Riyadh menyatakan, ada sejumlah penundaan penerbangan setelah insiden pada Sabtu (23/1/2021).
Arab Saudi telah memimpin intervensi militer terhadap Houthi sejak 2015 dan telah berulang kali menjadi target serangan lintas batas.
Namun, jarang sekali drone atau rudal yang diluncurkan oleh Houthi mencapai ibu kota kerajaan, sekitar 700 km (435 mil) dari perbatasan.
Insiden itu terjadi hanya beberapa hari setelah Joe Biden dilantik sebagai Presiden AS, menggantikan Donald Trump.
Baca juga: Arab Saudi Terapkan Lockdown di Riyadh, Mekkah, dan Madinah
Pada Senin (25/1/2021), pemerintahan Biden membekukan sanksi atas kesepakatan dengan Houthi selama satu bulan.
AS tengah meninjau "daftar hitam terorisme" yang diberlakukan di bawah Trump. Kelompok bantuan kemanusiaan memperingatkan hal itu bisa memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah menghancurkan.
Kelompok tersebut mengatakan, mereka tidak mempunyai alternatif selain menghadapi pemberontak yang menguasai sebagian besar Yaman, termasuk ibu kota, Sanaa.
Baca juga: Ledakan Besar di Arab Saudi, Kelompok Tak Dikenal Mengeklaim Bertanggung Jawab
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.