Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eksodus dari Hong Kong ke Inggris Diproyeksi Tidak Akan Besar meski Tensi dengan China Memanas

Kompas.com - 26/01/2021, 14:29 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Bloomberg

HONG KONG, KOMPAS.com - Program visa baru yang dibuka Inggris bagi warga Hong Kong, jutaan penduduk yang memiliki paspor Nasional Inggris, diprediksi tidak akan menimbulkan eksodus besar-besaran dari wilayah persemakmurannya itu.

Melansir Bloomberg pada Selasa (26/1/2021), penasihat pemerintahan terkemuka menilai menurunnya minat masyarakat Hong Kong terhadap program itu terjadi karena besarnya pendatang baru dari daratan Cina ke pulau itu.

“Jumlah aktual meninggalkan Hong Kong akan 'jauh, jauh lebih kecil' dari perkiraan saat ini, yaitu sebanyak 1 juta orang akan pergi ke Inggris selama lima tahun ke depan,” kata Bernard Chan, Pemimpin Dewan Eksekutif Carrie Lam’s Advisory.

Menurutnya, sementara banyak orang melarikan diri selama krisis yang lalu, akan ada banyak imigran juga yang kembali atau baru masuk ke wilayah itu.

Perbedaan antara eksodus warga Hong Kong pada 1990-an dan yang terjadi saat ini, kata Chan, adalah sekarang ada banyak orang daratan berbakat yang dapat menggantikan mereka.

Dia mengatakan, mereka yang pergi sekarang adalah campuran dari orang-orang yang tidak memercayai China. Mereka menginginkan pendidikan yang lebih baik untuk anak-anak mereka.

Baca juga: Hong Kong Tangkap Massal Anggota Parlemen dan Aktivis Pro-demokrasi Terkait Hukum Keamanan Nasional

Ada juga yang "berpikir mereka mungkin tidak kompetitif" dalam ekonomi yang terus berubah. Di mana semakin banyak tempat atau perusahaan menghargai orang-orang yang terampil dari daratan China, yang dapat membantu perusahaan internasional memenangkan bisnis di China.

"Jika Anda melihat perusahaan asing, mereka semua mempekerjakan orang yang kembali dari daratan China," kata Chan.

“Klien mereka semuanya orang Cina dari daratan. Bisakah kamu menyalahkan mereka? "

Pada 31 Januari, Inggris akan mulai menerima aplikasi visa untuk sebanyak 2,9 juta penduduk Hong Kong yang memenuhi syarat BNO, dan 2,3 juta tanggungan. Jumlah keduanya mencapai hampir 70 persen dari populasi wilayah tersebut.

London mengumumkan langkah tersebut setelah Beijing memberlakukan Undang-Undang (UU) Keamanan Nasional secara luas pada Juni.

Pemerintah Inggris menilai UU tersebut sebagai pelanggaran serius dan terang-terangan terhadap Deklarasi Bersama Sino-Inggris 1984, yang membuka jalan bagi kembalinya bekas koloni itu ke pemerintahan China.

Baca juga: Dituduh Hina Bendera China, Remaja Hong Kong Pro-demokrasi Terancam Penjara

China membenarkan langkah-langkah keamanan yang melarang subversi, terorisme, pemisahan diri, dan kolusi asing sebagai alat yang diperlukan untuk mengakhiri protes yang terkadang disertai kekerasan yang melanda kota itu pada 2019.

Sementara Inggris mengatakan undang-undang baru tersebut "membatasi hak dan kebebasan masyarakat Hong Kong. Beberapa politisi pro-Beijing di Hong Kong telah menyerukan tindakan untuk hanya mengizinkan penduduk kota memiliki satu paspor.

Chan mengatakan, beberapa orang memang telah mulai meninggalkan Hong Kong menuju Inggris.

Gelombang migrasi keluar dari Hong Kong ke tempat-tempat seperti Kanada, sebelumnya juga terjadi setelah pembantaian Lapangan Tiananmen pada 1989, dan sebelum penyerahan pada 1997.

Namun, imigrasi keluar pulau itu diimbangi oleh pendatang baru, serta orang-orang yang kembali ke kota setelah keadaan tenang.

"Saat ini, kita masih berada di tengah badai - ini bukan saat yang tepat untuk menilai situasi," kata Chan.

"Tapi bagaimanapun juga, itu tidak akan mendekati jumlah orang yang diproyeksikan."

Baca juga: Joshua Wong dan Dua Aktivis Pro-demokrasi Hong Kong Dipenjara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Global
Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Global
Hubungan Biden-Netanyahu Kembali Tegang, Bagaimana ke Depannya?

Hubungan Biden-Netanyahu Kembali Tegang, Bagaimana ke Depannya?

Global
Kampus-kampus di Spanyol Nyatakan Siap Putuskan Hubungan dengan Israel

Kampus-kampus di Spanyol Nyatakan Siap Putuskan Hubungan dengan Israel

Global
Seberapa Bermasalah Boeing, Produsen Pesawat Terbesar di Dunia?

Seberapa Bermasalah Boeing, Produsen Pesawat Terbesar di Dunia?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com