Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menlu AS: China Lakukan Genosida terhadap Etnik Uighur di Xinjiang

Kompas.com - 20/01/2021, 16:33 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber BBC

WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo menyebut China telah melakukan genosida terhadap etnik Uighur di Xinjiang.

Sementara itu, Antony Blinken, calon Menlu AS yang diusulkan Presiden AS terpilih Joe Biden menyetujui pernyataan itu.

Selain itu, kelompok hak asasi manusia percaya bahwa China telah menahan hingga satu juta orang dari etnik Uighur selama beberapa tahun terakhir.

Mereka ditahan di di tempat yang didefinisikan “Negeri Panda” sebagai "kamp pendidikan ulang" sebagaimana dilansir dari BBC, Rabu (20/1/2021).

Baca juga: AS Tuding China Melakukan Genosida terhadap Muslim Uighur dan Kelompok Minoritas

Sementara itu, hasil investigasi BBC mengindikasikan bahwa orang dari etnik Uighur dipaksa sebagai tenaga kerja paksa.

"Saya yakin genosida ini sedang berlangsung, dan bahwa kita menyaksikan upaya sistematis untuk menghancurkan Uighur oleh negara-partai China," kata Pompeo dalam sebuah pernyataan.

Pernyataan itu dikeluarkan Pompeo menjelang hari terakhirnya sebagai Menlu AS di bawah pemerintahan Donald Trump yang akan lengser.

Meski pernyataan tersebut memberi tekanan pada China, namun AS tidak secara otomatis memberikan hukuman baru terhadap Beijing.

Baca juga: Turki Dituduh “Korbankan” Muslim Uighur demi Vaksin Covid-19

Ketika dimintai tanggapan pernyataan Pompeo tersebut, Blinken pada Selasa (19/1/2021) menyepakatinya.

"Itu akan menjadi penilaian saya juga. Mengenai Uighur saya pikir kami sangat setuju," tutur Blinken.

“Dan memaksa pria, wanita dan anak-anak ke kamp konsentrasi, mencoba, pada dasarnya, mendidik kembali mereka untuk menjadi penganut ideologi Partai Komunis China, semua itu berbicara tentang upaya untuk melakukan genosida," imbuh Blinken.

Selain itu, Tim Biden membuat tuduhan serupa pada Agustus 2020. Mereka mengatakan bahwa Uighur telah menderita penindasan yang tak terkatakan di tangan pemerintah China.

Baca juga: Lebih dari Setengah Juta Orang Uighur Diduga Dipaksa Memetik Kapas di China

Apa yang terjadi di Xinjiang?

China mengatakan, negaranya sedang memerangi tiga kekuatan jahat yakni separatisme, terorisme, dan ekstremisme di wilayah paling barat Xinjiang.

Di wilayah itu, sebagian besar dari 11 juta orang beretnik Uighur tinggal.

China berujar, langkah-langkah pelatihan di Xinjiang diperlukan untuk memerangi kekuatan jahat tersebut.

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak pemukim dari etnik Han, yang merupakan etnik mayoritas di China, memasuki Xinjiang.

Sentimen anti-Han dan separatis menjadi lebih umum di wilayah itu sejak 1990-an, kadang-kadang berkobar menjadi kekerasan.

Baca juga: Perjuangan Pria Uighur Berpisah 3 Tahun dengan Istri dan Anak, Akhirnya Bersatu di Australia

Pekan lalu, pemerintahan Trump melarang impor kapas dan produk tomat dari wilayah Xinjiang di China, tempat mayoritas warga Uighur tinggal.

Xinjiang sendiri berkontribusi hampir seperlima dari produksi kapas dunia menurut perkiraan AS.

Banyak pihak telah menuduh China menggunakan kamp penahanan di Xinjiang sebagai tempat praktik kerja paksa, terutama di industri kapas.

Investigasi oleh BBC pada 2019 menunjukkan bahwa anak-anak di Xinjiang secara sistematis dipisahkan dari keluarga mereka dalam upaya mengisolasi mereka dari komunitas Muslim mereka.

Penelitian terbaru menunjukkan wanita Uighur telah secara paksa menjadi sasaran metode pengendalian kelahiran.

Baca juga: China: Kritikan Paus Fransiskus Tidak Berdasar terhadap Minoritas Muslim Uighur

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com