Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Donald Trump Tolak Bertanggung Jawab dalam Penyerbuan Gedung Capitol

Kompas.com - 13/01/2021, 10:01 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden Donald Trump pada Selasa (12/1/2021) menolak bertanggung jawab terhadap penyerbuan Gedung Capitol oleh para pendukungnya dan memperingatkan kemungkinan "kemarahan yang luar biasa" di seluruh negeri.

Meskipun, Trump juga mendesak massa untuk "damai dan tenang" selama kunjungan singkatnya ke perbatasan AS-Meksiko di Alamo, Texas, keseluruhan pesannya adalah menolak disalahkan dalam penyerbuan Gedung Capitol, seperti yang dilansir dari AFP pada  Rabu (13/1/2021). 

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS berencana pada Rabu (13/1/2021) akan menjadikan Trump sebagai presiden pertama dalam sejarah AS yang dimakzulkan kedua kalinya.

Baca juga: Beberapa Tokoh Dunia Kecam Penutupan Permanen Akun Twitter Trump, Sebut Itu Pertanda Buruk

Pada Rabu pekan lalu (6/1/2021), Trump mengklaim bahwa dia adalah pemenang sebenarnya dari pemilihan 3 November, kemudian mendesak para pendukungnya untuk berdemo di Gedung Capitol.

Massa menyerang Gedung Capitol, berkelahi dengan polisi, menggeledah kantor, dan membuat anggota parlemen yang ketakutan untuk meninggalkan upacara yang menyatakan kemenangan pemilihan Demokrat Joe Biden.

Trump yang pemberontak dalam perjalanannya ke Texas bersikeras bahwa "semua orang" menganggap pidatonya "benar-benar tepat".

Trump menjuluki pemkzulannya sebagai "kelanjutan dari perburuan penyihir terbesar dalam sejarah politik."

Dia memperingatkan bahwa meski "Anda harus selalu menghindari kekerasan," para pendukungnya sangat marah.

"Aku belum pernah melihat kemarahan seperti itu," ucapnya.

Baca juga: Tulisan “Trump” Ditemukan pada Punggung Mamalia Manatee, Polisi Buru Pelaku Kriminal

Demokrat hampir pasti akan meloloskan pemakzulan di DPR.

Senat yang dikendalikan Republik telah dianggap tidak mungkin untuk mengadakan sesi darurat dan mengadili Trump sebelum masa jabatannya berakhir pada 20 Januari.

Namun, nampaknya partai yang telah dikuasai Trump selama 4 tahun terakhir itu pecah kongsi.

Menurut The New York Times, pemimpin mayoritas Senat yang kuat, Senator Mitch McConnell, telah mengatakan secara pribadi bahwa dia yakin Trump memang telah melakukan pelanggaran yang dapat dimakzulkan.

Di DPR, orang nomor tiga dari Partai Republik, Liz Cheney, mengatakan dia akan memberikan suara untuk memakzulkan presiden AS ke-45 itu.

Ini terjadi setelah anggota DPR Republik, Kevin McCarthy, mengatakan para anggota akan memiliki suara bebas dan tidak diharuskan mengikuti garis partai. Artinya, dapat melemahnya dukungan yang signifikan untuk Trump.

Baca juga: Trump Tanggapi Upaya Pemakzulan Kedua ke Dirinya: Konyol

Di luar batas

Ditutup dari Twitter dan Facebook, Trump untuk pertama kalinya kehilangan corong dalam untuk menyebarkan pesan.

Penyensoran oleh perusahaan teknologi raksasa itu dia sebut sebagai "kesalahan yang mengundang bencana."

Sejak pemilu 3 November, taipan real estat dari Partai Republik itu secara obsesif mendorong kebohongannya bahwa Biden mencuri kemenangan pemilu.

Namun, pidatonya kepada para pendukung pekan lalu dan serangan massa terhadap Kongres, termasuk melukai seorang polisi secara fatal, terbukti di luar batas bahkan bagi beberapa pendukungnya yang paling setia.

Baca juga: DPR AS Bersiap untuk Copot Trump dari Jabatannya

Perwakilan utama dunia korporat kemudian berpaling dari Trump, sementara Partai Republik terpecah antara ultra-loyalis dan semakin banyak anggota parlemen yang melihat Trump sebagai pihak yang harus bertanggung jawab atas kerusuhan Amerika.

Trump hingga kini belum memberi sebuah isyarat persatuan politik yang biasanya menjadi ciri khas di Amerika dalam transisi pemerintahan lama ke yang baru.

Belum ada ucapan selamat dari Trump kepada Biden atau mendesak para pendukungnya untuk mendukung kebijakan dari presiden berikutnya, setelah pada 20 Januari.

Baca juga: Jelang Pelantikan Biden, Ekstremis Pendukung Trump Dilaporkan Bakal Kepung Gedung Capitol

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Global
PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

Global
Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Global
Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Global
Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Global
AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

Global
[POPULER GLOBAL] Miss Buenos Aires 60 Tahun tapi Terlihat Sangat Muda | Ukraina Mulai Pakai Rudal Balistik

[POPULER GLOBAL] Miss Buenos Aires 60 Tahun tapi Terlihat Sangat Muda | Ukraina Mulai Pakai Rudal Balistik

Global
Putin Berencana Kunjungi China pada Mei 2024

Putin Berencana Kunjungi China pada Mei 2024

Global
Eks PM Malaysia Mahathir Diselidiki Terkait Dugaan Korupsi 2 Anaknya

Eks PM Malaysia Mahathir Diselidiki Terkait Dugaan Korupsi 2 Anaknya

Global
TikTok Mungkin Segera Dilarang di AS, India Sudah Melakukannya 4 Tahun Lalu

TikTok Mungkin Segera Dilarang di AS, India Sudah Melakukannya 4 Tahun Lalu

Global
Suhu Panas Tinggi, Murid-murid di Filipina Kembali Belajar di Rumah

Suhu Panas Tinggi, Murid-murid di Filipina Kembali Belajar di Rumah

Global
 Paket Bantuan Senjata Besar-besaran AS: Taiwan Senang, China Meradang

Paket Bantuan Senjata Besar-besaran AS: Taiwan Senang, China Meradang

Global
Lolos ke Kontes Miss Argentina, Alejandra Viral Penampilan Muda Meski Usianya 60

Lolos ke Kontes Miss Argentina, Alejandra Viral Penampilan Muda Meski Usianya 60

Global
Ukraina Mulai Gunakan Rudal Balistik Jarak Jauh untuk Serang Rusia

Ukraina Mulai Gunakan Rudal Balistik Jarak Jauh untuk Serang Rusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com