WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Akun Twitter Donald Trump pada Jumat (8/1/2021) ditangguhkan secara permanen, setelah 3 hari massa pendukungnya menyerbu Gedung Capitol ketika Kongres melangsungkan sertifikasi kemenangan Joe Biden.
"Setelah meninjau secara cermat tweet terbaru dari akun @realDonaldTrump dan konteks sekitarnya, kami telah secara permanen menangguhkan akun tersebut karena risiko hasutan kekerasan lebih lanjut," kata pihak Twitter.
Langkah Twitter membuat Trump putus hubungan dengan 90 juta pengikutnya di platform tersebut.
Baca juga: Ini Twit Terakhir Trump Sebelum Akunnya Ditutup Permanen oleh Twitter
Facebook juga mengeluarkan langkah serupa, melarang akunnya ada di platform tersebut, setidaknya selama sisa waktunya di kantor, yang berakhir pada 20 Januari.
Beberapa tokoh dunia kemudian merespons langkah Twiter tersebut.
Di antara beberapa orang menyambut baik langkah tersebut, banyak juga di antara para tokoh dunia yang mengecam tindakan penangguhan permanen, karena dianggap sebagai tindakan bermotif politik dan melanggar kebebasan berbicara, seperti yang dilansir dari Al Jazeera pada Senin (11/1/2021).
Berikut mereka yang menentang penangguhan permanen akun Twitter Trump itu:
Juru bicara Kanselir Jerman Angela Merkel pada Senin (11/1/2021) mengatakan keputusan Twitter untuk melarang Trump dari platform media sosial itu "bermasalah", menambahkan bahwa kebebasan berpendapat adalah "signifikansi dasar".
"Hak fundamental ini dapat diintervensi, tetapi menurut hukum dan dalam kerangka yang ditentukan oleh legislator, tidak sesuai dengan keputusan manajemen platform media sosial," kata Steffen Seibert kepada wartawan di Berlin.
"Dilihat dari sudut ini," katanya, "kanselir menganggap langkah Twitter bermasalah karena akun presiden AS sekarang telah diblokir secara permanen."
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan