Pasukan kejahatan keuangan Italia, Guardia di Finanza, awalnya mengatakan pil Captagon, yang diperkirakan bernilai 1 miliar euro (Rp 17 triliun) telah diproduksi oleh ISIS.
Namun skala produksi tidak mungkin. Captagon juga diproduksi secara ilegal di Lebanon.
Setelah salah mengidentifikasi sumber obat, otoritas Italia menolak berkomentar secara terbuka tentang siapa yang mereka yakini bertanggung jawab atas produksi narkoba tersebut.
Hasil tangkapan itu ditemukan setelah pihak berwenang memantau kelompok kriminal lokal.
Namun, keterlibatan mereka dianggap hanya sebagai perantara, obat tidak terikat ke Eropa, tujuan akhir mereka diyakini Libya.
Rezim Suriah dan sekutunya telah dituduh mengambil untung dari produksi narkotika.
Baca juga: 5 Bos Kartel Narkoba Terkaya Sepanjang Sejarah, dari Pablo Escobar hingga Ochoa Bersaudara
Pelanggaran hukum konflik Suriah yang sedang berlangsung dan kendala keuangan, yang didukung oleh sanksi Barat, diyakini telah menyebabkan ledakan produksi obat-obatan terlarang.
Captagon adalah salah satu dari sejumlah narkoba yang banyak digunakan oleh para pejuang di zona konflik.
Awalnya, obat ini dikembangkan untuk mengobati narkolepsi, yang membuat pengguna waspada. Para pejuang mengatakan itu membantu meredupkan ketakutan di medan perang.
Obat itu juga digunakan untuk rekreasi dan telah membanjiri dunia Arab. Pengiriman besar telah disita di Arab Saudi, Kuwait, dan Yordania.
Di Mesir pada November 2020 saja, ada 3 penyitaan terpisah dengan total jutaan pil Captagon, serta berton-ton ganja, yang semuanya tiba dari Suriah.
Baca juga: Hormati Bosnya yang Ditahan, Kartel Narkoba Sinaloa Gelar Pesta Besar
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.