Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sinopharm China Menyatakan Vaksinnya 79 Persen Efektif Melawan Covid-19

Kompas.com - 31/12/2020, 07:30 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AFP

BEIJING, KOMPAS.com - Raksasa farmasi China menyatakan vaksin virus corona Sinopharm 79 persen efektif menurut hasil uji coba fase 3, melansir AFP pada Rabu (30/12/2020).

Artinya, kemanjuran vaksin ini lebih rendah dari suntikan saingan yang dikembangkan oleh Pfizer-BioNTech dan Moderna. Meski demikian masih merupakan terobosan potensial dalam pertempuran untuk membendung pandemi di Asia.

China, tempat pandemi pertama kali muncul, telah berpacu melawan Barat untuk mengembangkan vaksin Covid-19 sendiri. Ada lima vaksin yang sudah dalam uji klinis fase 3 skala besar, tetapi belum ada yang secara resmi disetujui.

Pengumuman Rabu (30/12/2020) adalah data pertama yang dirilis mengenai kemanjuran kandidat vaksin China.

"Efek perlindungan vaksin (Sinopharm CNBG Beijing) terhadap Covid-19 adalah 79,34 persen," kata Institut Produk Biologi Beijing, anak perusahaan Sinopharm yang telah mengembangkan vaksin dengan CNBG.

Baca juga: Relawan Alami Gangguan Saraf, Peru Tunda Uji Klinis Vaksin Sinopharm

Menurut pernyataan itu, sinopharm telah mengajukan permohonan ke regulator obat China, untuk persetujuan vaksin untuk menonaktifkan virus corona tersebut. Vaksin ini sejenis inokulasi menggunakan partikel patogen.

China telah berjuang untuk mendapatkan kepercayaan internasional untuk kandidat vaksinnya, yang terganjal masalah kurangnya transparansi hasil tes.

Uji coba Fase 3, yang harus dilakukan di luar negeri, berjalan dengan lambat. Pasalnya “Negeri Tirai Bambu” masih dalam upaya mengurangi penyebaran Covid-19 di dalam perbatasannya sendiri.

Sementara itu, vaksin buatan negara-negara Barat telah berkembang pesat dengan peluncuran dan persetujuan vaksin.

Ratusan juta dosis telah dipesan dari kandidat vaksin terdepan, seperti Pfizer-BioNTech dan Moderna. Masing-masing vaksin memiliki tingkat efikasi 95 persen dan 94 persen.

Baca juga: Mesir Gratiskan Vaksin Sinopharm dari China untuk Warganya

Diplomasi vaksin

Meski data minim dan vaksin belum terbukti, lebih dari satu juta orang telah menerima suntikan vaksin yang belum disetujui oleh pemerintah China di bawah program penggunaan daruratnya.

Mereka termasuk pekerja kesehatan di garis depan, pegawai perusahaan milik negara, dan pekerja yang berencana bepergian ke luar negeri.

China berencana untuk memvaksinasi jutaan lagi musim dingin ini menjelang Tahun Baru Imlek. Para pejabat telah berjanji untuk meningkatkan kapasitas produksi vaksin hingga lebih dari 1 miliar dosis tahun depan.

Uni Emirat Arab menyetujui vaksin Sinopharm awal bulan ini, menjadi negara asing pertama yang mengadopsi inokulasi Covid-19 yang dikembangkan China.

Beijing telah berjanji untuk membagikan vaksinnya dengan biaya yang relatif rendah. Jadi berpotensi dipilih negara-negara Asia yang lebih miskin, yang mungkin harus bergantung pada distribusi terbatas yang ditawarkan oleh skema global.

Itu juga memberi China umpan diplomasi, di tengah kritik luas atas penanganan awal wabah yang menjadi sorotan Amerika Serikat (AS) dan Australia.

Baca juga: UEA Daftarkan Vaksin Sinopharm China dengan Klaim Efektivitas 86 Persen

"Kami juga akan memprioritaskan negara berkembang untuk vaksin. Ini akan dilakukan melalui berbagai cara, termasuk melalui sumbangan dan bantuan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Zhao Lijian, Jumat (25/12/2020).

Vaksin yang tidak aktif lebih mudah didistribusikan daripada kandidat vaksin dari Pfizer. Vaksin produksi perusahaan AS Itu harus disimpan pada suhu minus 70 derajat celsius. Kondisi yang tidak mungkin dilakukan di sebagian besar negara berkembang.

Ketika gelombang virus musim dingin menyapu sebagian besar dunia, memicu penguncian baru, dan lonjakan jumlah kematian yang suram, perhatian telah kembali ke manajemen pandemi di China.

Otoritas kesehatan China minggu ini mengatakan data dari antibodi yang beredar di Wuhan. Diperkirakan jumlah kasus di episentrum pandemi, mungkin 10 kali lebih tinggi dari yang dilaporkan sebelumnya.

Sekitar 4,4 persen dari 11 juta penduduk kota telah mengembangkan antibodi terhadap Covid-19 pada bulan April, menurut sebuah laporan oleh Pusat Pengendalian Penyakit China. Artinya setara dengan sekitar 480.000 infeksi.

Baca juga: Perdana Menteri UEA Akhirnya Dapat Suntikan Vaksin Covid-19 dari Sinopharm China

Beijing telah bersusah payah untuk memperlengkapi kembali kisah pandemi untuk menguntungkannya.

Pemerintahnya menggembar-gemborkan refleks cepat dari kepemimpinan Komunisnya dalam mengunci negara dan memulai kembali ekonomi.

China diperkirakan menjadi satu-satunya ekonomi utama yang mencatat pertumbuhan positif tahun ini.

Tetapi Beijing telah banyak dikritik karena menutup diskusi dan pelaporan yang mempertanyakan narasi resmi yang dibuat pemerintah.

Pada Senin (28/12/2020), pengadilan Shanghai memenjarakan jurnalis warga Zhang Zhan selama empat tahun, karena laporannya dari Wuhan selama bulan-bulan awal pandemi.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, yang telah menyerang respons pandemi China, menyerukan pembebasannya segera.

"Partai Komunis China sekali lagi telah menunjukkan akan melakukan apa pun untuk membungkam mereka yang mempertanyakan garis resmi partai," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-811 Serangan Rusia ke Ukraina: 280 Warga Sri Lanka Ikut Perang | Menhan Baru Rusia Ungkap Prioritasnya

Rangkuman Hari Ke-811 Serangan Rusia ke Ukraina: 280 Warga Sri Lanka Ikut Perang | Menhan Baru Rusia Ungkap Prioritasnya

Global
AS: Boeing Bisa Dituntut atas Jatuhnya Lion Air dan Ethiopian Airlines

AS: Boeing Bisa Dituntut atas Jatuhnya Lion Air dan Ethiopian Airlines

Global
Mengapa Presiden Putin Ganti Menteri Pertahanannya?

Mengapa Presiden Putin Ganti Menteri Pertahanannya?

Internasional
Konflik Gaza Dominasi Kampanye Pilpres AS, Isu Ukraina Memudar

Konflik Gaza Dominasi Kampanye Pilpres AS, Isu Ukraina Memudar

Global
Taiwan Deteksi 45 Pesawat China Terbang Dekati Wilayahnya, Terbanyak Sejauh Ini

Taiwan Deteksi 45 Pesawat China Terbang Dekati Wilayahnya, Terbanyak Sejauh Ini

Global
AS Siap Kirim Senjata Lagi ke Israel, Kali Ini Senilai Rp 16,1 Triliun

AS Siap Kirim Senjata Lagi ke Israel, Kali Ini Senilai Rp 16,1 Triliun

Global
Dituding Israel Tak Izinkan Bantuan Masuk ke Gaza, Mesir: Kalian Putar Balikkan Fakta 

Dituding Israel Tak Izinkan Bantuan Masuk ke Gaza, Mesir: Kalian Putar Balikkan Fakta 

Global
Bebas Visa ke Korea Selatan, Mengapa Tak Kunjung Terwujud?

Bebas Visa ke Korea Selatan, Mengapa Tak Kunjung Terwujud?

Global
PBB: 56 Persen Korban Tewas di Gaza adalah Perempuan dan Anak-anak

PBB: 56 Persen Korban Tewas di Gaza adalah Perempuan dan Anak-anak

Global
[POPULER GLOBAL] Warga Israel Rusak Bantuan untuk Gaza | Jet Israel Bom Kamp Pengungsi Nuseirat

[POPULER GLOBAL] Warga Israel Rusak Bantuan untuk Gaza | Jet Israel Bom Kamp Pengungsi Nuseirat

Global
Erdogan: Lebih dari 1.000 Anggota Hamas Dirawat di RS Turkiye

Erdogan: Lebih dari 1.000 Anggota Hamas Dirawat di RS Turkiye

Global
Pemerintah Arab: Ibadah Haji Tanpa Izin akan Ditahan dan Kena Sanksi

Pemerintah Arab: Ibadah Haji Tanpa Izin akan Ditahan dan Kena Sanksi

Global
Tank Israel Terus Bergerak ke Rafah, Warga Sipil Kembali Mengungsi

Tank Israel Terus Bergerak ke Rafah, Warga Sipil Kembali Mengungsi

Global
Pengadilan Tinggi PBB Bakal Gelar Sidang Terkait Serangan di Rafah

Pengadilan Tinggi PBB Bakal Gelar Sidang Terkait Serangan di Rafah

Global
Seperti Ini 5 Tahun Persahabatan Putin dan Xi Jinping

Seperti Ini 5 Tahun Persahabatan Putin dan Xi Jinping

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com