Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trump Minta Kongres Ubah Paket Bantuan Covid-19 yang 'Mubazir'

Kompas.com - 24/12/2020, 06:32 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Editor

KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menolak menandatangani paket bantuan sebesar 900 miliar dollar AS (Rp12.782 triliun) untuk membantu warga negara itu dalam menghadapi dampak pandemi virus corona dan sebaliknya meminta Kongres untuk menambahnya hingga tiga kali lipat.

Rancangan Undang-Undang (RUU) paket bantuan stimulus itu akhirnya disahkan oleh Kongres pada Senin malam (21/12/2020) setelah terjadi tarik ulur selama berbulan-bulan, tetapi menurut Trump paket tersebut "benar-benar memalukan", dan penuh hal-hal yang "mubazir".

"Ini disebut RUU bantuan Covid, tetapi tidak ada sangkut pautnya dengan Covid," kata Trump dalam pesan video yang diunggah ke Twitter.

Paket bantuan yang disetujui Kongres 900 miliar dollar AS di antaranya adalah bantuan tunai sekali bayar 600 dollar AS (sekitar Rp8,5 juta) untuk sebagian besar warga negara, tetapi menurut Trump jumlah bantuan seharusnya 2.000 dollar AS (Rp28 juta).

Baca juga: Serangan Siber Hantam AS Bertubi-tubi, Joe Biden Kecam Donald Trump

Paket bantuan tersebut digulirkan untuk membantu warga bertahan di masa pandemi dan bantuan itu tercakup dalam RUU belanja pemerintah, termasuk anggaran untuk badan-badan federal sebesar 1,4 triliun dollar AS selama sembilan bulan ke depan dan juta bantuan untuk negara-negara lain.

Pernyataan Trump membuat para anggota Kongres tertegun. Pasalnya, kubu Republik dan Demokrat telah membahas RUU paket stimulus ini sejak Juli dan berharap Trump akan menandatanganinya menjadi setelah disahkan Kongres pada Senin malam.

Jika Trump memveto atau menolak meneken RUU sebelum Senin depan, pemerintah AS bisa berhenti beroperasi karena paket ini juga mencakup anggaran untuk badan-badan federal sampai September 2021.

Namun demikian, Presiden Trump belum secara khusus menyatakan akan memveto RUU. Kalaupun ia sampai menempuh langkah tersebut, sebagaimana dilaporkan media AS, Kongres masih dapat mengabaikan vetonya karena RUU ini mendapat dukungan kuat dari Republik maupun Demokrat.

Baca juga: Joe Biden Puji Trump saat Terima Suntikan Vaksin Covid-19 Pertamanya

Trump protes bantuan untuk negara-negara lain

Dalam pesan video pada Selasa malam (22/12/2020), Presiden Trump menolak keras bagian RUU tentang bantuan yang dialokasikan untuk negara-negara asing dengan alasan uang tersebut mestinya disalurkan kepada rakyat AS yang mengalami kesulitan.

"RUU ini meliputi bantuan sebesar US$85,5 juta untuk Kamboja, US$134 juta untuk Myanmar, US$1,3 miliar untuk Mesir dan militer Mesir yang akan digunakan untuk membeli peralatan militer dari Rusia sepenuhnya, US$25 juta untuk program demokrasi dan kesataraan gender di Pakistan, US$505 juta untuk Belize, Costa Rica, El Salvador, Guatemala, Honduras, Nikaragua, dan Panama."

Trump juga mempertanyakan bantuan dana 40 juta dollar AS yang dialokasikan untuk Kennedy Center, sebuah kompleks pertunjukkan seni di Washington DC, sementara tempat itu sekarang tutup, dan juga bantuan lebih dari 1 miliar dollar AS untuk berbagai museum serta galeri di ibu kota AS.

"Kongres mempunyai banyak uang untuk negara-negara lain, kelompok-kelompok pelobi dan kepentingan khusus, tetapi justru memberikan bantuan minimal kepada rakyat Amerika yang memerlukannya. Itu bukan salah mereka. Kesalahan itu dibuat oleh China."

"Saya meminta Kongres mengubah RUU dan menaikkan bantuan yang sangat rendah dari US$600 menjadi US$2.000 atau US$4.000 untuk pasangan," pungkasnya.

Baca juga: Dituduh Meretas Kantor Pemerintahan AS, China: Cuma Lelucon Trump

Apa komentar kubu Demokrat?

Presiden terpilih Joe Biden mengatakan RUU paket bantuan itu hanyalah "uang muka" dan berjanji akan mendorong Kongres mengesahkan RUU stimulus lain setelah ia resmi menjabat bulan depan.

"Kongres menunaikan tugasnya pekan ini," kata Biden ketika berbicara pada Selasa (22/12/2020) di kota kelahirannya, Wilmington, Negara Bagian Delaware.

Dan anggota Kongres dari Demokrat yang paling berpengaruh karena duduk sebagai ketua, Nancy Pelosi, mengatakan ia sepakat dengan Presiiden Trump dalam hal kenaikan tunjangan bagi warga AS sebesar 2.000 dollar AS. Biasanya Pelosi berseberangan dengan Trump selama ini.

"Mari kita lakukan!" Begitu cuitnya, seraya menambahkan kubunya akan menggulirkan usulan itu pekan ini.

Akan tetapi, usulan seperti itu harus mendapat persetujuan Senat yang dikuasai Republik dan mungkin mereka akan menentangnya.

Baca juga: Kepala Operasional Vaksin Trump Akui Kesalahannya Soal Distribusi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com