Palestina termasuk di antara 3 miliar orang di seluruh dunia yang kekurangan kapasitas lemari pendingin yang memadai.
Baca juga: Setelah Maroko, Bhutan Jalin Hubungan Diplomatik dengan Israel
Dr Ali Abed Rabbo, seorang pejabat senior kesehatan Palestina, mengatakan PA sedang dalam pembicaraan dengan Pfizer dan Moderna, yang vaksinnya memerlukan penyimpanan ekstra dingin, juga vaksin buatan Rusia yang sebagian besar belum teruji.
PA berharap dapat memvaksinasi 20 persen populasi melalui COVAX, dimulai dengan petugas kesehatan, katanya.
“Sisanya tergantung pembelian Palestina dari pasokan global, dan kami bekerja sama dengan beberapa perusahaan,” katanya.
Otoritas Palestina telah melaporkan lebih dari 85.000 kasus infeksi di Tepi Barat, termasuk lebih dari 800 kematian, dan wabah telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir.
Situasinya bahkan lebih mengerikan di Gaza, rumah bagi 2 juta orang Palestina, yang telah berada di bawah blokade Israel dan Mesir sejak kelompok militan Hamas merebut kekuasaan pada tahun 2007.
Pihak berwenang di sana telah melaporkan lebih dari 30.000 kasus infeksi, termasuk 220 kematian.
Baca juga: Iran Sebut Normalisasi Maroko-Israel sebagai Pengkhianatan terhadap Islam
Dr Gerald Rockenschaub, kepala kantor WHO untuk wilayah Palestina, mengatakan PA akan memberikan vaksin ke Gaza, tetapi mereka akan tiba dalam jumlah banyak dan akan membutuhkan waktu untuk mencapai 20 persen pertama.
“Kami berharap pada kuartal pertama tahun depan vaksin pertama mulai berdatangan,” ujarnya.
Sementara Wakil Menteri Kesehatan Israel, Yoav Kisch mengatakan kepada Kan Radio, "jika kami melihat Israel sudah terpenuhi dan kami memiliki kemampuan tambahan, kami pasti akan mempertimbangkan untuk membantu Otoritas Palestina."
Dia mengatakan hal itu akan membantu mencegah kebangkitan kembali wabah di Israel.
Dr Ashi Shalmon, seorang pejabat Kementerian Kesehatan Israel, mengatakan pendekatannya sejalan dengan kesepakatan sebelumnya.
Kesepakatan Oslo mensyaratkan PA untuk mempertahankan standar vaksinasi internasional untuk bertukar informasi dan bekerja sama dalam memerangi epidemi.
Baca juga: Israel Akan Membuka Bagian Terlarang Makam Istana Herodes
Sementara menurut dokter untuk Hak Asasi Manusia-Israel, sebuah kelompok yang mengadvokasi perawatan kesehatan yang lebih adil, mengatakan bahwa Israel memiliki kewajiban hukum sebagai kekuatan pendudukan untuk membeli dan mendistribusikan vaksin ke Palestina.
Dikatakan Israel juga harus memastikan bahwa vaksin yang tidak memenuhi pedoman keamanannya sendiri, seperti vaksin produksi Rusia untuk tidak didistribusikan di daerah yang dikendalikannya.
“Israel masih mempertahankan kendali atas banyak aspek kehidupan warga Palestina, baik pos pemeriksaan, impor barang dan obat-obatan, dan mengendalikan pergerakan orang,” kata Ghada Majadle, direktur kegiatan kelompok di wilayah Palestina.
"Sistem kesehatan Palestina, baik di Tepi Barat atau Jalur Gaza, berada dalam kondisi yang mengerikan, terutama (karena) pembatasan yang diberlakukan oleh Israel."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.