Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Para Peneliti Vaksin Covid-19 Jadi Sasaran Serangan Siber

Kompas.com - 15/12/2020, 18:10 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Ketika para peneliti di seluruh dunia berlomba mengembangkan vaksin Covid-19 yang efektif, mereka diam-diam dibuntuti oleh mata-mata dan pencuri di dunia siber.

Pasukan bayaran di dunia maya serta peretas yang disponsori negara tertentu, dengan nama sandi seperti Cozy Bear dan Hidden Cobra, aktif mengintai pengembangan vaksin yang dilakukan para peneliti.

Pekan lalu, targetnya adalah European Medicines Agency, yang memiliki dokumen rahasia tentang vaksin Pfizer yang tersimpan di servernya.

Sejauh ini, baru vaksin buatan Pfizer bekerja sama dengan BionTech, yang telah mendapatkan persetujuan untuk penggunaan darurat vaksinasi di Inggris dan Amerika Serikat (AS).

Tidak jelas kapan atau bagaimana serangan itu berlangsung, atau siapa penanggungjawabnya, namun sejumlah dokumen berhasil diakses secara tidak sah.

Baca juga: Trump Ingin Dia dan Pejabat Gedung Putih Tak Dapat Prioritas Awal Vaksin Covid-19

Menurut Tim Wellsmore, direktur intelijen perusahaan keamanan siber FireEye, para peneliti vaksin Covid-19 kini menjadi sasaran empuk peretas.

FireEye memiliki 3.000 karyawan dengan klien perusahaan-perusahaan besar dan sejumlah pemerintah di negara Barat.

"Ada sejumlah kelompok (peretas) yang kami lihat menarget para peneliti Covid-19," kata Wellsmore kepada ABC.

Pihak berwenang di Australia menyatakan peneliti vaksin Covid-19 di negara ini juga telah menjadi sasaran serangan siber.

Inggris telah menuduh peretasan berasal dari Rusia, sedangkan AS dan Spanyol menuding China. Negara lain menyebut serangan dilakukan dari Korea Utara, Iran, dan Vietnam.

Baca juga: Jerman Desak Uni Eropa Setujui Vaksin Covid-19 Secepatnya

FireEye sendiri menyatakan ikut diretas, dan hal itu membutuhkan kemampuan serangan tingkat tinggi, artinya hanya bisa dilakukan oleh institusi negara tertentu.

Para peretas, kata FireEye, telah mencuri alat yang digunakan perusahaan ini untuk menguji pertahanan jaringan klien mereka. Kini dikhawatirkan peretas akan menggunakan alat itu untuk menyerang pihak lain.

"Membela diri terhadap serangan kelompok (peretas) ini merupakan tantangan yang terus berlanjut," kata Wellsmore.

Baca juga: Korea Utara Dikabarkan Beli Vaksin Covid-19 Sputnik V dari Rusia

Bagaimana serangan berlangsung?

Berbagai teknik digunakan dalam serangan terhadap peneliti vaksin Covid-19, termasuk spear phishing.

Teknik ini menggunakan surat elektronik atau e-mail yang seolah-olah berasal dari sumber yang dapat dipercaya.

Penerima e-mail diarahkan ke situs website palsu yang penuh dengan malware. Dalam satu kasus, para peretas menyamar sebagai perwakilan badan kesehatan dunia WHO.

Kasus lain, peretas menyamar sebagai perekrut di situs media sosial, seperti LinkedIn dan WhatsApp.

Mereka mendekati peneliti di perusahaan farmasi, dengan dokumen elektronik berisi kode berbahaya yang disematkan dalam tawaran pekerjaan palsu.

"Serangan itu sangat canggih. Kadang seseorang datang ke pintu dan pintu tersebut langsung terbuka. Kadang orang (masih) menggunakan kata sandi yang sembrono," ujar Wellsmore.

Baca juga: Perawat New York Penerima Pertama Suntikan Vaksin Covid-19 Pfizer di AS

Dua kelompok peretas

Secara umum, ada dua kelompok peretasan. Yaitu, kelompok yang disponsori negara tertentu dan kelompok lain yang hanya mencari keuntungan finansial sendiri.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Saat Pesawat Singapore Airlines Menukik Turun 6.000 Kaki dalam 3 Menit...

Saat Pesawat Singapore Airlines Menukik Turun 6.000 Kaki dalam 3 Menit...

Global
Menlu Jerman: Ukraina Butuh Segera Tingkatkan Pertahanan Udara untuk Lawan Rusia

Menlu Jerman: Ukraina Butuh Segera Tingkatkan Pertahanan Udara untuk Lawan Rusia

Global
Singapore Airlines Turbulensi Parah, Penumpang Terlempar ke Kabin Bagasi

Singapore Airlines Turbulensi Parah, Penumpang Terlempar ke Kabin Bagasi

Global
Presiden Raisi Meninggal, Kedubes Iran Sampaikan Terima Kasih atas Belasungkawa Indonesia

Presiden Raisi Meninggal, Kedubes Iran Sampaikan Terima Kasih atas Belasungkawa Indonesia

Global
Sosok Jacob Zuma, Mantan Presiden Afrika Selatan yang Didiskualifikasi dari Pemilu Parlemen

Sosok Jacob Zuma, Mantan Presiden Afrika Selatan yang Didiskualifikasi dari Pemilu Parlemen

Internasional
Gelombang Panas India Capai 47,4 Derajat Celsius, Sekolah di New Delhi Tutup

Gelombang Panas India Capai 47,4 Derajat Celsius, Sekolah di New Delhi Tutup

Global
ChatGPT Tangguhkan Suara AI Mirip Scarlett Johansson

ChatGPT Tangguhkan Suara AI Mirip Scarlett Johansson

Global
Pesawat Singapore Airlines Alami Turbulensi Parah, 1 Penumpang Tewas, 30 Terluka

Pesawat Singapore Airlines Alami Turbulensi Parah, 1 Penumpang Tewas, 30 Terluka

Global
Rusia Tuduh AS Akan Taruh Senjata di Luar Angkasa

Rusia Tuduh AS Akan Taruh Senjata di Luar Angkasa

Global
Panglima Hamas yang Dalangi Serangan 7 Oktober Diburu di Luar Gaza

Panglima Hamas yang Dalangi Serangan 7 Oktober Diburu di Luar Gaza

Global
Teroris Serang Kantor Polisi Malaysia, Singapura Waspada

Teroris Serang Kantor Polisi Malaysia, Singapura Waspada

Global
Kesal dengan Ulah Turis, Warga Jepang Tutup Pemandangan Gunung Fuji

Kesal dengan Ulah Turis, Warga Jepang Tutup Pemandangan Gunung Fuji

Global
Iran Setelah Presiden Ebrahim Raisi Tewas, Apa yang Akan Berubah?

Iran Setelah Presiden Ebrahim Raisi Tewas, Apa yang Akan Berubah?

Internasional
AS Tak Berencana Kirimkan Pelatih Militer ke Ukraina

AS Tak Berencana Kirimkan Pelatih Militer ke Ukraina

Global
WNI di Singapura Luncurkan 'MISI', Saling Dukung di Bidang Pendidikan dan Pengembangan Profesional

WNI di Singapura Luncurkan "MISI", Saling Dukung di Bidang Pendidikan dan Pengembangan Profesional

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com