Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Pria Uighur Berpisah 3 Tahun dengan Istri dan Anak, Akhirnya Bersatu di Australia

Kompas.com - 12/12/2020, 19:59 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

Namun, beberapa jam setelah klaim tersebut dibuat oleh seorang pejabat China di sebuah program televisi Australia, Abdusalamu memposting foto istri dan anaknya di Twitter dengan catatan waktu setempat dan bertuliskan, "Saya ingin keluar dan bersatu dengan suami saya".

Pasangan itu harus menunggu enam bulan lagi sebelum akhirnya mendapatkan kabar yang telah mereka tunggu-tunggu.

Baca juga: Upaya China Pulihkan Nama atas Dugaan Pelanggaran HAM Uighur di Xinjiang

"Kami dikabari dua, tiga bulan lalu bahwa mereka akan bisa keluar," kata pengacara Michael Bradley kepada BBC.

Pada Jumat, keluarganya tiba setelah perjalanan 48 jam yang berbelit-belit yang telah membawa mereka melewati Shanghai, Hong Kong, Port Moresby lalu Brisbane sebelum akhirnya mencapai Sydney.

Abdusalamu berterima kasih kepada departemen luar negeri Australia atas pekerjaan luar biasa mereka, dan juga mengucapkan terima kasih kepada pengacaranya dan media.

"Saya tidak pernah berpikir hari ini akan datang dan saya sangat ingin berterima kasih kepada semua orang yang telah bekerja keras untuk menyatukan kami kembali," katanya.

"Impian saya adalah agar semua teman Uighur saya bisa bersatu kembali dengan keluarga mereka," tambah Abdusalamu.

Baca juga: Uni Eropa Desak China soal Akses Dagang, Uighur, Hong Kong, dan Covid-19

Kecaman hak asasi manusia

Kelompok-kelompok hak asasi manusia (HAM) mengatakan, China menahan sekitar satu juta orang Uighur dan Muslim lainnya di kamp-kamp penahanan.

Namun, China membantah melakukan kesalahan, dengan mengatakan mereka memerangi terorisme dan ekstremisme agama, dan menawarkan pendidikan ulang politik kepada mereka yang berada di kamp-kamp.

Pada Oktober, sebuah kelompok yang terdiri dari 39 negara - termasuk Australia, Inggris, AS dan beberapa negara Eropa - membacakan pernyataan di PBB yang mengatakan bahwa mereka sangat prihatin tentang situasi HAM di Xinjiang dan kamp-kamp tersebut.

"Kami telah melihat peningkatan jumlah laporan pelanggaran HAM berat," bunyi pernyataan itu.

Pernyataan itu mencantumkan sejumlah kekhawatiran termasuk pembatasan ketat atas kebebasan beragama, pergerakan, dan berekspresi orang Uighur dan budaya Uighur di daerah tersebut.

"Pengawasan yang meluas secara tidak proporsional terus menargetkan warga Uighur dan minoritas lainnya dan lebih banyak laporan bermunculan tentang kerja paksa dan paksaan metode kontrol kelahiran termasuk sterilisasi," sambung pernyataan itu.

Baca juga: Pria Ini Klaim Pemberitaan Media Barat soal Uighur Tidak Sesuai Kenyataan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

Global
Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Global
3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

Global
Ekuador Perang Lawan Geng Narkoba, 7 Provinsi Keadaan Darurat

Ekuador Perang Lawan Geng Narkoba, 7 Provinsi Keadaan Darurat

Global
[POPULER GLOBAL] Identitas Penumpang Tewas Singapore Airlines | Fisikawan Rusia Dipenjara

[POPULER GLOBAL] Identitas Penumpang Tewas Singapore Airlines | Fisikawan Rusia Dipenjara

Global
Ukraina Kembali Serang Perbatasan dan Wilayahnya yang Diduduki Rusia

Ukraina Kembali Serang Perbatasan dan Wilayahnya yang Diduduki Rusia

Global
Singapore Airlines Turbulensi, Ini Nomor Hotline bagi Keluarga Penumpang

Singapore Airlines Turbulensi, Ini Nomor Hotline bagi Keluarga Penumpang

Global
Rusia Pulangkan 6 Anak Pengungsi ke Ukraina Usai Dimediasi Qatar

Rusia Pulangkan 6 Anak Pengungsi ke Ukraina Usai Dimediasi Qatar

Global
Fisikawan Rusia yang Kembangkan Rudal Hipersonik Dihukum 14 Tahun

Fisikawan Rusia yang Kembangkan Rudal Hipersonik Dihukum 14 Tahun

Global
Misteri Area 51: Konspirasi dan Fakta di Balik Pangkalan Militer Tersembunyi AS

Misteri Area 51: Konspirasi dan Fakta di Balik Pangkalan Militer Tersembunyi AS

Global
Kepala Politik Hamas Ucap Duka Mendalam pada Pemimpin Tertinggi Iran

Kepala Politik Hamas Ucap Duka Mendalam pada Pemimpin Tertinggi Iran

Global
Panas Ekstrem 47,4 Derajat Celcius, India Liburkan Sekolah Lebih Awal

Panas Ekstrem 47,4 Derajat Celcius, India Liburkan Sekolah Lebih Awal

Global
Israel Batal Sita Kamera Associated Press Setelah Panen Kecaman

Israel Batal Sita Kamera Associated Press Setelah Panen Kecaman

Global
Hari Ini, Irlandia dan Norwegia Akan Mengakui Negara Palestina Secara Resmi

Hari Ini, Irlandia dan Norwegia Akan Mengakui Negara Palestina Secara Resmi

Global
Pecah Rekor Lagi, Pendaki Nepal Kami Rita Sherpa Capai Puncak Everest 30 Kali

Pecah Rekor Lagi, Pendaki Nepal Kami Rita Sherpa Capai Puncak Everest 30 Kali

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com