KOMPAS.com - Setelah kritik dan tuduhan bertubi dari berbagai negara sehubungan dengan kebijakan kamp pelatihan di Xinjiang, pemerintah China tampak berupaya untuk pulihkan citra.
Mulai dari penerbitan buku putih yang menggambarkan keberhasilan program pendidikan, hingga ke janji pemberian izin bagi para pengamat dari negara-negara Uni Eropa untuk datang langsung agar “lebih mengerti” keadaan di Xinjiang.
Buku putih yang dengan teguh mempertahankan kebijakan pemerintah China di wilayah tersebut diterbitkan pada Kamis (17/9/2020).
Pemerintah mengatakan bahwa taraf hidup orang-orang di Xinjiang telah meningkat berkat adanya program pelatihan, skema kerja, dan pendidikan yang lebih baik.
Baca juga: AS Blokir Sebagian Ekspor China Produksi Xinjiang karena Dugaan Pelanggaran HAM
Seperti diketahui, buku putih ini terbit hanya beberapa hari setelah pemerintah AS mengatakan bahwa kamp-kamp yang didirikan pemerintah ini dijalankan mirip dengan model operasi "kamp konsentrasi".
Laporan dalam buku putih tersebut mengatakan bahwa Xinjiang telah "melaksanakan proyek ketenagakerjaan dengan penuh semangat, meningkatkan pelatihan kejuruan, dan memperluas penyaluran serta kapasitas pekerjaan."
Di dalamnya disebutkan pula bahwa pelatihan kejuruan bagi jutaan orang telah berkontribusi dalam meningkatkan kualitas tenaga kerja.
"Xinjiang telah secara besar-besaran membangun tenaga kerja berbasis pengetahuan, keterampilan dan inovasi, yang memenuhi persyaratan era baru," tulis laporan itu.
Pelatihan yang diberikan di sana termasuk pelajaran bahasa Mandarin secara tertulis dan lisan, keterampilan kerja dan pengetahuan tentang kehidupan di daerah perkotaan, demikian menurut laporan itu.
Disebutkan pula bahwa orang-orang pedesaan telah memulai bisnis atau bekerja di pabrik setelah mendapat dukungan negara.
Lebih lanjut buku putih tersebut menyatakan bahwa setiap tahun antara 2014 dan 2019, Xinjiang telah memberikan "sesi pelatihan" kepada rata-rata 1,29 juta pekerja di daerah kota dan desa, dan bahwa kebijakan ketenagakerjaan ini "memenuhi kebutuhan masyarakat (dan) meningkatkan kesejahteraan mereka."
Namun, buku putih tersebut memperingatkan bahwa "teroris, separatis, dan ekstremis agama" telah mendorong masyarakat untuk tidak mempelajari bahasa Mandarin, untuk "menolak sains modern, dan menolak meningkatkan keterampilan kejuruan mereka."
Baca juga: Film Mulan Syuting di Provinsi Xinjiang, Disney Dikecam
Sebelumnya, pada Selasa (15/9/2020) juru bicara Kementerian Luar Negeri pemerintah China mengatakan negaranya akan menyambut baik perwakilan dari negara-negara Uni Eropa untuk mengunjungi daerah itu "supaya benar-benar memahami situasi sebenarnya dan tidak bergantung pada desas-desus."
"Uni Eropa telah meningkatkan keinginan mereka untuk mengunjungi Xinjiang, China setuju dan bersedia untuk mengatur hal itu," kata juru bicara Wang Wenbin kepada wartawan.
Namun dia tidak mengonfirmasi apakah para pengamat dari UE ini nantinya akan diperbolehkan bepergian dengan bebas di wilayah tersebut.