PYONGYANG, KOMPAS.com - Otto Warmbier awalnya bergembira ria menjalani liburannya di Korea Utara. Ia tersenyum saat foto, bermain bola salju di musim dingin, dan sangat menikmati waktunya.
"Ini Otto yang saya kenal dan cintai. Ini saudara saya," tulis Austin Warmbier yang merilis video liburan tersebut, yang direkam dalam tur tiga malam di Korut pada akhir 2015.
Dua bulan setelah video itu dirilis, Otto muncul lagi di video tapi dalam keadaan yang jauh berbeda.
Baca juga: [Cerita Dunia] Napoleon Bonaparte, Ubah Nasib dari Prajurit menjadi Kaisar Perancis
Dengan kepala tertunduk dan memegang "surat pengakuan" yang telah disiapkan, pelajar berusia 21 tahun asal Ohio itu berbicara di depan kamera TV, menjelaskan kenapa dia ditangkap pada akhir tur padahal orang-orang lainnya diizinkan pulang.
Saat membacakan pengakuan itu, di atasnya terpampang potret besar para pemimpin terdahulu Korea Utara, yaitu Kim Il Sung dan Kim Jong Il.
Mengenakan jas krem dan berdasi, Otto membungkuk, berdiri lagi, lalu memulai "pengakuannya" dengan meminta maaf atas kejahatan yang diperbuatnya, memohon ampunan, dan bantuan untuk menyelamatkan nyawanya.
Dia berkata, hendak mencuri material propaganda di Pyongyang, ibu kota Korut. Kemudian dia berkata sambil menangis. "Saya telah membuat satu keputusan terburuk dalam hidup saya, tetapi saya hanya manusia."
Pada 13 Juni 2017, melalui perundingan diplomatik akhirnya Otto Warmbier dipulangkan ke AS tapi Korut melepasnya dalam keadaan koma setelah 17 bulan menahannya. Warmbier tidak bisa berkomunikasi dan mengalami cedera otak parah.
Korea Utara mengatakan pihaknya membebaskannya dengan alasan "kemanusiaan".
Seminggu kemudian tepatnya 19 Juni 2017, dia meninggal. Keluarganya menyalahkan Korut karena telah menyiksa Warmbier.
Baca juga: [Cerita Dunia] Bagaimana Negara Uni Emirat Arab Terbentuk?
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan