Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Afghanistan, Pusat Perdagangan Heroin yang Beralih ke Sabu

Kompas.com - 25/11/2020, 16:09 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

KABUL, KOMPAS.com - Di bawah sebuah jembatan yang ramai di ibu kota Afghanistan, Kabul, di antara tumpukan sampah yang berserakan dan aliran air kotor, hidup sekelompok pria tunawisma yang dilanda permasalahan narkoba.

"Ini bukan tempat yang layak bagi manusia," kata Khudadad, seorang pria berusia 48 tahun. "Bahkan tidak layak untuk seekor anjing."

Khudadad kecanduan heroin dan metamfetamin - atau yang dikenal sebagai sabu - selama lima tahun terakhir. Heroin telah lama menjadi masalah di Kabul, tetapi sekarang banyak orang beralih ke sabu, narkoba yang lebih murah tapi sama bahayanya.

Baca juga: Bayi 2 Bulan Meninggal dengan Ditemukan Kandungan Heroin di Kepalanya

"Saat pertama kali saya mulai mengonsumsi, sabu belum terlalu umum," kata Khudadad. "Tapi selama beberapa tahun terakhir, semakin banyak orang yang mulai mengonsumsinya."

Sebuah laporan baru yang dirilis pada hari Selasa memperingatkan bahwa Afghanistan kini menjadi produsen metamfetamin yang signifikan secara global.

Ladang opium negara itu sudah menjadi sumber mayoritas heroin dunia, dan sekarang, laporan oleh Pusat Pemantauan Eropa untuk Narkoba dan Kecanduan Narkoba (EMCDDA), memperingatkan bahwa sabu terus berkembang dan diproyeksikan akan menjadi industri yang sama besar nilainya.

Lonjakan popularitas ini berkat hasil temuan para pengedar narkoba, bahwa sejenis tanaman yang biasa ditemukan tumbuh liar di beberapa bagian Afghanistan, yaitu ephedra, dapat digunakan sebagai komponen kunci sabu: efedrin.

"Ketika mereka sadar bahwa mereka bisa membuat metamfetamin dari tanaman liar dari pegunungan telah mengubah segalanya," kata David Mansfield, seorang pakar industri narkoba Afghanistan dan penulis utama laporan tersebut.

Baca juga: Seorang Perwira Polisi Jadi Sindikat Pengedar Narkoba

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com