Sebagian sabu yang diproduksi di Afghanistan dikonsumsi di dalam negeri, atau di wilayah seberang perbatasan, yakni Iran. Namun, kini tampaknya sabu dari Afghanistan diperdagangkan lebih jauh lagi.
Tahun ini, ratusan kilogram narkoba yang bernilai puluhan juta dolar dan diduga berasal dari Afghanistan, ditemukan tersembunyi di dalam kapal kargo saat operasi pencarian oleh Angkatan Laut Sri Lanka, serta oleh pasukan-pasukan internasional yang berpatroli di Laut Arab.
Ada kekhawatiran bahwa metamfetamin bisa masuk Eropa juga, melalui rute heroin yang sudah terbentuk dari Pakistan dan Iran dan kemudian menelusuri Afrika Timur.
Baca juga: Libatkan Istri Kedua dan Keempat Jadi Pengedar Narkoba, Seorang Pria Kabur Saat Ditangkap
Andrew Cunningham, seorang penulis laporan EMCDDA lain, mengatakan kepada BBC bahwa saat ini konsumsi metamfetamin di Eropa tidak "meluas", tetapi menambahkan, "ada kemungkinan besar sabu akan melanjutkan perjalanannya ke Eropa pada suatu saat."
Pihak berwenang di Australia telah memantau peningkatan penyitaan metamfetamin yang terkait dengan Afghanistan dan negera tetangga Iran dalam beberapa tahun terakhir, termasuk sejumlah besar narkoba yang dilarutkan dalam air mineral botolan yang mencakup beberapa peti pada April lalu. Nilai dari sitaan itu diperkirakan mencapai lebih dari 50 juta dollar AS, atau sekitar Rp 709 miliar.
Andrew Parkinson, yang mengetuai sebuah tim di Kepolisian Federal Australia yang melakukan analisis forensik narkoba yang dicegat, mengatakan kepada BBC bahwa hasilnya menunjukkan bahwa narkoba itu, "berasal dari bentuk alami efedrin, yang menunjukkan kepada kami produk awalnya adalah tanaman efedra."
Baca juga: Tentara Australia SAS Terekam Tembak Mati Warga Afghanistan Tak Bersenjata
"Itu memberi kami amunisi untuk memberi dampak terhadap kelompok kejahatan terorganisir yang memproduksi metamfetamin ini dan mengirimkannya ke Australia," katanya.
Meskipun sabu Afghanistan kemungkinan diekspor ke seluruh dunia, dampaknya dirasakan paling utama dan parah di jalanan-jalanan Kabul. Kembali ke jembatan yang telah menjadi tempat berlindung bagi mereka yang kecanduan narkoba, seorang pria memberi tahu kami bahwa dia menghabiskan waktu berbulan-bulan mencari adik laki-lakinya, seorang pengguna sabu. "Ibu kami meninggal karena stres," katanya.
Dengan ketidakstabilan yang terus berlanjut di negara itu, jumlah metamfetamin yang diproduksi dan jumlah nyawa yang dirusak olehnya sepertinya akan terus meningkat. "Bisnis tidak pernah semaju ini," kata seorang penyelundup sambil tertawa.
Laporan tambahan oleh Sami Yousafzai dan Mahfouz Zubaide
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.