Trump dituduh mendapatkan keuntungan pribadi dengan memanfaatkan posisinya sebagai pejabat publik.
Larangan memanfaatkan jabatan publik untuk keuntungan pribadi tertulis dalam konstitusi Amerika Serikat.
Ada aturan di konstitusi yang mewajibkan semua pejabat federal, termasuk presiden, mendapatkan persetujuan Kongres sebelum menerima keuntungan atau manfaat dari negara-negara lain.
Ada tiga gugatan di Washington yang menuduh Trump tidak meminta persetujuan Kongres.
Baca juga: Ketika Donald Trump Puji Payudara Keponakannya Sendiri
Salah satunya, menjamu tamu-tamu resmi negara di Trump International Hotel di Washington DC. Tindakan Trump ini dianggap sebagai pelanggaran hukum.
Trump beralasan, bagaimanapun presiden yang menjabat juga perlu mendapatkan penghasilan, di luar gaji sebagai pejabat negara.
Namun, banyak yang pesimistis kasus ini akan bisa diteruskan.
Tuduhan pelanggaran konstitusi oleh Trump dengan memanfaatkan jabatan publik untuk keuntungan pribadi mungkin hanya akan menjadi debat akademik.
Baca juga: Biden Peringatkan Banyak Orang Bakal Mati karena Covid-19 jika Trump Tak Bekerja Sama
Di luar empat kasus ini, ada kasus penggelapan pajak yang juga dituduhkan kepada Trump.
Jaksa di Manhattan, Cyrus Vance, sudah meminta laporan keuangan Trump, termasuk dokumen pembayaran pajak selama Trump menjabat sebagai presiden dalam delapan tahun terakhir.
Di pengadilan, tim Trump menolak permintaan Vance dengan dalih kasus ini bermotif politik. Pada Oktober lalu, pengadilan banding federal menolak alasan Trump.
Vance menyatakan, dokumen pembayaran pajak Trump sangat penting.
Saat meminta dokumen pembayaran pajak Agustus lalu, Vance menyebut dugaan adanya penipuan bank dan asuransi di Trump Organization.
Baca juga: Sekutu Trump di Senat AS Kecam Pengurangan Tentara di Afghanistan dan Irak
Trump diperkirakan akan banding dan membawa kasus ini hingga ke Mahkamah Agung.
Masih ada satu kasus lagi yang juga melibatkan Trump dan Cohen, pengacara pribadinya.
Pada Februari 2019, kepada para anggota Kongres, Cohen mengatakan bahwa Trump menggelembungkan nilai aset properti untuk mendapatkan pinjaman dan mengecilkan nilai aset ini untuk mengurangi besaran pajak yang harus ia bayar.
Pihak Trump mengatakan, aparat melakukan "balas dendam politik" dengan melakukan investigasi kasus ini.
Kasus tersebut ditangani jaksa New York, Letitia James. Ia masih memerlukan dokumen dan kesaksian dari Trump jika ingin memajukan investigasi.
Saat menjabat sebagai presiden, Trump mengatakan, dirinya terlalu sibuk untuk menghadapi kasus ini.
Ketika nanti ia sudah tak lagi menjadi presiden, alasan ini tentu tak bisa ia gunakan.
Baca juga: Terungkap, Trump Sempat Berniat untuk Serang Situs Nuklir Iran
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.