Dalam email tersebut disebutkan setiap jemaah harus membawa sajadah sendiri, sudah berwudhu dari rumah, dan tetap menggunakan masker.
Setibanya di masjid, hanya mereka yang sudah terdaftar yang boleh masuk dan menjaga jarak sekitar dua meter antara satu sama lain.
Khutbah dan shalat Jumat berjalan seperti biasanya, yakni selama 30 menit. Setelah selesai, para jemaah diminta untuk segera meninggalkan lokasi.
Shalat masjid di Masjid Albania digelar dua sesi, yakni pada pukul 1:30 dan 2:30 siang waktu setempat.
Kepada ABC Indonesia, Masjid Albania mengatakan shalat 5 waktu dengan batasan maksimal 20 orang juga telah diberlakukan, namun tidak perlu melakukan pendaftaran terlebih dahulu.
Sementara itu di Masjid Preston, yang pernah masuk dalam daftar "hostpot" penularan virus corona pada Juni lalu, shalat Jumat digelar sebanyak 3 kali, pada pukul 1:00, 1:40, dan 2:20 siang.
Mendaftar terlebih dahulu tidak diperlukan, tapi dalam pernyataannya, Masjid Preston mengatakan prioritas utama diberikan kepada mereka yang telah lanjut usia atau memiliki kebutuhan khusus, seperti warga difabel.
Baca juga: Setelah 14 Tahun Ibu Kota Yunani Miliki Masjid Pertama
Kepada ABC Indonesia, Gereja Indonesian Christian Church (ICC) di Melbourne mengatakan belum melaksanakan ibadah dan persekutuan doa tatap muka untuk pekan ini.
"Kita masih pre-recorded (menggunakan rekaman) seperti ibadah kita sejak lockdown pertama dan kedua," kata Christian Tirtha, pendeta gereja ICC yang berdiri sejak 2005.
Menurut Christian, masih ada beberapa hal yang harus dikerjakan untuk bisa menerima jemaat dalam ibadah tatap muka seperti sebelum pandemi.
"Sambungan internet kami sudah ada, tapi itu hanya one puzzle among many, artinya ada beberapa hal seperti sound, belum lagi aturan duduknya, semuanya itu perlu dipertimbangkan," ucapnya.
Menurut Christian, "cukup banyaknya proses baru" yang harus diperhatikan petugas untuk menjalankan ibadah tatap muka menjadi salah satu pertimbangan ICC.
Namun, pihak gereja berharap dan berencana untuk membuka kembali pintu gereja mereka "menjelang akhir tahun 2020".
Baca juga: 5 Fakta Pemusnahan 17 Juta Cerpelai di Denmark, karena Mutasi Virus Corona
ICC sudah melakukan ibadah online sejak awal tahun ini dan menurut Christian, cara tersebut membawa tantangan tersendiri.
"Saya pikir kebanyakan dari komunitas gereja merasakan, walaupun kita bersyukur dengan teknologi Zoom yang di satu sisi lebih mudah...tapi juga sangat terbatas," katanya.