Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pilpres AS: Kata Pakar Asing Soal Biden akan Ubah Tatanan Global

Kompas.com - 07/11/2020, 20:20 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Editor

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Joe Biden berada di ambang kemenangan pemilihan presiden Amerika Serikat 2020 dan sejumlah pakar memandang tatanan global juga di ambang perubahan.

"Saya tidak ingin melebih-lebihkan ini," kata Tony Arend, Profesor Universitas Georgetown.

"Tapi masa depan tatanan global sedang dipertaruhkan," ujar Arend seperti yang dilansir dari BBC Indonesia pada Sabtu (7/11/2020).

Dia melihat pemilu Amerika Serikat 2020 ini sebagai pertarungan kebijakan luar negeri, "karena kedua calon memiliki dua visi yang secara fundamental sangat berbeda, tentang seperti apa dunia seharusnya dan seperti apa seharusnya kepemimpinan Amerika di dunia".

Dunia, menurut Presiden Trump, adalah salah satu bentuk dari nasionalisme "America First", meninggalkan perjanjian internasional yang dia yakini memberi AS kerugian.

Pandangan ini bersifat transaksional, mengacak-acak, dan sepihak. Pandangan ini juga bersifat pribadi dan tidak menentu, dibentuk oleh nalurinya dan hubungannya dengan para pemimpin, serta didorong oleh isi Twitter-nya.

Dunia, menurut Joe Biden, jauh lebih tradisional dari sisi peran dan kepentingan Amerika, didasarkan pada lembaga internasional yang didirikan setelah Perang Dunia II, dan berdasarkan nilai-nilai demokrasi Barat.

Ini adalah salah satu aliansi global, di mana Amerika memimpin negara-negara bebas dalam memerangi ancaman transnasional.

Baca juga: Pilpres AS 2020 Diprediksi The Simpsons Edisi 2012, Petanya Sangat Mirip

Apa yang akan berubah di bawah Biden?

Beberapa hal menonjol, seperti pendekatan terhadap sekutu, perubahan iklim, dan Timur Tengah.

Menghadapi para sekutu

Trump memuji diktator dan menghina sekutu.

Sementara, di nomor teratas "daftar prioritas yang dilakukan" Biden adalah memperbaiki hubungan yang tegang dengan para sekutu, terutama dengan NATO, serta bergabung kembali dengan aliansi global.

Pemerintahan Biden akan kembali ke Organisasi Kesehatan Dunia WHO dan berusaha untuk memimpin penanganan pandemi virus corona.

Dalam kampanyenya, Biden membingkai tugas ini sebagai langkah besar untuk menyelamatkan citra Amerika yang rusak dan menggalang kekuatan demokrasi untuk melawan apa yang dipandangnya sebagai peningkatan gelombang otoritarianisme.

Namun, upaya Biden bakal lebih banyak gaya daripada substansi, kata Danielle Pletka dari American Enterprise Institute yang konservatif.

Dia berpendapat bahwa pemerintahan Trump telah mencapai banyak hal di panggung global, hanya dengan sikap "siku yang tajam".

"Apakah kita kehilangan teman untuk pergi ke pesta? Tentu," kata Pletka.

"Tidak ada yang ingin pergi ke pesta dengan Donald Trump. Apakah kita telah kehilangan kekuatan dan pengaruh penting pada metrik yang sebenarnya selama 70 tahun terakhir? Tidak," katanya.

Perubahan iklim

Berbicara tentang substansi, Joe Biden akan menjadikan "perang terhadap perubahan iklim" sebagai prioritas serta bergabung kembali dengan Perjanjian Iklim Paris, yang merupakan salah satu kesepakatan internasional yang ditinggalkan Donald Trump.

Dalam masalah ini, kedua pria itu bertolak belakang.

Trump melihat penanggulangan pemanasan global sebagai ancaman bagi ekonomi. Dia telah mempromosikan bahan bakar fosil dan membatalkan sejumlah perlindungan lingkungan dan peraturan iklim.

Sementara, Biden mempromosikan rencana ambisius senilai 2 triliun dollar AS (Rp 28,4 kuadriliun) untuk mencapai tujuan Perjanjian Paris dalam mengurangi emisi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com