KOMPAS.com – Pada awal September 2012, Partai Demokrat secara resmi mencalonkan Barack Obama dan Joe Biden sebagai calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Amerika Serikat ( AS).
Keduanya akan melawan kandidat dari Partai Republik yakni Mitt Romney, mantan gubernur Massachusetts, dan Paul Ryan, Anggota DPR AS dari Wisconsin.
Obama mempertahankan keunggulan signifikan atas Romney pada bulan September dalam jajak pendapat nasional.
Sebagian keunggulan Obama atas Romney tersebut merupakan hasil dari imbas konvensi partai dan sebagian karena persepsi negatif yang dianut sebagian orang tentang penantangnya dari Partai Republik.
Baca juga: Pemilu Amerika Pecah Rekor, Biden Salip Jumlah Suara Obama pada 2008
Kampanye dari kedua kandidat dilaporkan telah menghabiskan banyak biaya dan diprediksi sebagai kampanye presiden AS termahal dalam sejarah sebagaimana dilansir dari Britannica.
Obama dan Romney menampilkan diri mereka sebagai juara kelas menengah dan mereka yang bercita-cita untuk bergabung dengannya.
Obama menawarkan visi kemakmuran AS yang menyebar dari kelas menengan. Sedangkan Romney percaya bahwa kesejahteraan ekonomi dimulai di atas oleh pencipta lapangan kerja dan mengalir ke bawah.
Visi Romney tersebut diklaim Obama telah dicobanya di masa lalu dan gagal.
Baca juga: Pedas, Michelle Obama Serang Trump dan Menyebutnya Rasis
Hari pemilihan umum (pemilu) yang dinantikan pun tiba yakni pada 6 November 2012. Obama dengan cepat memimpin penghitungan suara setelah itu.
Hingga pada 7 November 2012 pukul 01.00 waktu setempat, Romney mengakui kemenangan Obama setelah penghitungan suara di Alaska ditutup.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan