WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Dengan 87 electoral votes yang tersedia, lima negara bagian menjadi penentu hasil Pilpres AS, antara petahana Donald Trump atau penantangnya, Joe Biden.
Kelima negara yang kini menjadi fokus dua kandidat itu adalah Pennsylvania, Michigan, Wisconson, Georgia, dan North Carolina.
Tiga negara bagian pertama yang masuk ke dalam kawasan Rust Belt itu dianggap sebagai basis Partai Demokrat, hingga Trump merebutnya dalam Pilpres AS 2016.
Baca juga: Hasil Pilpres AS: Perolehan Suara Trump dan Joe Biden Sangat Ketat dan Sengit
Sehari setelah hari pemilihan (3/11/2020), Pennsylvania yang menawarkan 20 electoral votes menjadi "hadiah utama" kedua kubu.
Saat ini sebagaimana diberitakan Russian Today Rabu (4/11/2020), petahana masih memimpin dengan keunggulan sekitar 12,6 poin.
Di Michigan, pertarungan antara Trump dan Biden lebih sengit di mana presiden 74 tahun itu memimpin dengan 1,4 poin. Michigan sendiri menawarkan 16 suara elektorat.
Wisconson dilaporkan sudah hampir selesai melakukan penghitungan, di mana 10 electoral votes yang mereka miliki bakal jatuh ke Biden.
Hanya saja, situasi yang dialami politisi gaek ini bisa berubah di menit-menit terakhir karena dia hanya unggul tipis, 0,3 poin.
Tim kampanye Joe Biden pun mencoba untuk memperkuat posisi mereka kawasan selatan, yakni North Carolina dan Georgia yang dikenal condong ke Republik.
Baca juga: Ini Pilpres AS dengan Rekor Pemilih Tertinggi dalam Sejarah
Hanya saja, mereka mendapatkan misi berat karena dalam penghitungan sementara, petahana unggul masing-masing dengan 1,4 dan 2,2 poin.
Selain lima negara bagian kunci ini, pengumuman hasil juga belum dilakukan di tempat seperti Nevada dan Alaska, di mana enam suara diprediksi jatuh ke Biden.
Kejutan lain yang terjadi dalam Pilpres AS ini adalah Presiden Trump yang secara mengejutkan mengumumkan kemenangan secara prematur.
Baca juga: Penghitungan Suara Pilpres AS Belum Rampung, PM Slovenia Beri Ucapan Selamat ke Trump
Tidak hanya itu. Dia bahkan menuding kubu Partai Demokrat sudah melakukan kecurangan sehingga dia harus membawanya ke mahkamah agung.
Berdasarkan klaim petahana, yang tak bisa dibuktikan kebenarannya, dia meminta agar MA AS membatalkan mail-in ballots dihitung.
Biden jelas meradang dengan tudingan tersebut, di mana timnya menyatakan tuduhan itu "keterlaluan dan belum pernah terjadi sebelumnya".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.