Akibatnya, peluang Trump untuk menang semakin rumit karena dia tidak dapat memperluas basis pemilihnya.
Adapun kantung suara capres Demokrat Joe Biden adalah pemilih yang tinggal di kota besar, pemilih minoritas seperti Hispanik dan Afro-Amerika, serta pemilih muda.
Hal ini menjadikan pemilih kulit putih baik pria dan wanita yang berpendidikan universitas sebagai swing voters pada Pilpres AS 2020. Mereka-mereka ini tinggal di kawasan suburban.
Pemilih suburban dikenal sebagai loyalis tradisional Partai Republik terutama sejak mantan Presiden Ronald Reagan berkuasa pada 1981. Demografi pemilih suburban awalnya didominasi pemilih kulit putih berpendidikan universitas.
Memasuki dekade 2010, pemilih minoritas seperti warga Afro-Amerika, Asia-Amerika, dan Hispanik mulai berpindah ke suburban, menjadikan kawasan ini sangat beraneka ragam.
Pemilih minoritas adalah kantung suara Partai Demokrat. Kehadiran mereka mulai mengikis dukungan Partai Republik di suburban.
Loyalitas dukungan yang lama dinikmati Partai Republik semakin melemah pada Pilpres 2016 ketika Hillary Clinton secara mengejutkan menang di puluhan distrik suburban.
Baca juga: Siapa Bilang Presiden AS Dipilih Langsung oleh Rakyat?
Akhirnya, suara Partai Republik di suburban kolaps pada Pemilu Sela atau Midterm 2018. Lewat pemilu ini, Demokrat merebut kembali kontrol House of Representatives (DPR) melalui kemenangan 38 kandidat di daerah suburban yang tersebar dari Phoenix, Atlanta, Minneapolis, Oklahoma City, Houston, hingga Dallas.
Kemarahan terhadap retorika ofensif Trump, kebohongan tanpa henti Trump, perlakuan tidak senonoh Trump terhadap wanita, skandal demi skandal pemerintahannya, dan kekacauan di Gedung Putih diduga jadi alasan pemilih suburban mengganti haluan politik.
Trump menang tipis di kawasan suburban pada Pilpres 2016 dengan selisih 5 poin. Namun, kemenangan ini diproyeksi hampir pasti tidak akan terulang lagi. Bahkan, Trump terancam menjadi capres dengan kekalahan terbesar di suburban.
Padahal, tanpa suburban hampir mustahil bagi presiden berusia 74 tahun itu untuk mengalahkan Biden.
Sejumlah survei dengan metode live interview yang dinilai lebih akurat menunjukkan Biden unggul dua digit antara 15 hingga 20 poin atas Trump di kawasan suburban.
Keunggulan ini sangat luar biasa karena tidak ada capres Demokrat dalam sejarah yang menang lebih dari 5 poin di kawasa suburban. Bahkan, Barack Obama yang menang telak suara nasional pada Pilpres 2008 hanya unggul 2 poin di kawasan suburban.
Selain dukungan pemilih suburban, faktor lain yang membuat Biden begitu perkasa di aneka survei adalah dukungan menakjubkan dari pemilih wanita, terutama yang tinggal di kawasan suburban.
Rataan survei memperlihatkan pemilih wanita memberikan Biden keunggulan telak dua digit atas Trump, hingga kisaran 25 poin. Angka ini sangat fantastis.
Baca juga: Ada 11 Swing State di Pemilu Presiden AS 2020, Itu Negara Bagian Mana Saja?