TOKYO, KOMPAS.com - Yoshihide Suga secara terbuka memilih Indonesia dan Vietnam menjadi tujuan kunjungan ke luar negeri pertamanya pada pekan ini, setelah menjabat menjadi Perdana Menteri Jepang, di tengah tingginya tensi Amerika Serikat dan China dalam menarik dukungan.
Selama perjalanan resmi pertamanya ke luar negeri sebagai perdana menteri, Suga berniat bertemu dengan Perdana Menteri Vietnam Nguyen Xuan Phuc dan Presiden Indonesia Joko Widodo.
Agenda kenegaraan Suga tersebut menarik pertanyaan. Wartawan Jepang dan asing mulai berspekulasi mengapa Suga mengunjungi kedua negara itu dalam tur resmi pertamanya ke luar negeri? Mengapa tidak memulai dengan Washington, Beijing atau Seoul?
Seberapa signifikan perjalanan luar negeri pertamanya dan seberapa sukses itu? Mengutip dari Japan Times pada Kamis (15/10/2020, berikut analisa Kuni Miyake, Presiden Institut Kebijakan Luar Negeri dan direktur penelitian di Canon Institute for Global Studies.
Miyake juga merupakan penasihat khusus Kabinet Perdana Menteri Yoshihide Suga.
Baca juga: Presiden Jokowi Akan Sambut Kunjungan PM Jepang Yoshihide Suga
Sejak 1945, mengunjungi Washington telah menjadi salah satu prioritas utama bagi setiap perdana menteri baru di Jepang.
Namun untuk saat ini, di tengah siklus politik pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) dan pandemi virus corona yang tinggi di sana, pilihan terbaik untuk berkunjung sekarang bukanlah Amerika Serikat.
Tokyo, khususnya akhir-akhir ini, juga telah mengambil sikap resmi, bahwa Jepang akan selalu berupaya untuk mempromosikan visi Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka, termasuk supremasi hukum, kebebasan navigasi dan penerbangan, serta penyelesaian sengketa secara damai, dengan membangun hubungan yang stabil dengan negara tetangganya.
Negara tetangga juga secara implisit berarti China dan kedua Korea.
Baca juga: Lawatan Pertama ke Luar Negeri, PM Jepang Yoshihide Suga Kunjungi Vietnam
Mengunjungi China atau Korea Selatan saat ini, menurut Miyake juga bukan proritas. Bahkan mengunjungi Beijing saat ini, bisa menjadi "tidak benar secara politik" mengingat keadaan seputar hubungan bilateral Jepang-China.
Bahkan kunjungan kenegaraan yang pernah direncanakan oleh Presiden Xi Jinping ke Jepang telah ditunda untuk sementara waktu.
Mengunjungi Seoul akan menjadi bunuh diri politik juga. Pada 13 Oktober, Kyodo News melaporkan, “KTT trilateral antara Jepang, Korea Selatan dan China kemungkinan besar tidak akan diadakan tahun ini karena Tokyo telah memberikan pemberitahuan bahwa Suga tidak akan hadir tanpa konsesi dari Seoul dalam perselisihan mengenai kompensasi untuk tenaga kerja masa perang.”
Secara alamiah, Suga tentu akan memilih mengunjungi Asia Tenggara.
Kebijaksanaan jurnalistik konvensional melihat bahwa mengunjungi negara-negara anggota ASEAN datang, ketika Jepang berusaha untuk "memperkuat hubungan dengan negara-negara di kawasan di tengah meningkatnya ketegangan antara sekutu keamanan utamanya Amerika Serikat dan mitra dagang terbesarnya, China."
Itu pendekatan yang sangat masuk akal.